Data Pengangguran Desa Tegalwaru
Gambar 4.1 Pembuatan Wayang Golek
“A” juga menjelaskan bahwa hasil karyanya dijual dengan kisaran harga mulai Rp 300.000.00 hingga Rp 1.500.000.00, tidak hanya itu bahan
dasar yang digunakan oleh “A” untuk membuat wayang adalah dari kayu lame atau bisa disebut dengan kayu kule. Kayu ini mempunyai ke unggulan
sendiri dibandingkan dengan kayu al basyiah yang biasa digunakan untuk membuat wayang golek. Kayu ini tahan lama, anti rayap dan tidak mudah
keropos, sebagaimana yang di ungkapkan oleh “A” dalam wawancaranya:
”... Kebanykan wayang itu bahan dasarnya pakai kayu al basyiah, makanya kadang wayang cepet kropos atau di makan rayap karena
pakai kayu al basyiah. Kalau saya si pakai kayu kule, dia lebih kuat,
gak kropos, rayap juga gak doyan ...”
76
Memang kayu kule ini lebih bagus dibandingkan dengan kayu al basyiah namun kendalanya saat ini kayu tersebut sudah mulai langka dan
susah untuk dicari. Kisaran harga kayu tersebut antara Rp 100.000.00 hingga Rp 1.000.000.00. Lamanya proses pembuatan wayang golek ini lebih
kurang satu minggu. Sebelum masuknya Yayasan KUNTUM “A”
memasarkan hasil produknya ke Jakarta pada sebuah pasar di bilangan Jakarta Pusat. Dulunya ju
ga “A” berkeliling untuk memsarkan produknya. Kemudian setelah masuknya Yayasan KUNTUM ke Tegalwaru dengan
76
Wawancara pribadi dengan pelaku usaha wayang golek. Bogor, 27 November 2014
konsep Kampung Wisata Bisinis, “A” tidak perlu lagi untuk memasarkan ke Jakarta dan mencari cari konsumen. Sekarang konsumen yang mendatangi
langsung untuk membeli maupun memesan wayang dengan tokoh tertentu. “Berkat Yayasan KUNTUM usaha saya jadi banyak yang tau, sudah
bisa menhidupi keluarga saya. Anak-anak saya pun bisa sekolah. Alhamduliilah.”
77
Dengan bnyaknya pesanan, “A” pun kualahan untuk menanganinya. Akhirnya A mengajari istrinya untuk bisa membuat wayang golek, sekaligus
dapat membantu pekerjaanya. “Saya tawarin aja istri saya untuk membuat wayang, daripada
ngaanggur Cuma ngurusin anak, ya lebih baik iseng-iseng bantuin saya. Kan lumayan ada pemasukan lebih. Seenggaknya bisa terpenuhi
lah kebutuhan sehari” Penjelasan si A juga diperkuat oleh istrinya melalui wawancaranya:
“ ya saya disuruh bapak buat belajar wayang, supaya bisa membantu bapak. Soalnya pesanan wayang kan banyak. Kasihan bapak keteter
sama pekerjaannya, ya walaupun saya baru bisa warnain wayang
aja“
78
“A” juga sering diajak oleh Bu Tatiek untuk ikut seminar, malah beliau pernah beberapa kali menjadi narasumber. Dari sini juga usaha
wayang golek “A” dikenal orang. Dengan adanya Yayasan KUNTUM di Tegalwaru, membuat usaha wayang si “A” menjadi lebih maju, bisa
menambah pemasukan, memenuhi kebutuhan hidup kelaurga “A” dan yang terpenting bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi istrinya. Harapan
kedepan “A” adalah ingin membuat Galeri wayang di pinggir jalan, supaya orang banyak bisa melihat karyanya. Seperti yang dikutip dalam
wawancaranya:
77
Wawancara pribadi dengan pelaku usaha wayang golek. Bogor, 27 November 2014
78
Wawancara pribadi dengan Istri pelaku usaha wayang golek. Bogor, 27 November 2014
“ Saya si ingin punya galeri, buka di pinggir jalan supaya orang-orang bisa lihat. Kan dari melihat mungkin saja mereka tertarik ingin beli, ya
barangkali yang tadinya gak suka sama wayang jadi suka gitu “
79