Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian Instalasi, Kepala Bagian TUK, Kepala Bagian SDM, Pemerintah, dan juga para pakar ataupun auditor yang
terlibat dalam industri pergulaan.
Data Keuangan Data Jenis dan Jumlah Karyawan
_ _
_
Kebijakan 1
SWEETCON_PROSION Pakar
Kepala Bagian Pabrikasi
Kepala Bagian Instalasi
Manajer SDM Pemerintah
Kepala Bagian TUK
Data Pemantauan Proses Data Parameter Proses
Data input teknis Data Output Teknis
Data Mesin dan Peralatan Proses Data Atribut Komponen Proses
Pembobotan Faktor Proses Pembobotan Komponen
Pembobotan Sistem Pengendalian Proses
Gambar 11. DFD Level 0 SWEETCON.PROSION Proses yang digambarkan dalam DFD level 0 selanjutnya diperinci
untuk mengetahui proses-proses yang terjadi di dalam sistem SWEETCON.PROSION yaitu digambarkan pada DFD level 1 yang dapat
dilihat pada Gambar 12. Proses yang terjadi pada aliran DFD level 1 terdiri dari dua puluh proses. Berdasarkan aliran data tersebut sudah cukup
menggambarkan keseluruhan proses yang terjadi pada model sistem SWEETCON.PROSION.
Data keuangan Data Jenis dan Jumlah Karyawan
Hasil perhitungan efisiensi produksi relatif Hasil perhitungan efisiensi produksi absolut
Data dan Parameter Proses
Kebijakan Data Mesin dan Peralatan
Pembobotan Faktor dan Kriteria Proses Alternatif pengendalian
Pairwise AHP
Bobot kriteria Pairwise vertikal
Bobot faktor kriteria tiap faktor
pairwise horisontal Mesin peralatan proses
pembobotan ECR
kualifikasi Deviasi proses
SPC briks_pol_HK
Pemerintah
Pakar Kepala
Bagian Pabrikasi
Kepala Bagian
Instalasi
Manajer SDM 1
Pemantauan proses
4 Identifikasi
komponen kritis 2
Perhitungan batas keragaman
proses 3
Penilaian kemampuan
proses 1
Hasil penilaian kemampuan stasiun proses
5 Penentuan
kriteria penilaian
6 Penentuan
indikator komponen
7 Penilaian
kekritisan komponen
2 Hasil penilaian
komponen kritis 8
Identifikasi faktor pendukung kekritisan
proses 9
Pembobotan faktor
10 Penentuan
kriteria faktor 5
Hasil bobot faktor tiap stasiun
11 Pembobotan
kriteria faktor 6
Hasil bobot kriteria faktor
12 Penyusunan
hirarki SPK 13
Pemilihan alternatif
pengendalian 7
Hasil pemilihan pengendalian stasiun proses
14 Penentuan
atribut efisiensi produksi
15 Perhitungan
efisiensi absolut
16 Perhitungan
efisiensi relatif Inputoutput eff ekonomis
Inputoutput eff teknis
Inputoutput eff ekonomis Inputoutput eff teknis
8 Hasil perhitungan efisiensi
produksi absolut
9 Hasil perhitungan
efisiensi produksi Kabag TUK
Gambar 12. DFD Level 1 SWEETCON.PROSION
C. KERANGKA MODEL
1. Sistem Pengolahan Terpusat
Sistem pengolahan terpusat merupakan program utama dari sistem SWEETCON.PROSION yang dirancang untuk mengelola dan mengatur
seluruh bagian atau komponen sistem yang terintegrasi dalam program. Sistem pengolahan terpusat juga merupakan modul utama yang berfungsi
mengendalikan antarmuka pengguna user interface, mengendalikan data ke modul sistem manajemen basis data dan mengendalikan analisis
kuantitatif pada setiap submodel pada paket program SWEETCON.PROSION. Pada intinya, sistem pengolahan terpusat
berfungsi untuk mengintegrasikan sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, dan sistem manajemen basis dialog, dengan cara
mengolah sinyal dari satu sistem dengan sistem lainnya sehingga dapt berinteraksi secara timbal balik. Perintah-perintah atau input dari
pengguna akan ditransformasikan dan dikeluarkan dalam bentuk output yang diinginkan oleh pengguna.
2. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem manajemen basis data merupakan suatu kesatuan sistem yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan, pengolahan, pemasukan data
dan pemanggilan data apabila diperlukan, baik yang berupa data empirik yang di-input oleh pengguna data dinamis, maupun data-data penunjang
yang berfungsi sebagai informasi bagi pengguna data statis. Sistem manajemen basis data pada program SWEETCON.PROSION terdiri dari
tujuh basis data, yaitu data kemampuan proses, data bobot dan kriteria mesin dan peralatan, data input efisiensi teknis, data output efisiensi
teknis, data input efisiensi ekonomis, data output efisiensi ekonomis, dan data bobot dan kriteria pengendalian proses.
Basis data kemampuan proses terdiri dari data briks, pol, dan HK dari masing-masing proses, yang nantinya dianalisa menggunakan diagram
pengendali sehingga didapatkan proses mana yang paling banyak terdapat penyimpangan. Proses yang paling banyak terdapat penyimpangan itulah
yang bobotnya besar. Bobot yang didapat dari data kemampuan proses ini merupakan salah satu kriteria dalam basis data untuk pengendalian proses.
Basis data bobot dan kriteria mesin dan peralatan juga sama dengan data kemampuan proses, yaitu nantinya menghasilkan bobot yang
akan digunakan sebagai salah satu kriteria dalam basis data bobot dan kriteria pengendalian proses. Pada basis data bobot dan kriteria mesin dan
peralatan terdiri dari input bobot dari kriteria keamanan, life support, commercial
, keandalan realibility, vendor availability, spare part lead time
, Applicability of Condition Monitoring Technique, mean down time, jam henti, dan kapasitas. Beberapa kriteria tersebut ada yang terbagi lagi
menjadi beberapa sub kriteria dengan input bobotnya masing-masing. Basis data input efisiensi teknis, data output efisiensi teknis, data
input efisiensi ekonomis, dan data output efisiensi ekonomis digunakan untuk pengukuran kinerja perusahaan. Dari input dan output secara teknis
tersebut didapatkan hasil efisiensi kinerja perusahaan secara absolut maupun secara relatif. Indikator yang digunakan dalam pengukuran
efisiensi didasarkan pada duabelas indikator Barbiroli, tetapi yang digunakan pada penelitian ini hanya lima indikator yang pemilihannya
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Kelima indikator tersebut adalah Efisiensi Siklus Bahan baku Material Cycle Efficiency : MCE, Efisiensi
Siklus Energi Energy Cycle Efficiency : ECE, Efisiensi Lingkungan Produk Akhir Final Product Environmental Efficiency : FPEE, Efisiensi
Pengoperasian Peralatan Statis Equipment Static Operating Efficiency : ESOE
, dan Efisiensi Masukan Input Efficiency : IE. Basis data bobot dan kriteria pengendalian proses merupakan basis
data yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data dari beberapa pakar yang nantinya dianalisis menggunakan metode AHP. Kriteria yang digunakan
untuk menyusun hirarki sistem penunjang keputusan pengendalian proses produksi gula kristal ini diantaranya berasal dari data pembobotan model
kemampuan proses dan model komponen kritis yang ditambah dengan hasil pembobotan beberapa kriteria lain yaitu SDM, manajemen, dan
eksternal.