Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

saja. Selain guru yang mengajar konvensional, guru juga selalu mendominasi kelas, dengan harapan konsep yang diajarkan segera selesai. Siswa kurang diberi kesempatan untuk berhubungan dengan lingkungan alam sekitar, menelaah dan berpendapat suatu konsep yang ada. Akibatnya suasana kelas selama pembelajaran cenderung pasif, aktivitas siswa rendah dan kurang kondusif. Siswa tidak aktif bertanya, kalaupun ada yang bertanya jenis pertanyaannya berkualitas rendah dan tidak menunjukan proses berpikir ilmiah. 3 Apalagi jika model pembelajaran tersebut hanya menekankan pada pemberian konsep semata, sehingga peserta didik tidak mampu memahami materi pelajaran secara penuh. Model pembelajaran seperti ini perlu dirubah dengan kecenderungan kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan belajarnya diciptakan secara alamiah. Dibutuhkan model pembelajaran yang dapat menghidupkan suasana kelas. Dengan konsep ini, hasil belajar pembelajaran diharapkan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana cara mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari pada saat ini akan berguna bagi hidupnya nanti. 4 Untuk mengatasi masalah ini, guru di tuntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Guru di harapakan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri. Dengan kata lain diharapakan agar guru mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik dalam Ilmu Pendidikan Alam IPA khususnya bidang fisika. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based Learning. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran 3 Sri Sarmini, “ Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA Bagi Siswa Kelas IX F Di SMP Negeri 37 Semarang”. Dalam widya tama vol 3 no. 3. September 2006, hal. 2 4 Ahmad Talib, Mardin, Sinar Alam, Katarina Tibarang, “ Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa SMP”. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan , Volume 2, No 3, Desember 2005, hal 254 peserta didik pada masalah autentik nyata sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Pada model ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan fasilitas penelitian, dan melakuakn penelitian. 5 Model pembelajaran ini juga banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diberikan kebebasan untuk lebih berpikir kreatif dan aktif berpartisipasi dalam mengembangkan penalarannya mengenai materi yang diajarkan serta mampu menggunakan penalarannya tersebut dalam menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Diantara materi- materi fisika yang dapat dijadikan suatu bahan permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada konsep kalor, dimana pada konsep kalor didalamnya membahas tentang fenomena-fenomena yang ada dikehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Dipilihnya model pembelajaran berdasarkan masalah dalam penelitian ini karena model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mendorong siswa untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan. Dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan dapat menimbulkan rasa senang dan antusias siswa dalam belajar. Dengan demikian diharapakan dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa” 5 Nuryati Abbas, “ Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Maslah Problem Based Instruction Dalam Pembelajaran Matematika Si SMU”. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 051, Tahun Ke-10, November 2004, hal 833

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Masih rendahnya hasil belajar fisika siswa. 2. Siswa belum mampu berpikir secara menyeluruh sehingga belum memahami keterkaitan satu materi dengan materi lainnya 3. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Misalnya, proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa pasif.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengoptimalkan hasil penelitian mengenai pengaruh model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem Based Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa, maka permasalahan penelitian dibatasi sebagai berikut: 1. Model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based Learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan lima tahapan, yaitu mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif meliputi jenjang C1-C4

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi guru, diharapkan hasil penelitan ini bermanfaat untuk memberikan alternatif kepada guru dalam mengajarkan fisika melalui model pembelajaran berdasarkan masalah. 2. Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan belajar siswa, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi untuk menyelesaikan masalah. 3. Bagi sekolah, diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan sumbangsi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokan dalam teori pembelajaran konstruktivisme constructivist theories of learning. Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. 6 Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk diirinya sendiri, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan belajar yang menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika siswa secara aktif membangun construct sendiri pengetahuan dan pemahamannya. Dalam hal ini, siswa belajar dengan mengembangkan pengetahuan awal yang sudah terlebih dahulu dimilikinya. Para pakar konstruktivisme mengemukakan bagaimana pengetahuan dapat disusun sehingga dapat dipelajari, yaitu dengan cara para pembelajar sendiri yang harus aktif sehingga pembelajar dapat memilih dan menginterpretasikan informasi yang diperolehnya dari lingkungan di sekitar dirinya. Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri 6 Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. h. 13