PENYUSUNAN HIRARKI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal ini yang merupakan fokus atau tujuan pengambilan keputusan adalah identifikasi faktor pengendalian proses
produksi. Pengendalian proses dalam sistem penunjang keputusan pengendalian
proses produksi gula kristal mencakup seluruh faktor yang berdampak terhadap proses seperti parameter proses, peralatan, bahan, personil dan
kondisi lingkungan proses. Faktor dalam kasus ini dapat disebut juga sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan secara umum. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam kriteria antara lain: • lengkap, sehingga dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan
tersebut; • operasional, sehingga dapat digunakan dalam analisa;
• tidak berlebihan, sehingga menghindarkan perhitungan berulang; dan • minimum, agar lebih mudah mengkomprehensifkan persoalan.
Pada studi kasus pengendalian proses di PT Pabrik Gula Jati Tujuh, dididentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran dan
tercapainya kualitas selama proses produksi yang dimulai dari stasiun gilingan hingga stasiun putaran. Faktor-faktor pendukung tersebut terbagi menjadi
lima macam, yaitu mesin dan peralatan; kemampuan proses; sumber daya manusia; manajemen; dan faktor eksternal. Untuk mengidentifikasi
keterkaitan faktor-faktor tersebut digambarkan pada Gambar 24. Faktor-faktor pendukung utama yang berpengaruh terhadap proses akan
bertindak sebagai cabangtulang dari garis horisontal utama. Cabang atau tulang dari diagram tulang ikan akan diisi oleh kriteria faktor. Diagram sebab
akibat selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah model struktur hirarki. Seluruh bobot yang dihasilkan dari pengolahan menggunakan metode
Analitical Hierarchy Process AHP ini dapat diinterpretasikan sebagai suatu
persentase dari keseluruhan faktor yang dibobotkan. Model struktur hirarki pada sistem penunjang keputusan ini terdiri dari
empat tingkat dimana tingkat pertama adalah fokus, yaitu identifikasi faktor pengendalian proses produksi Pabrik Gula Jati Tujuh. Tingkat ke dua adalah
Gambar 23. Diagram Sebab Akibat Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
faktor pendukung proses produksi gula kristal putih yaitu mesin dan peralatan; kemampuan proses; SDM; manajemen; dan faktor eksternal.
Tingkat tiga merupakan penjabaran dari tingkat dua atau disebut kriteria faktor, yang terdiri dari kriteria yang berbeda-beda untuk masing-masing
faktor. Faktor mesin dan peralatan didukung oleh sepuluh kriteria, yaitu 1 keamanan, 2 life support, 3 commercial, 4 keandalan, 5 vendor
availability , 6 spare part lead time, 7 applicability of condition monitoring
technique , 8 mean down time, 9 jam henti, 10 kapasitas.
Faktor kemampuan proses ditunjukkan oleh brik, pol dan HK dari masing masing tahapan proses, sedangkan faktor SDM terdiri dari
ketrampilan; pengetahuan; pengalaman; kedisiplinan; dan tanggung jawab dari para personel yang terlibat selama proses produksi berjalan. Faktor
manajemen memiliki kriteria kebijakan dan tujuan mutu; SOP standar operasional prosedur yang baku; dan fasilitas produksi, sedangkan faktor
eksternal terdiri dari kriteria kebijakan pemerintah; daya tawar petani yang tinggi; dan daya saing produk impor.
