Hubungan Antara Jumlah Bakteri Patogen Udara dalam Ruang Kerja

101 chi-square diketahui umur responden penelitian tidak memiliki hubungan yang bermakna P value0,05 dengan gejala fisik SBS, P value = 0,244. Analisis keeratan hubungan dua variabel diperoleh PR = 0,684 95 CI 0,421-1,112.

5.3.2.3 Hubungan Antara Status Gizi dengan Gejala Fisik SBS pada

Responden Penelitian Gedung X Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi tidak normal sebagian besar mengalami gejala fisik SBS yaitu sebanyak 6 orang 50,0.Sedangkan responden yang memiliki status gizi normal sebagian besar tidak mengalami gejala fisik SBS yaitu sebanyak 14 orang 41,2. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui status gizi responden penelitian tidak memiliki hubungan yang bermakna P value0,05 dengan gejala fisik SBS, P value = 0,848. Analisis keeratan hubungan dua variabel diperoleh PR = 1,176 95 CI 0,625-2,213.

5.3.2.4 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dalam Ruang dan

Sensitivitas terhadap Asap Rokok dengan Gejala Fisik SBS pada Responden Penelitian di Gedung X Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki kebiasaan merokok dalam ruangan dan mengalami keluhan SBS 102 yaitu sebanyak 2 orang 20,0. Sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok dalam ruang kerja dan tidak mengalami keluhan SBS yaitu sebanyak 18 orang 50,0. berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui kondisi merokok responden penelitian tidak memiliki hubungan yang bermakna P value0,05 dengan keluhan SBS, P value = 0,150. Analisis keeratan hubungan dua variabel diperoleh PR = 0,023 95 CI 1,163-3,229. Mungkin saja hal ini terjadi karena tingkat SBS pada responden penelitian yang tidak merokok cukup tinggi yaitu sebanyak 36 responden 78,3 sebab dibandingkan dengan perokok aktif, perokok sensitif jauh lebih peka terhadap efek dari asap rokok yang ada disekitarnya. Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki sesitivitas terhadap asap rokok dan mengalami keluhan SBS yaitu sebanyak 16 orang 59,3 dan tidak ada perokok aktif yang memiliki sensitivitas terhadap asap rokok ini. Sedangkan responden yang tidak memiliki sensitivitas terhadap asap rokok dan tidak mengalami keluhan SBS yaitu sebanyak 15 orang 78,9. berdasarkan hasil uji statistik chi- square diketahui kondisi sensitivitas responden penelitian terhadap asap rokok memiliki hubungan yang bermakna P value0,05 dengan keluhan SBS, P value = 0,023. Analisis keeratan hubungan dua variabel diperoleh PR = 1,938 95 CI 1,163-3,229 artinya responden yang sensitivitas terhadap asap rokok perempuan berpeluang 1,938 kali untuk mengalami