68
4.3.1 Rancangan Sampel
4.3.1.1 Perhitungan Jumlah Sampel
Jumlah besar sampel minimal dalam penelitian dihitung dengan rumus besar sampel menurut Lemeshow 1991 dengan menggunakan
rumus uji hipotesis beda dua proporsi, yaitu :
Keterangan : n
: Jumlah sampel minimal yang diperlukan P1
: Proporsi responden yang berumur 40 tahun dan mengalami SBS 75 Esi Lisyastuti, 2010
P2 : Proporsi responden
yang berumur ≤ 40 tahun dan mengalami SBS 39,4 Esi Lisyastuti, 2010
P : Rata-rata proporsi
Z1- α2 : Derajat kemaknaan α pada dua sisi two tail yaitu
sebesar 5=1,96 Z1-
β : Kekuatan uji 1-
β yaitu sebesar 80=0,84 Jumlah sampel = 30
30 = non SBS x n’
n’= 30 non SBS n’= 30 65 non SBS Najmi, 2011
n’= 46 sampel
69
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka responden yang dibutuhkan sebanyak 46 responden.
4.3.1.2 Teknik Sampling
Pemilihan sampel tersebut diambil dengan menggunakan rancangan non-random sampling yaitu dengan teknik accidental. Penyampelan
accidental adalah non probabilitas sampling teknik dimana subyek dipilih karena aksesibilitas kenyamanan dan keterbatasan pengambilan sampel
bagi peneliti. Dalam semua bentuk penelitian, akan sangat ideal untuk menguji seluruh populasi namun dalam banyak kasus populasi terlalu besar
sehingga mustahil untuk menyertakan setiap individu. Cara metode pengambilan responden ini adalah dengan memilih siapa yang kebetulan
adadijumpai. Keuntungannya
ialah murah,
mudah dan
cepat Notoatmodjo, 2010.
Dalam hal ini pengelola gedung X membatasi pengambilan data responden karena hanya beberapa perusahaan yang bersedia untuk
dijadikan objek pada penelitian ini. Responden penelitian diambil di 5 lantai dari 10 lantai yang ada di gedung X. Kemudian dari 5 lantai tersebut
didapat sejumlah perusahaan disetiap lantainya yang telah ditentukan pula oleh pengelola gedung X itu sendiri. Ada 8 perusahaan yang akhirnya
masuk ke dalam penentuan responden. Kemudian dari 8 perusahaan tersebut didapat responden yang dijumpai saat penelitian dan masuk