Masing-masing stasiun terdiri dari proses-proses yang berbeda, dan proses produksi gula kristal putih berjalan secara kontinyu. Secara berurutan
proses pembentukan gula kristal dimulai dari stasiun gilingan, kemudian pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan yang terakhir putaran. Walaupun
kuantitas dan kualitas gula kristal sebesar 60-75 persen ditentukan oleh kualitas bahan baku tebu, tetapi sisanya adalah pengaruh inefisiensi pabrik
untuk menekan kehilangan gula agar dihasilkan rendemen yang tinggi. Apabila pada salah satu proses terdapat kondisi yang tidak sesuai dengan
parameter yang ditetapkan, hal itu berarti proses berada dalam keadaan tidak terkendali yang dapat menyebabkan keseluruhan proses terhenti. Struktur
hirarki identifikasi faktor pengendalian proses produksi gula PG Jati Tujuh dan pembobotannya dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Tampilan Model Hirarki Pengendalian Proses Berdasarkan studi pustaka dan penelitian terdahulu, didapatkan faktor-
faktor utama pendukung agar proses produksi gula kristal terjaga kelancaran dan kualitasnya yaitu mesin dan peralatan, kemampuan proses, SDM,
manajemen, dan faktor eksternal. Sumber informasi untuk penyusunan hirarki pengendalian proses produksi ini didapatkan dari data empiris dan informasi
dari ahli. Data empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dari perusahaan yang dapat digunakan untuk menaksir distribusi kemungkinan
munculnya suatu kejadian. Dalam hal ini data empiris digunakan untuk pembobotan nilai pada faktor atau kriteria kemampuan proses, yaitu data yang
penying adalah data briks, pol, dan HK walaupun pada model penilaian kemampuan proses sebelumnya banyak parameter proses yang digunakan.
Dalam beberapa hal, karena terbatasnya pengetahuan, waktu, dan lain- lain, data empiris sulit sekali diperoleh. Dalam keadaan seperti ini maka satu-
satunya sumber informasi adalah pendapat atau pandangan subyektif dari ahli atau orang yang lebih mengetahui tentang kondisi tersebut. Informasi dari ahli
digunakan dalam pengisian kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada para pakar gula dan beberapa pihak perusahaan yang berkompeten dimana dalam
hal ini terdiri dari 5 lima pakar industri gula. Pengisian kuesioner diperoleh bobot dan prioritas setiap faktor seperti tercantum pada Tabel 42.
Tabel 42. Susunan Prioritas Faktor
Faktor Bobot Prioritas
Mesin dan peralatan 0,359
1 Kemampuan proses
0,272 2
SDM 0,174 3
Manajemen 0,121 4
Eksternal 0,074 5
Rasio Inkonsistensi 0.02
Faktor utama yang paling berpengaruh terhadap terkendalinya proses produksi gula kristal di Pabrik Gula Jati Tujuh adalah mesin dan peralatan
dengan bobot sebesar 0,359. Kondisi sebagian besar pabrik gula yang ada di Jawa sangat tua, yang berarti bahwa mesin-mesin yang digunakan untuk
proses produksi juga banyak yang sudah aus sehingga kinerja mesin tersebut makin rendah. Hal ini seringkali menyebabkan kerusakan pada mesin dan
peralatan pada saat kegiatan produksi berlangsung. Apabila kerusakan yang terjadi dalam kondisi yang parah, maka dengan terpaksa proses produksi
terhenti atau dihentikan guna proses perbaikan mesin dan peralatan yang rusak tersebut. Itulah mengapa mesin merupakan faktor utama yang paling
berpengaruh terhadap kelancaran proses. Selain kerusakan, turunnya kinerja mesin atau peralatan ditunjukkan oleh ketidakefisienan pada tahap-tahap
proses yang dapat menyebabkan kehilangan gula semakin besar dan pada akhir proses rendemen yang dihasilkan juga rendah.
Faktor yang menempati urusan penting ke dua adalah kemampuan proses itu sendiri 0,272. Kemampuan masing-masing tahapanstasiun proses
dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan untuk menciptakan keadaan proses yang selalu terkendali sehingga nantinya juga berdampak pada
gula kualitas produk gula kristal yang dihasilkan. Peringkat ketiga adalah faktor SDM 0,174 yang merupakan faktor yang sangat penting bagi
kelangsungan kegiatan perusahaan. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah hal yang sangat diperlukan oleh perusahaan. Namun hal yang idak
boleh dilupakan adalah bahwa terkadang sumber daya manusia malah mendatangkan kendala yang menyebabkan proses produksi menjadi tidak
terkendali.
