Dengan adanya Yayasan KUNTUM usaha “B” menjadi maju, pemasarannya pun cukup bagus dan yang terpenting dapat menyerap tenaga
kerja yang ada di Desa Tegalwaru
4. Pelaku Usaha Tas “F”
“F” adalah salah satu pelaku usaha pembuatan tas di Desa Tegalwaru, “F” adalah anak dari pengusaha tas yang ada di Tegalwaru. “F” di percayai
bapaknya untuk meneruskan usaha tas yang dijalankan bapaknya selama 17 tahun. awal mula menekuni bidang pembuatan tas ini ketika ayahanda “F”
bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang ritel seperti pembuatan tas, pakaian, jam tangan, aksesoris dll. Kemudian di Tahun
2000-an perusahaan tersebut kolep dikarenakan banyak barang luar yang masuk ke indonesia, jadi barang Cina harganya lebih murah dibandingkan
barang lokal. Ketika perusahaan itu kolep, ayahanda “F” tidak bekerja dan memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut. Pada tahun 2009
ayahanda “F” diajak kerja sama oleh salah satu produsen tas yang terkenal sebagai pengolah tas. Kerjasama tersebut disetujui oleh ayahanda “F”,
usahanya untuk mengolah dan bahan dan membentuk pola hingga jadi. Sehingga awal bisnisnya hanya bermodal kejujuran dengan pihak yang
bekerja sama. Setelah berjalan beberapa tahun pihak tersebut memutuskan hubungan kerjasama dikarenakan kondisi perusahan dan pasar tidak stabil.
Gambar 4.5 Pabrik Industri Tas
Mulai dari kejadian tersebut “F” dan ayahnya mulai mencari strategi dengan memanfaatkan sisa barang yang diperolehnya dari kerjasam untuk
mengembangkan bisnisnya. Hal tersebut dijelaskan oleh “F” ketika dalam wawancaranya:
“ Setelah bapak keluar dari kerjaannya dan sudah tidak kerjasama dengan perusahaan Shoka, saya dan bapak menjalankan usaha ini
sendiri tanpa kerjasama, saya juga mengajak tetangga saya untuk
bekerja membuat pola ataupun menjahit tasnya”
88
Dengan menawarkan tetangganya untuk bekerja, ini akan menjadi sebuah ciri khas sendiri bahwa tas yang di
produksi oleh “F” benar-benar asli buatan warga Tegalwaru. Tidak hanya itu saja ketika Yayasan KUNTUM
hadir, Yayasan KUNTUM memberikan inovasi dan ide kretaif kepada “F” bahwa pembuatan tas ini tidak hanya dilakukan di pabrik melainkan bisa
dilakukan di rumah atau bisa disebut dengan home industry. Ini pernyataan “F” ketika di wawancari:
“ Saya senang Yayasan yang dipimpin oleh Bu Tatiek ini bisa memberikan sebuah ide buat usaha saya dan membantu warga
88
Wawancara pribadi dengan pelaku usaha Tas. Bogor, 16 November 2014
Tegalwaru juga . Saya sangat berterimakasih sekali dengan Bu tatiek ”
89
Setiap kepala keluarga yang mampu membuat tas per Minggu akan distor ke pabrik dan akan digantikan upah pembuatan tas yang perlusinnya
berkisar antara Rp 20.000 hingga Rp 150.000 tergantung pada jenis tas dan tingkat kesulitannya. Hasil tas yang diproduksi oleh warga Desa Tegalwaru
banyak dipasarkan di Jakarta maupun di luar Jawa.
Gambar 4.6 Galeri tas yang ada di Tegalwaru
Dengan semakin meningkatnya permintaan pasar, meningkat pula
peluang lapangan pekerjaan yang ada di Desa Tegalwaru. Jumalah pekerja yang diserap oleh usaha “F” kurang lebih sekitar 75 orang termasuk
mandor dan keneknya . Berbagai macam latar belakang dari pekerja mulai
dari petani, tukang kebun, anak muda disana pun turut ikut dalam membuat tas. Salah satu contohnya si “D” dengan latar belakang dari keluarga yang
tidak mampu. Ibunya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, Bapaknya bekerja sebagai tukang bangunan.”D” anak pertama dari dua bersaudara, adiknya
berumur 5 tahun. “D” mulai bekerja di UKM tas ini sejak 2 bulan yang lalu, “D” diajak oleh saudaranya untuk bekerja di tempat “F”. “D” bekerja
89
Wawancara pribadi dengan pelaku usaha Tas. Bogor, 16 November 2014
selama 8 jam dengan waktu istirahat selama 1 jam. Karena masih baru bekerja disana “D” diberikan pekerjaan yang ringan dan tidak terlalu sulit
seperti mengelem dan memotong resleting. “D” mengaku senang bisa bekerja di UKM
tas seperti ungkapan “D” saat dalam wawancara: “Iya saya senang bisa kerja disini, dekat dari rumah, upah saya bisa
saya tabung dan di kasih kan ke orang tua”
90
Ini menunjukan bahwa semakin majunya Desa Tegalwaru dengan konsep Kampung Wisata Bisnis yang diprakarsai oleh Yayasan KUNTUM
Indonesia. Pelaku usaha dan UKM semakin maju karena semakin banyak tamu yang datang dan semakin sering juga desa ini dipromosikan.
5. Pelaku
Usaha Tanaman Obat “Su”
“Su” merupakan seorang pelaku usaha pengolahan tanaman herbal di Desa Tegalwaru yang
dinamakan Sari Sehat. “Su” sendiri bukan warga asli Desa
Tegalwaru, akan
tetapi mendapatkan
kepercayaan untuk
memanfaatkan sebuah lahan seluas 7000 M atas keterampilan salah seorang dosen pertanian IPB. Berlatar belakang seoarang perawat dan pengalaman
pri badi karena gangguan penyakit maag yang dideritanya, membuat “Su”
termotivasi untuk belajar tanaman herbal dan mempraktekan ramuan herbal pertama kali untuk dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikutip dalam
wawancaranya: “Gara-gara waktu itu ibu punya penyakit maagh, kitanya juga bukan
orang ada, Cuma bisa beli obat warung. Tapi dari situ ibu coba-coba buat belajar ramuan herbal. Karena dari dulu ibu emang udah suka
ngeramu tanaman herbal”
91
90
Wawancara pribadi dengan pekerja yang bekerja di industri Tas. Bogor, 16 November 2014
91
Wawancara pribadi dengan pelaku usaha tanaman obat. Bogor 5 Mei 2015