keluarga tidak mampu lagi memberikan pengasuhan sehingga memutuskan untuk menitipkan anak ke panti asuhan. Dalam situasi ini, pengurus panti harus
memberikan pemahaman bahwa anak-anak meskipun ditempatkan di panti asuhan akan tetapi hak-hak mereka tetap harus dipenuhi.
2. Peran Sebagai Pengganti Orang Tua
a Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus berperan sebagai pengganti
orang tua untuk sementara bagi anak-anak yang ditempatkan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, dan bertanggung jawab untuk memenuhi
pemenuhan hak-hak mereka. b
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memahami bahwa setiap aspek hak anak tidak dapat dipisahkan dan pemenuhan hak-hak anak
harus dilakukan secara menyeluruh. Maka rangkuman hasil wawancara antara peneliti dengan sekretaris panti
sebagai berikut: Sekretaris panti: “Peran utama pengasuh ya sebagai orang tua sementara,
sebagaimana peran orang tua, tidak hanya memperhatikan urusan kesehatan, sekolah atau permakanan mereka saja, tapi
juga psikologis, memberikan perlindungan, rohani dan emosinya. Bagaimana supaya mereka nyaman selama diasuh
disinilah dan tetap merasa masih memiliki orang tua pokoknya.”
Sebagai pengganti orang tua sementara, tugas utama pengasuh tidak lepas dari memenuhi hak-hak anak yang meliputi hak terhadap perlindungan, hak tumbuh
kembang, hak terhadap partisipasi serta memenuhi hak anak terhadap kelangsungan hidup.
3. Martabat Anak Sebagai Manusia
a Setiap anak harus diakui, diperlukan dan dihargai sebagai individu yang
utuh, memiliki karakter yang unik, memiliki pendapat, pilihan, dan kapasitas serta kemampuan masing-masing.
b Setiap anak harus dihargai martabatnya sebagai manusia.
c Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menjamin bahwa anak
terhindar dan terlindungi dari semua bentuk perlakuan, termasuk perkataan dan hukuman yang dapat memperlakukan atau merendahkan
martabat mereka. d
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menjamin setiap anak terhindar dari segala bentuk diskriminasi, antara lain berdasarkan jenis
kelamin, status sosial, etnisitas, budaya, agama, atau kecacatan, baik dari orang dewasa maupun antar anak sendiri.
Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti dan responden sebagai berikut:
Sekretaris panti:“Kami selalu memberikan pemahaman kepada anak-anak meskipun tinggal di panti bukan berarti berbeda dengan anak-anak yang
lain, semua yang dilakukan keluarga demi masa depan dan kebaikan mereka, semua anak punya potensinya masing-masing.
Masyarakat disekitar panti juga sangat terbuka dengan mereka tidak mendiskriminasi, kalau ada acara seperti perwiritan atau
acara tujuh belasan ya anak-anak sering dapat undangan.”
Responden 1: “Gak ngerasa dibedain kok kak, semua disini sama. Mau laki-laki atau perempuan, ya baik-baik ajalah pokoknya kak.”
Responden 2: “Biasa aja sih kak, sejauh ini kalau kami ngomong, mengeluh misalnya kan kak, ya masih didengerin.”
Panti asuhan memastikan bahwa staf dan pengasuh menghargai pendapat, pilihan, kemampuan dan kapasitas dari setiap anak yang diindikasi dalam berbagai
keputusan yang dibuat panti asuhan, cara staf memperlakukan anak, juga kinerja staf dan pengasuh dalam memberikan pelayanan kepada anak. Panti asuhan membuat
peraturan yang melarang segala bentuk tindakan, termasuk perkataan dan sebutan yang dapat mempermalukan, menyinggung atau melecehkan martabat anak.
4. Perlindungan Anak A. Perlindungan dari Segala Bentuk Tindak Kekerasan dan Hukuman