Peringkat keempat adalah faktor manajemen 0,121 dan ke lima adalah eksternal 0,074 yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap
proses. Manajemen mempunyai perngaruh yang cukup penting karena tanpa adanya campur tangan manajemen perusahaan tidak akan dapat mencapai visi
dan misi yang diinginkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi proses produksi karena akan menentukan langkah yang diambil oleh pihak
manajemen untuk meningkatkan kualitas proses agar dapat bersaing dengan industri perusahaan lain.
Pengolahan vertikal dilakukan untuk masing-masing kriteria pada masing-masing faktor pendukung proses seperti ditunjukkan pada Tabel 43.
Mesin dan peralatan mempunyai sepuluh kriteria, yaitu 1 keamanan 0,0300, 2 life support 0,0202, 3 commercial 0,319, 4 keandalan
0,0550, 5 vendor availability 0,0312, 6 spare part lead time 0,0332, 7 applicability of condition monitoring technique 0,0405, 8 mean down
time 0,0330, 9 jam henti 0,0250, 10 kapasitas 0,0595.
Kriteria faktor untuk faktor kemampuan proses adalah briks, pol, dan HK. Ketiga kriteria tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama, yaitu
dengan bobot masing-masing sebesar 0,0906. Pihak pabrik Gula Jati Tujuh menilai bahwa menilai bahwa briks, pol, dan HK adalah hal yang sangat
penting untuk diperhatikan secara periodik, sehingga perusahaan berusaha untuk selalu memantau kadar briks, pol, dan HK pada setiap proses agar
apabila terjadi perubahan atau kondisi yang tidak sesuai dengan standar proses dapat segera dilakukan tindakan pengendalian.
Faktor SDM yang memiliki lima kriteria menunjukkan kriteria kedisiplinan yang memegang peranan paling penting dengan bobot sebesar
0,0578, kemudian disusul oleh kriteria tanggung jawab dengan bobot sebesar 0,0403, ketrampilan dengan bobot sebesar 0,0263, pengalaman dengan bobot
sebesar 0,0411, dan yang terakhir adalah kriteria pengetahuan dengan bobot sebesar 0,0246.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang juga penting dalam mendukung kelancaran proses produksi, karena segala kegiatan pemantauan
dan pengendalian selama proses dilakukan oleh manusia. Hasil pembobotan
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan justru tidak mementingkan pengetahuan seperti perusahaan atau industri lain yang dalam pemilihan
karyawannya sangat memperhatikan tingkat pengetahuan. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan selama proses merupakan pekerjaan yang hanya
perlu modal pelatihan dan kebanyakan karyawan yang bekerja selama musim giling sudah berpengalaman bekerja bertahun-tahun dan turun temurun.
