sekarang, sebenarnya sangat mengharapkan peksos ya. Karena kan gak bisa dipungkiri kalau peksos pasti lebih mampu menangani
anak-anak, dimulai dari asesmen, perencanaan sosial, psikologinya, perkembangan emosinya, itukan memang bidang mereka.
Sebenarnya Dinas Sosial sendiri memberikan rujukan tentang pekerja sosial tapi karena kendala dengan pimpinan panti makanya
jadi sulit.” Panti asuhan belum melakukan kerjasama dengan Dinas Sosial
mengidentifikasi pekerja sosial yang bekerja di panti asuhan atau di Dinas Sosial yang memiliki supervisi dan menetapkannya sebagai supervisor panti asuhan.
5.3.3 Output Keluaran
Untuk aspek output keluaran peneliti memperoleh data dari wawancara dengan pengurus panti. Aspek output dalam pelaksanaan standar pelayanan minimal
panti asuhan yaitu standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan untuk anak.
5.3.3.1 Standar Evaluasi serta Pengakhiran Pelayanan dan Pengasuhan Untuk Anak
A. Review Penempatan dan Pengasuhan
Pemenuhan kebutuhan anak terhadap pengasuhan harus selalu dimonitor dan dievaluasi secara regular agar anak tetap mendapatkan pengasuhan yang optimal.
Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai berikut:
Sekretaris panti:“Panti selalu mengawasi kebutuhan anak, seperti urusan pendidikannya, kesehatan, pakaian dan permakanannya. Panti
melakukan review biasanya setahun sekali. Apalagi jika anak sudah mau berakhir pengasuhannya atau sebelum dikembalikan
lagi kekeluarganya, dilihat apa saja perubahan yang terjadi selama diasuh, jika perubahan tidak terjadi secara signifikan,
panti mengevaluasi apa yang salah, dari lingkungan kah atau justru dari panti sendiri. Semua kan tujuannya biar optimal.”
Mentoring dan evaluasi atau review dimaksudkan untuk memahami situasi pengasuhan anak terutama untuk mengecek pelaksanaan pengasuhan oleh orang
tuakeluarga besar dan panti asuhan serta ketersediaan keluarga pengganti yang mungkin melaksanakan pengasuhan. Dalam hal ini, anak mendapatkan penjelasan
tentang tujuan dan proses review penempatan pengasuhan jika diperlukan. Hasilnya menjadi dasar bagi perubahan rencana pengasuhan. Anak yang tinggal di panti
asuhan karena alasan pendidikan dan ketidakmampuan keluarga secara ekonomi segera diatur pengembaliannya kepada keluarga.
B. Pelaporan Anak yang Melarikan Diri atau Pengasuhan Diakhiri
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus melaporkan anak-anak yang melarikan diri atau yang dikeluarkan kepada Dinas SosialInstansi Sosial dan
bertanggung jawab untuk memastikan keberadaan, keselamatan dan keamanan anak. Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai
berikut: Sekretaris panti:“Banyak kasus anak yang melarikan diri disini, sejauh ini solusinya
buntu. Pada umumnya yang melarikan diri justru anak-anak
jalanan atau gelandangan, dengan alasan mereka sudah biasa hidup di jalan dan tidak suka diatur. Kalau untuk anak yatim piatu
atau fakir miskin gitu tidak pernah ada yang seperti itu. Pemko yang merujuk anak-anak jalanan itu agar diasuh, pada dasarnya
panti mampu untuk mengasuh mereka, tapi seharusnya mereka dikarantina dulu di Dinsos, dipulihkan dulu baru dirujuk ke panti
asuhan. Seharusnya seperti itu. Dibutuhkan sekali psikiater dalam hal ini tapi semua kan berhubungan dengan dana. Hal-hal seperti
ini selalu dilaporkan ke Dinsos, karena setiap anak-anak yang dirujuk kesini namanya juga terdaftar di Dinsos.”
Panti asuhan sudah memiliki mekanisme pelaporan bagi anak-anak yang melarikan diri. Panti asuhan bekerja sama dengan Dinas Sosial karena seluruh anak
yang menjadi warga binaan terdaftar di Dinas Sosial. Perlu ditingkatkan pengawasan serta alternatif solusi khususnya dalam menangani kasus anak-anak yang melarikan
diri.
C. Pengakhiran Pelayanan
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus melakukan pengakhiran pelayanan, setelah anak dipastikan mendapatkan solusi pengasuhan yang permanen.
Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai berikut:
Sekretaris panti:“Pelayanan diakhiri sampai anak lulus SMA, karena anak asuh disini masih punya orang tua paling tidak orang tunggal atau
keluarga jadi panti tidak memberikan solusi pengasuhan yang bersifat permanen seperti adopsi atau pengangkatan anak. Setelah
pelayanan diakhiri, anak-anak dijemput lagi oleh keluarganya sesuai dengan surat pernyataan yang dibuat ketika melakukan
asesmen awal.” Panti asuhan memiliki rencana pengakhiran pelayanan untuk setiap anak.
Anak terlibatkan dan menyepakati rencana pengakhiran pelayanan tersebut, serta perlu dipersiapkan untuk meninggalkan panti asuhan sesuai dengan review
penempatan jika memang diperlukan. Keluarga dipersiapkan untuk menerima kembali anak mereka sekurang-kurangnya sebulan sebelum anak dikembalikan. Panti
asuhan tidak memfasilitasi dan melibatkan orang tua dalam kepulangan anak serta menjelaskan rencana mentoring untuk mengetahui perkembangan anak.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti akan memberikan kesimpulan mengenai Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan melalui tahapan standar pendekatan awal dan penerimaan rujukan, standar pelayanan
pengasuhan oleh LKSA, standar pelayanan berbasis LKSA, standar pelaksanaan pengasuhan, hingga standar evaluasi serta pengakhiran
pelayanan dan pengasuhan untuk anak. Tahapan standar pendekatan awal dan penerimaan rujukan sudah dilakukan dengan cukup baik, sedangkan pada
tahapan standar pelayanan pengasuhan oleh LKSA, standar pelayanan berbasis LKSA, standar pelaksanaan pengasuhan hingga evaluasi serta
pengakhiran pelayanan dan pengasuhan untuk warga binaan masih belum maksimal atau ada beberapa indikator pelayanan yang pelaksanaannya tidak
sesuai dengan standar pelayanan minimal lembaga kesejahteraan sosial anak dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 30HUK2011 tentang Standar
Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. 2.
Hal yang dikhawatirkan adalah karena warga binaan didominasi oleh fakir miskin yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan pendidikan,
menjadikan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan