Pelaku Profil Uasaha Kecil Menengah UKM di Desa Tegalwaru

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ini ungkapan “U” dalam wawancaranya: “ Dulu emang saya kerja jadi tukang bangunan, penghasilan juga seadanya gitu, kalau ada proyek aja baru saya kerja. Kalau gak ada proyek ya gak ngapa-ngapain. Kalau di bilang mencukupi kebutuhan, ya kurang sebenarnya“ 82 “U” akhirnya ditawarkan bekerja oleh “AN” sejak tahun 2006 - sampai sekarang. Kehidupan “U” setidaknya bisa membaiayai sekolah anaknya dan menafkahi keluarganya. Apabila “U” ditawarkan untuk bekerja membangun rumah, “U” hanya menerima renovasi rumah yang kecil- kecilan dan tidak sampai memakan waktu yang cukup lama. Pernayataan ini di ungkapkan “U” dalam wawancaranya: “ Waktu itu saya ditawarkan bekerja oleh pak “AN”, bapak datang kerumah saya. Alhamdulillah ya, rezeki Allah. Bapak juga tidak menyuruh saya berhenti sebagai tukang, pekerjaan tukang bisa disambi gitu “ 83 “U” sangat senang bisa bekerja di peternakan “AN”, disamping itu “U” juga bangga terhadap desanya karena sudah dikenal banyak orang.

3. Pelaku Usaha Pembibitan Ikan Patin Bi

“B” merupakan salah satu warga Desa Tegalwaru yang memiliki usaha pembibitan ikan patin. “B” berkecimpung dalam bidang perikanan sudah hampir lama sekitar 25 Tahun semenjak “B” menikah dengan istrinya yang asli Desa Tegalwaru. Akhirny a pada Tahun 2002 “B” mencoba melakukan ternak ikan mas, gurame dan bawal. Karena berternak ikan mas dan gurame membutuhkan waktu panen yang cukup lama antara 3 sampai 4 82 Wawancara pribadi dengan pekerja yang bekerja di perternakan. Bogor, 5 Desember 2014 83 Wawancara pribadi dengan pekerja yang bekerja di perternakan. Bogor, 5 Desember 2014 bulan bahkan gurame bisa sampai 10 bulan. Akhirnya “B” berpindah ke pembibitan ikan patin karena hanya memakan waktu paling lama 30 hari. Hanya bermodal dengan 15 akuarium, “B” sudah bisa memenuhi permintaan konsumen se- Kabupaten Bogor, hingga saat ini “B” sudah memiliki 200 akuarium dan sudah bisa memenuhi permintaan konsumen se- Kota Bogor bahkan permintaan tersebut meluas ke daerah Lampung, Palembang dan Kalimantan. Seperti yang di ungkapkan oleh “B” dalam wawancaranya: “Pemasaran patin itu sampai keluar daerah Lampung, Palembang, Kalimantan, dikirimnya juga pakai pesawat gitu “ 84 Gambar 4.4 Bibit ikan patin yang siap dikirim kepetrenak ikan Harga pembibitan ikan patin yaitu Rp 150.00ekor . Dalam melakukan pembibitan dibutuhkan ketrampilan khusus dan waktu yang khusus, hal ini dilakukan karena bibit ikan perlu diganti air setiap satu jam sekali disesuaikan jumlah bibit per satu akuarium dan dikontrol waktu makan untuk bibit ikan. Untuk saat ini pekerja yang diserap oleh usah “B” sekitar 15 orang , salah satunya pekerja yang bernama “AT” adalah salah 84 Wawancara pribadi dengan pelaku usaha pembibitan ikan patin. Bogor, 27 November 2014 satu pekerja yang sudah la ma ikut dengan “B”, “AT” ini sudah berkeluarga dan sudah mempunyai cucu juga, jadi kebutuhan hidup “AT” tidak terlalu berat lagi karena anak-anaknya sudah menikah dan kebanyakan tinggal di luar daerah. Istri “AT” tidak bekerja, hanya sebagai Ibu rumah tangga. Awalnya “AT” adalah tukang ojek di Tegalwaru, sekarang “AT” bekerja mengantarkan bibit ikan ke perternak ikan yang ada di Kabupaten Bogor seperti yang di ungkapkan “AT” dalam wawancaranya: “Bapak mah sudah lama bekerja dengan “B”, dari dulu hanya punya 5 akuarium sekarang udah gak ke hitung, dulu bapak kerjanya ngurusin bibit ikan di akuarium, sekarang mah udah enak bapak kerjanya jalan- jalan nganterin bibit ikan ke pembeli” 85 “AT” juga merasakan perbedaan semenjak hadirnya Yayasan KUNTUM di Tegalwaru, banyak tamu yang datang untuk melihat sekaligus ingin belajar bagaimana belajar berternak ikan dan pekerjanya bertambah banyak untuk mengurusi hal-hal yang lainya. Berikut petikan wawancara “AT” : “Semenjak ada KUNTUM makin banyak orang yang datang kesini, tujuannya macem-macem gitu ada yang pengen belajar ternak, ada juga cuma ngeliat doang, ada juga yang langsung mesen bibit ikanya.” 86 Pernyataan “AT” juga di perkuat oleh “B” dalam wawancranya: “Alhamdulillah saya berterimakasih sama Yayasan KUNTUM udah bikin usaha saya jadi dikenal bnyak orang, jadi banyak tamu yang datang ketempat saya, mungkin gak cuma saya aja yang ngerasain ini, banyak usaha-usaha yang lainnya juga yang ngerasain keuntungannya” 87 85 Wawancara pribadi dengan pekerja yang bekerja di pembibitan ikan patin. Bogor, 27 November 2014 86 Wawancara pribadi dengan pekerja yang bekerja di pembibitan ikan patin. Bogor, 27 November 2014 87 Wawancara pribadi dengan pelaku usaha pembibitan ikan patin. Bogor, 27 November 2014 Dengan adanya Yayasan KUNTUM usaha “B” menjadi maju, pemasarannya pun cukup bagus dan yang terpenting dapat menyerap tenaga kerja yang ada di Desa Tegalwaru

4. Pelaku Usaha Tas “F”

“F” adalah salah satu pelaku usaha pembuatan tas di Desa Tegalwaru, “F” adalah anak dari pengusaha tas yang ada di Tegalwaru. “F” di percayai bapaknya untuk meneruskan usaha tas yang dijalankan bapaknya selama 17 tahun. awal mula menekuni bidang pembuatan tas ini ketika ayahanda “F” bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang ritel seperti pembuatan tas, pakaian, jam tangan, aksesoris dll. Kemudian di Tahun 2000-an perusahaan tersebut kolep dikarenakan banyak barang luar yang masuk ke indonesia, jadi barang Cina harganya lebih murah dibandingkan barang lokal. Ketika perusahaan itu kolep, ayahanda “F” tidak bekerja dan memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut. Pada tahun 2009 ayahanda “F” diajak kerja sama oleh salah satu produsen tas yang terkenal sebagai pengolah tas. Kerjasama tersebut disetujui oleh ayahanda “F”, usahanya untuk mengolah dan bahan dan membentuk pola hingga jadi. Sehingga awal bisnisnya hanya bermodal kejujuran dengan pihak yang bekerja sama. Setelah berjalan beberapa tahun pihak tersebut memutuskan hubungan kerjasama dikarenakan kondisi perusahan dan pasar tidak stabil.