Pekerjaan yang dilakukan mencakup pemantauan, analisa, dan dokumentasi data secara periodik yang dicatat selama proses produksi untuk kemudian
dilaporkan pada bagian produksi yang lebih tinggi. Itulah mengapa pengetahuan tidak terlalu penting bagi karyawan yang bekerja selama proses
produksi berlangsung. Tabel 43. Susunan Prioritas Kriteria Faktor
Faktor Kriteria Faktor
Bobot Prioritas
Rasio Inkonsistensi
Mesin dan peralatan
Keamanan 0,0300 1
0,05 Life Support
0,0202 2
Commercial 0,0319
4 Keandalan 0,0550
3 Vendor Availability
0,0312 8
Spare Part Lead Time 0,0332
6 Applicability of Condition
Monitoring Technique 0,0405
5 Mean Down Time
0,0330 7
Jam henti 0,0250
9 Kapasitas 0,0595
10 Kemampuan
Proses Briks 0,0906
1 0,00
Pol 0,0906 1
HK 0,0906 1
SDM Ketrampilan 0,0263
2 0,03
Pengetahuan 0,0246 5
Pengalaman 0,0249 4
Kedisiplinan 0,0578 1
Tanggung jawab 0,0403
3 Manajemen
Kebijakan dan tujuan mutu 0,0349
1 0,01
SOP yang baku 0,0315
2 Fasilitas proses
0,0542 3
Eksternal Kebijakan pemerintah
0,0309 1
0,02 Daya tawar petani yang
tinggi 0,0223
2 Daya saing produk impor
0,0208 3
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 25. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.308 Proses
Pemurnian 0.239
Proses Kristalisasi
0.148 Proses
Sentrifugasi 0.089
Proses Penguapan
0.216 - Keamanan 0.0300
- Life Support 0.0202 - Commercial 0.0319
- Keandalan 0.0550 - Vendor availability
0.0312 - Spare Part Lead Time
0.0332 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0405
- Mean Down Time 0.0330
- Jam henti 0.0250
- Kapasitas 0.0595
- Briks 0.0906 - Pol 0. 0906
- HK 0. 0906 - Ketrampilan
0.0263 - Pengetahuan
0.0246 - Pengalaman
0.0249 - Kedisiplinan
0.0578 - Tanggung jawab
0.0403 - Kebijakan
pemerintah 0.0309
- Daya tawar petani tinggi 0.0223
- Daya saing perusahaan lain
0.0208 - Kebijakan dan
tujuan mutu 0.349 - SOP yang baku
0.0315 - Fasilitas proses
0.0542 Mesin Peralatan
0.359 Kemampuan Proses
0.272 SDM
0.174 Manajemen
0.121 Eksternal
0.074 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Fokus
Alternatif Pengendalian
Faktor
Kriteria Faktor
Proses Pra pengolahan Penggilingan
0.214 Proses
Pemurnian 0.194
Proses Kristalisasi
0.208 Proses
Sentrifugasi 0.183
Proses Penguapan
0.202 - Keamanan 0.0534
- Life Support 0.0434 - Commercial 0.022
- Keandalan 0.034 - Vendor availability
0.0179 - Spare Part Lead Time
0.0199 - Applicability of Condition
Monitoring Technique 0.0216
- Mean Down Time 0.0187
- Jam henti 0.016
- Kapasitas 0.0158
- Briks 0.0819 - Pol 0.0819
- HK 0.0819 - Ketrampilan
0.0506 - Pengetahuan
0.0385 - Pengalaman
0.0411 - Kedisiplinan
0.0658 - Tanggung jawab
0.0459 - Kebijakan
pemerintah 0.033 - Daya tawar petani
tinggi 0.0164 - Daya saing
perusahaan lain 0.0156
- Kebijakan dan tujuan mutu
0.0892 - SOP yang baku
0.0491 - Fasilitas proses
0.0456 Mesin Peralatan
0.263 Kemampuan Proses
0.246 SDM
0.242 Manajemen
0.184 Eksternal
0.065 Identifikasi Faktor Pengendalian Proses
Produksi
Gambar 32. Hirarki Sistem Penunjang Keputusan Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal
Kedisiplinan menjadi kriteria yang paling penting, diduga karena proses produksi gula kristal merupakan proses yang kompleks dan berjalan secara
kontinyu sehingga setiap tahapan prosesnya harus diperhatikan dengan seksama. Seperti yang diungkapkan oleh bagian pabrikasi Pabrik Gula Jati
Tujuh bahwa hal yang paling penting untuk diperhatikan selama proses pada dasarnya menyangkut tiga hal utama, yaitu waktu, suhu dan pH kadar
keasaman. Selain kedisiplinan, ketrampilan dan tanggungjawab serta pengalaman dari para operator juga merupakan kriteria yang menentukan
kondisi proses. Tenaga yang terampil akan cepat tanggap dalam mengerjakan tugasnya selama proses yang apabila didukung dengan rasa tanggung jawab
maka dia tidak akan melalaikan tugas dan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan bidangnya.
