PRODUK DAN TEKNOLOGI PROSES
Nira yang keluar dari stasiun gilingan terdiri dari brix dan air, yang kemudian menuju stasiun pemurnian. Tujuan dari proses pemurnian adalah
untuk memisahkan unsur bukan gula selai air dari nira mentah dengan cara yang seefisien mungkin dan menjaga kehilangan gula sekecil mungkin.
Melalui cara ini diusahakan untuk menghilangkan kotoran dalam nira mentah sebanyak mungkin tanpa adanya kerusakan dari sukrosa. Sistem pemurnian
yang dipakai di PG. Jatitujuh adalah sulfitasi alkalis ganda dengan adanya penambahan gas SO2 sebanyak dua kali, yaitu di bejana sulfitasi nira mentah
dan di bejana sulfitasi nira kental. Di PG. Jatitujuh, proses sulfitasi menggunakan dua cara yaitu ventury dan blower. Hasil dari stasiun pemurnian
adalah nira encer dan hasil samping berupa blotong. Blotong ditampung ke truk-truk pabrik dan digunakan sebagai pupuk.
Setelah dari stasiun pemurnian, nira encer menuju ke stasiun penguapan dimana proses yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan air dari
suatu bahan. Dalam stasiun ini diharapkan air dihilangkan hingga kadarnya dalam nira hanya tinggal 30-35 . Proses penguapan menyebabkan nira
menjadi kental dan pekat, mendekati konsentrasi jenuhnya. Dalam melakukan efisiensi proses penguapan, PG. Jatitujuh menggunakan 5 buah badan penguap
dan terdapat 1 badan penguap yang tidak dioperasikan sebagai cadangan. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam proses penguapan adalah bahwa proses
penguapan berlangsung singkat dan mempunyai kecepatan penguapan yang tinggi. Keadaan seperti ini akan menjaga agar tidak terjadi kerusakan sukrosa.
Dari stasiun penguapan, nira masuk ke untreated syrup tank, lalu dipanaskan di juice heater untuk mempersiapkan nira sebelum masuk ke
reaktor pemroses. Di dalam reaktor pemroses yang bersuhu 75-80
o
C, nira dicampur dengan asam phospat dan susu kapur. Kemudian nira hasil reaksi
diumpankan ke aerator yang berfungsi untuk menambahkan udara ke dalam nira hasil reaksi tersebut supaya buih dan kotoran mengambang.
Nira kental yang dihasilkan stasiun penguapan menuju ke stasiun masakan yang berfungsi untuk mengambil sukrosa dalam bentuk kristal yang
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya serta mencegah terjadinya kerusakan maupun kehilangan sukrosa baik oleh mikroorganisme,
suhu, pH, serta lamanya proses. Proses pemasakan dilakukan pada suatu alat yang disebut pan masakan dengan menggunakan tekanan hampa. PG Jatitujuh
mengunakan sistem masakan ACD, dimana kristal A digunakan sebagai produk, sedangkan kristal C dan D sebagai pemasukan bibit.
Proses masakan menghasilkan satu massa campuran antara kristal gula dan larutan jenuh dengan sukrosa. Sehingga untuk mendapatkan kristal yang
murni maka campuran antara kristal gula dan larutan jenuh harus dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan gaya sentrifugal. Stasiun puteran
bertujuan untuk memisahkan kristal gula dan larutan gula yang terdapat pada masequite. Proses pemutaran masequite dari masakan A dan masakan D
dilakukan sebanyak 2 kali, sedangkan untuk masakan C dilakukan 1 kali. Proses pemutaran pertama terhadap masequite A diperoleh stroop A dan
gula A. gula A kristal kemudian dicuci dengan air agar mudah dipompa ke puteran kedua. Pada proses pemutaran kedua ini dihasilkan klare A dan gula
SHS I gula produk. Masequite C pada proses pemutarannya menghasilkan stroop C dan gula C kristal. Sedangkan proses pemutaran yang pertama
terhadap masequite D akan diperoleh stroop D biasa dikenal sebagai tetes atau molases dan gula D1 kristal yang kemudian ditambah air bersuhu 50
o
C untuk dipompakan ke putaran kedua. Pada proses pemutaran kedua ini akan dihasilkan klare D dan gula D2 kristal.
Gula produk SHS yang berasal dari puteran SHS masih dalam keadaan panas dan basah, sehingga diperlukan suatu alat untuk mengeringkan dan juga
mendinginkan gula tersebut yang berada pada stasiun penyelesaian. Tujuan dari stasiun penyelesaian ini adalah menghasilkan Gula Kristal Putih I SHS I
yang siap jual dalam keadaan kering, memiliki ukuran seragam sebagai gula produk 0,8-1,1 mm dan dikemas dalam tempat yang aman dari kerusakan.
Setelah keluar dari puteran SHS, gula kristal yang masih basah trun ke talang goyang yang selanjutnya dibawa ke gedung pengeringan gula.
Kristal gula yang keluar dari alat pengering dialirkan ke pipa pendingin. Pipa pendingin berakhir di corong alat pengering yang menuju ayakan getar.
Gula yang telah kering tersebut kemudian disaring berdasarkan perbedaan ukuran bahan pada ayakan getar yang memakai 2 tingkat ayakan. Dua tingkat
ayakan dalam proses penyaringan ini terdiri dari saringan gula produk dan saringan gula halus yang ukurannya berbeda.
Gula yang tidak tersaring pada saringan gula produk disebut gula krikilan gula kasar. Sedangkan gula yang tidak tersarimg pada saringan gula halus
disebut gula produk dan yang tersaring disebut gula halus. Gula krikilan dan gula halus ditampung dan dilebur lagi untuk dijadikan gula produk. Gula
produk diisikan ke karung plastik dengan bobot kemasan sebesar 50 kg dimana terdapat 2 lapis kemasan yang dipakai, yaitu berupa kantung plastik
bening sebagai kemasan primer yang berada di dalam karung plastik sebagai kemasan sekunder. Setelah itu karung dijahit dan dikirim ke gudang.