jelas kedudukan pemisahan tanggung jawab dan hubungan antar bagian satu dengan bagian yang lainnya, serta dapat diharapkan terjalin kerjasama yang
baik dalam menjalankan visi dan misi perusahaan. Pabrik Gula Jatitujuh dipimpin oleh seorang general Manajer yang
bertanggung jawab kepada Direksi. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, seorang general Manajer dibantu oleh:
1. Kepala Bagian Sumberdaya Manusia dan Umum. Disebut juga Kepala Bagian Administratur.
2. Kepala Bagian Tanaman. Bertanggung jawab kepada General Manajer di bidang tanaman.
3. Kepala Bagian Pabrikasi. Bertanggung jawab kepada General Manajer dalam bidang pabrikasi.
4. Kepala Bagian Instalasi. Bertanggung jawab dalam pengoperasian alat dan mesin yang digunakan dalam proses produksi.
5. Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan TUK. Dalam pengoperasian Pabrik Gula Jatitujuh memperkerjakan sejumlah
karyawan. Karyawan tersebut diklasifikasikan berdasarkan waktu penggunaan, sebagai berikut:
1. Karyawan Tetap Staff 2. Karyawan Bulanan dan Non Staff
3. Karyawan Musiman 4. Karyawan Harian
Pada musim giling karyawan bagian pabrikasi dan instalasi bekerja selama 24 jam dengan pergantian jam kerja sebagai berikut:
Pagi : 07.00 – 15.00
Siang : 15.00 – 23.00
Malam : 23.00 – 07.00
Sedangkan pada waktu bukan musim giling, karyawan tersebut masuk pada jam kerja pagi. Untuk karyawan bagian Tanaman dan bagian Tata Usaha
dan Keuangan TUK masuk setiap hari, kecuali hari Minggu dan hari libur pada jam kerja pagi.
C. PRODUK DAN TEKNOLOGI PROSES
PG. Jatitujuh merupakan industri yang mengolah bahan baku tebu untuk menghasilkan produk tunggal berupa gula kristal putih SHS. Gula produk ini
dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat maupun digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain, karena itu mutu gula harus dijaga dengan baik. Mutu
gula yang baik dipengaruhi oleh mutu bahan baku dan proses yang selalu terjaga agar sesuai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari
analisa tersebut adalah untuk mengetahui kualitas produk gula yang didapat yaitu gula SHS atau produk gula kristal putih kualitas 1 dan untuk
menganalisa tentang kelayakan gula untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara langsung kualitas gula ditentukan oleh P3GI Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia yang berada di Pasuruan Marpaung, 2005. Tabel 11. Kualitas Gula Kristal Putih
Kriteria Satuan Syarat
Pol Min 99.8
Daya Hantar Listrik derajat Min 80
Faktor Cuci Min 0.70
Gula Reduksi Min 0.11
Kejernihan Min
66.5 Kejenuhan
Min 14.4
Nilai Remisi Direduksi Min 59.3
Besar Butiran mm
0.8 – 1.1 Sebelum menghasilkan produk berupa gula kristal putih atau SHS
tersebut, terlebih dahulu bahan baku diolah dengan melalui beberapa tahapan proses produksi. Tahapan produksi yang dilalui mulai dari bahan baku masuk
pabrik hingga menjadi produk adalah stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, dan stasiun putaran.
Bahan baku tebu masuk ke dalam proses pertama kali melalui stasiun gilingan yang sebelumnya melewati stasiun persiapan. Stasiun gilingan
bertujuan untuk memisahkan nira dari tebu semaksimal mungkin dengan teknik pemerahan yang seefisien mungkin dan kehilangan nira dalam ampas
sekecil mungkin. Di PG. Jatitujuh proses penggilingan menggunakan 4 unit gilingan.
Nira yang keluar dari stasiun gilingan terdiri dari brix dan air, yang kemudian menuju stasiun pemurnian. Tujuan dari proses pemurnian adalah
untuk memisahkan unsur bukan gula selai air dari nira mentah dengan cara yang seefisien mungkin dan menjaga kehilangan gula sekecil mungkin.
Melalui cara ini diusahakan untuk menghilangkan kotoran dalam nira mentah sebanyak mungkin tanpa adanya kerusakan dari sukrosa. Sistem pemurnian
yang dipakai di PG. Jatitujuh adalah sulfitasi alkalis ganda dengan adanya penambahan gas SO2 sebanyak dua kali, yaitu di bejana sulfitasi nira mentah
dan di bejana sulfitasi nira kental. Di PG. Jatitujuh, proses sulfitasi menggunakan dua cara yaitu ventury dan blower. Hasil dari stasiun pemurnian
adalah nira encer dan hasil samping berupa blotong. Blotong ditampung ke truk-truk pabrik dan digunakan sebagai pupuk.
Setelah dari stasiun pemurnian, nira encer menuju ke stasiun penguapan dimana proses yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan air dari
suatu bahan. Dalam stasiun ini diharapkan air dihilangkan hingga kadarnya dalam nira hanya tinggal 30-35 . Proses penguapan menyebabkan nira
menjadi kental dan pekat, mendekati konsentrasi jenuhnya. Dalam melakukan efisiensi proses penguapan, PG. Jatitujuh menggunakan 5 buah badan penguap
dan terdapat 1 badan penguap yang tidak dioperasikan sebagai cadangan. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam proses penguapan adalah bahwa proses
penguapan berlangsung singkat dan mempunyai kecepatan penguapan yang tinggi. Keadaan seperti ini akan menjaga agar tidak terjadi kerusakan sukrosa.
Dari stasiun penguapan, nira masuk ke untreated syrup tank, lalu dipanaskan di juice heater untuk mempersiapkan nira sebelum masuk ke
reaktor pemroses. Di dalam reaktor pemroses yang bersuhu 75-80
o
C, nira dicampur dengan asam phospat dan susu kapur. Kemudian nira hasil reaksi
diumpankan ke aerator yang berfungsi untuk menambahkan udara ke dalam nira hasil reaksi tersebut supaya buih dan kotoran mengambang.
Nira kental yang dihasilkan stasiun penguapan menuju ke stasiun masakan yang berfungsi untuk mengambil sukrosa dalam bentuk kristal yang
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya serta mencegah terjadinya kerusakan maupun kehilangan sukrosa baik oleh mikroorganisme,