cadang ataupun peralatan pendukung dan segera melakukan tindakan perbaikan apabila terjadi kerusakan pada mesin dan peralatan produksi.
Dengan terkendalinya semua kegiatan proses produksi maka akan dapat mencapai tujuan kualitas produk akhir yang diinginkan oleh perusahaan.
Model kemampuan proses merupakan memberikan input yang berupa parameter atau indikator penting pada tiap proses dan keluaran yang
memberikan keputusan bagi pihak pabrik perlu atau tidaknya dilakukan tindakan perbaikan. Pabrik Gula Jati Tujuh selama ini hanya melakukan
kegiatan monitoring secara manual dan periodik. Selain itu dokumentasi data yang selama ini dilakukan belum terorganisir dengan baik. Dengan adanya
model penilaian kemampuankinerja proses ini dapat memberikan informasi secara cepat bagi pihak pabrikasi dan dapat dilakukan evaluasi dengan hanya
membuka data yang telah tersimpan dengan mudah. Mesin dan peralatan merupakan faktor yang juga penting bagi kelancaran
proses produksi. Model komponen kritis memberikan informasi mesin dan peralatan dari stasiun mana yang dinilai paling kritis. Melalui model ini dapat
dilakukan perencanaan persediaan suku cadang atau pemantauan lebih pada mesin dan peralatan yang dinilai kritis. Apabila salah satu mesin dan peralatan
kritis dapat menyebabkan seluruh proses produksi terhenti sehingga target produksi tidak tercapai dan dapat dikatakan bahwa proses tidak berjalan secara
efisien. Dengan adanya model ini juga diharapkan bagian instalasi dan produksi dapat merancang program perawatan mesin dan peralatan baik di
luar masa giling maupun dalam masa giling Model efisiensi produksi memberikan suatu kemudahan bagi perusahaan
untuk menganalisa keefisienan perusahaan baik secara teknis maupun secara ekonomis. Efisiensi produksi yang dinilai oleh model ini berdasarkan pada
lima indikator yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Keluaran dari model ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan kegiatan peningkatan produktivitas
atau kinerja bagi perusahaan. Selain itu, model efisiensi produksi dapat dijadikan rekomendasi bagi periode giling selanjutnya.
Model pengendalian proses merupakan integrasi dari model kemampuan proses dan model komponen proses dengan ditambah faktor-faktor lain
pendukung proses. Model yang menggunakan metode AHP ini dapat selalu di- up grade
apabila salah satu faktor pendukung proses produksi mengalami perubahan prioritas atau tingkat kepentingan bagi manajemen perusahaan.
Dari keseluruhan tingkat prioritas yang didapat, maka perusahaan dapat mengambil keputusan tahapan produksi mana yang dinilai paling kritis kritis
berdasarkan faktor-faktor pendukungnya sehingga pihak perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas demi kemajuan
perusahaan.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN A.
KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu mesin dan
peralatan produksi, kemampuan masing-masing tahapan proses, SDM, manajemen, dan faktor eksternal. Sistem penunjang keputusan
pengendalian proses produksi gula kristal dirancang dengan nama SWEETCON.PROSION yang terdiri dari empat model yaitu kemampuan
proses, komponen kritis, efisiensi produksi, dan pengendalian produksi. 2. Model kemampuan proses merupakan memberikan input yang berupa
parameter atau indikator penting pada tiap proses dan keluaran yang memberikan keputusan bagi pihak pabrik perlu atau tidaknya dilakukan
tindakan perbaikan pengendalian. Hasil penilaian kemampuan atau kinerja proses menunjukkan bahwa secara umum setiap stasiun memiliki kinerja
yang baik dan tidak ada yang perlu mendapat tindakan pengendalian. 3. Perhitungan komponen kritis proses menggunakan metode ECR
Equipment Critically Rating dimana mesin dan peralatan yang memiliki nilai tertinggi merupakan komponen paling kritis untuk diperhatikan dan
diintensifkan perawatannya. Hasil perhitungan ECR total didapatkan komponen pendukung proses yang paling kritis adalah mesin gilingan
dengan nilai sebesar 81,49 diikuti dengan mesin penguapan 79,69, kristalisasi 76,59, pemurnian 75,80, dan yang paling tidak kritis adalah
mesin putaran 72,64. 4. Hasil perhitungan efisiensi absolut didapatkan hasil siklus energi,
lingkungan produk akhir dan masukan belum efisien secara teknis dengan masing-masing tingkat efisiensi sebesar 41,52 persen, 31,90 persen, dan
43,24 persen. Sedangkan dari segi ekonomis siklus energi inefisien sebesar 140,86 persen, lingkungan produk akhir inefisien sebesar 72,76
persen, dan masukan inefisien sebesar 125,5 persen
5. Hasil perhitungan efisiensi relatif antar indikator menunjukkan indikator siklus bahan baku dan pengoperasian peralatan statis telah efisien secara
relatif, sedangkan indikator siklus energi dan lingkungan produk akhir tidak efisien secara relatif.
6. Sistem penunjang keputusan yang dimulai dengan mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi proses. Dari pembobotan kriteria
menggunakan metode AHP didapatkan bahwa mesin dan peralatan memiliki bobot paling tinggi yang mempengaruhi efisiensi dan kinerja
proses produksi, kemudian faktor kemampuan proses, SDM, manajemen, dan eksternal. Dari keseluruhan analisa masing-masing faktor pendukung
proses, didapatkan bahwa gilingan merupakan stasiun yang harus dikendalikan karena merupakan yang paling kritis berdasarkan hasil
pembobotannya yaitu sebesar 0,308.
B. SARAN
Penelitian ini menyarankan babarapa hal sebagai berikut: 1. Perusahaan hendaknya lebih memperhatikan faktor-faktor pendukung
proses yang digunakan dalam sistem ini yaitu mesin dan peralatan, kemampuan proses, SDM, manajemen, dan faktor eksternal yang saling
berkaitan satu sama lain. 2. Sistem monitoring dan dokumentasi data perlu lebih terinci dan dilakukan
evaluasi secara periodik agar mengetahui variasi dan kinerja dari masing- masing stasiun proses dan dengan sistem yang terintegrasi ini dapat
membantu penyimpanan data tersebut karena menggunakan metode Stastistical Process Control yang selama ini sudah dinilai cukup efektif
dalam mengukur kinerja proses produksi. 3. Hendaknya perusahaan mempergunakan ECR untuk monitoring mesin dan
peralatan pendukung proses seperti yang terdapat pada sistem SWEETCON.PROSION ini karena sangat fleksibel, dinamis dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan program penjadwalan perawatan mesin sehingga jam henti pada proses produksi dapat ditekan.