Faktor manajemen dan eksternal masing-masing memiliki tiga kriteria. Peringkat pertama pada faktor manajemen adalah fasilitas proses
dengan bobot sebesar 0,0542 kemudian diikuti oleh kebijakan dan tujuan mutu dengan bobot sebesar 0,0349; dan yang terakhir adalah SOP yang baku
dengan bobot sebesar 0,0315. Manajemen memberi kontribusi terhadap efisien tidaknya suatu pabrik gula. Seperti yang diungkapkan Ketua Umum
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia APTRI Arum Sabil, industri gula belum efisien karena manajemen kurang baik dan teknologi masih lemah.
Kebanyakan pabrik gula memiliki karakter manajemen yang merupakan kombinasi antara gaya feodalistik dipadu dengan paternalistik badan usaha
milik negara, dengan demikian akan makin mempersulit upaya revitalisasi dan restrukturisasi industri gula dalam negeri http:www.kompas.comkompas-
cetak040710Fokus1138684.htm. Kebijakan dan tujuan mutu yang ingin dicapai oleh manajemen
perusahaan akan mengatur segala sesuatu yang menyangkut kegiatan produksi, sehingga arah yang ingin dicapai perusahaan jelas kemudian
didukung oleh adanya SOP yang baku maka proses harus sedapat mungkin berjalan sesuai dengan yang tercantum dalam SOP. Fasilitas proses juga
merupakan dukungan manajemen untuk mencapai tujuan mutu proses dan produk yang dikehendaki.
Faktor eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah di peringkat pertama dengan bobot sebesar 0,309; peringkat kedua adalah kriteria daya tawar petani
yang tinggi dengan bobot sebesar 0,0223; dan yang terakhir adalah daya saing produk impor dengan bobot sebesar 0,0208. Kebijakan pemerintah merupakan
hal yang juga penting untuk diperhatikan karena hal tersebut merupakan dukungan dan peraturan bagi kelangsungan dan kemajuan industri gula pada
umumnya, sehingga perusahaan dapat melakukan penyesuaian terhadap kebijakan yang berlaku. Daya tawar petani yang tinggi akan mempengaruhi
proses produksi gula kristal karena apabila harga yang ditawarkan oleh petani terlalu tinggi, perusahaan harus mengeluarkan anggaran lebih untuk memasok
bahan baku. Apabila tidak memasok tebu petani kemungkinan kegiatan produksi produksi akan tersendat-sendat karena aliran bahan baku tidak
lancar. Ditambah pula apabila rendemen tebu petani yang rendah akan menyebabkan perusahaan berusaha lebih keras selama proses untuk
mempertahankan rendemen dan menekan kehilangan selama proses. Tetapi pada Pabrik Gula Jati Tujuh peran petani hanya sebagai pendukung, karena
sebagian besar bahan baku adalah dari kebun milik perusahaan sendiri HGU. Di pasar internasional, Indonesia merupakan salah satu negara importer
gula terbesar. Adanya daya saing produk impor yang didukung dengan kebijakan pemerintah membuat perusahaan terpacu untuk selalu
meningkatkan kinerjanya. Untuk itu di hilir diperlukan pengembangan teknologi pengolahan tebu menjadi gula yang lebih efisien dan bermutu baik,
sehingga diharapkan gula nasional dapat bersaing dengan gula impor baik dipasar dalam negeri maupun global.
Hasil pembobotan pada tingkat terakhir hirarki identifikasi faktor pengendalian proses produksi Pabrik Gula Jati Tujuh menunjukkan dari
berbagai faktor yang telah dibobotkan secara pairwise berpasangan, stasiun gilingan adalah tahapan yang harus segera mendapat perhatian dan
pengendalian dengan bobot sebesar 0,308; kemudian berturut-turut diikuti oleh stasiun pemurnian dengan bobot sebesar 0,239; stasiun penguapan
dengan bobot sebesar 0,216; stasiun kristalisasi dengan bobot sebesar 0,148; dan stasiun sentrifugasi dengan bobot sebesar 0,089.
Pada stasiun gilingan faktor paling penting untuk mendapat perhatian adalah dari segi SDM-nya terlebih dahulu yaitu dengan bobot sebesar 0,342
yang kemudian diikuti oleh faktor mesin dan peralatan dengan bobot sebesar 0,331; faktor kemampuan proses dengan bobot sebesar 0,154; faktor
manajemen dengan bobot sebesar 0,121; dan faktor eksternal dengan bobot sebesar 0,054. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keadaan proses di
stasiun gilingan yang tidak terkontrol disebabkan oleh SDM yang kurang baik dalam bekerja. Kondisi mesin dan peralatan juga tergolong kritis, sesuai
dengan perhitungan komponen kritis dengan menggunakan ECR pada bahasan sebelumya. Setelah mesin dan peralatan, kemampuan atau kinerja proses pada
stasiun gilingan yang diperhatikan. Tetapi dari hasil analisa kemampuan proses sebelumnya menunjukkan kinerja briks, pol, HK nira mentah yang
merupakan keluaran stasiun gilingan memenuhi standar sehingga tidak perlu dikendalikan. Faktor manajemen dan eksternal adalah dua hal terakhir yang
harus diperhatikan pada stasiun gilingan apabila performance atau kinerja gilingan menunjukkan keadaan tidak terkendali.
Stasiun pemurnian mendapat posisi ke dua untuk dikendalikan, dan hal yang paling penting mendapat perhatian adalah faktor mesin dan peralatan
dengan bobot sebesar 0,471; kemudian faktor kemampuan proses dengan bobot sebesar 0,257; SDM dengan bobot sebesar 0,145; manajemen dengan
bobot sebesar 0,084; dan faktor eksternal dengan bobot sebesar 0,043. Keseluruhan hirarki sistem penunjang keputusan pengendalian gula
kristal menunjukkan bobot kriteria mana yang paling penting diperhatikan oleh para pengambil keputusan manajerial untuk meningkatkan produktivitas
dan efisiensi keseluruhan proses produksi yang didukung oleh adanya setiap model yang menampilkan analisis lebih mendalam bagi setiap kriteria. Hirarki
pengendalian proses juga menunjukkan tingkat kepentingan faktor-faktor yang mempengaruhi terkendalinya suatu proses yang tidak dapat diukur secara
kuantitatif seperti faktor SDM, manajemen, dan eksternal, tetapi dengan adanya pembobotan faktor tersebut oleh pakar maka dapat ditentukan
seberapa besar pengaruhnya terhadap kelangsungan proses.
Hasil identikasi keragaan PG Jatitujuh secara keseluruhan menunjukkan bahwa PG Jatitujuh secara umum memiliki kinerja yang cukup baik bila
dibandingkan dengan pabrik gula lainnya di Jawa, dilihat dari keluaran yang dihasilkan, walaupun masih terdapat ketidakefisienan dalam beberapa aspek.
Hal ini didukung dengan fasilitas yang dimiliki oleh PG Jatitujuh yang memiliki lahan HGU yang cukup luas didukung dengan kebijakan manajemen
yang baik sehingga dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki semaksimal mungkin untuk keperluan proses produksi. Tersedianya lahan
HGU akan menjaga kontinuitas bahan baku dan kewenangan perusahaan dalam mengatur strategi di tingkat usahatani guna meningkatkan rendemen
yang ingin dicapai, sedangkan kebanyakan pabrik gula di Indonesia bahan bakunya masih berasal dari petani dimana kualitas dan kontinuitas bahan
bakunya tidak terjamin. Demikian halnya pada aspek mesin dan peralatan dimana umumnya pabrik gula di Indonesia berusia cukup tua sehingga
kinerjanya tidak lagi bagus, tetapi dengan manajemen yang baik maka secara bertahap dilakukan perawatan dan penggantian mesin dan peralatan dengan
yang baru apabila mesin dan peralatan tersebut sudah benar-benar tidak dapat berfungsi secara efisien.