Perlindungan Anak A. Perlindungan dari Segala Bentuk Tindak Kekerasan dan Hukuman

Responden 1: “Gak ngerasa dibedain kok kak, semua disini sama. Mau laki-laki atau perempuan, ya baik-baik ajalah pokoknya kak.” Responden 2: “Biasa aja sih kak, sejauh ini kalau kami ngomong, mengeluh misalnya kan kak, ya masih didengerin.” Panti asuhan memastikan bahwa staf dan pengasuh menghargai pendapat, pilihan, kemampuan dan kapasitas dari setiap anak yang diindikasi dalam berbagai keputusan yang dibuat panti asuhan, cara staf memperlakukan anak, juga kinerja staf dan pengasuh dalam memberikan pelayanan kepada anak. Panti asuhan membuat peraturan yang melarang segala bentuk tindakan, termasuk perkataan dan sebutan yang dapat mempermalukan, menyinggung atau melecehkan martabat anak.

4. Perlindungan Anak A. Perlindungan dari Segala Bentuk Tindak Kekerasan dan Hukuman

Fisik 1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak melarang digunakannya segala bentuk kekerasan dengan alasan apapun termasuk penegakan displin. 2. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak memiliki kebijakan dan prosedur tertulis untuk mencegah, melaporkan segala tindakan kekerasan pada anak yang didiseminasikan kepada setiap pengurus, petugas, dan relawan yang bekerja atau memiliki kontak dengan anak, dan kepada anak. 3. Dalam mencegah dan merespon kekerasan, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memperhatikan isu spesifik yang terkait dengan usia, gender, dan kecacatan.

B. Mekanisme Pelaporan

1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menyediakan mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia yang memungkinkan anak melaporkan kekerasan atau tindakan yang tidak senonoh pada pihak yang berwenang. 2. Anak harus memperoleh informasi dan penjelasan tentang bagaimana mereka dapat menggunakan mekanisme tersebut untuk melaporkan kecurigaan atau kasus yang mereka alami, lihat, dengar pada instansi yang berwenang.

C. Kapasitas Pengurus, Petugas, dan Relawan dalam Merespon Kekerasan

1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memastikan bahwa setiap pengurus, petugas, dan relawan yang bekerja tidak memiliki catatan kriminal, sejarah kekerasan atau perilaku tidak pantas terhadap anak. 2. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memastikan bahwa semua pengurus, petugas, dan relawan menerima pelatihan, dan kegiatan komunikasi, informasi, dan pendidikan lainnya untuk mencegah dan memberi respon yang efektif dan tepat terhadap kekerasan. 3. Review terhadap kinerja pengurus, petugas, dan relawan harus dilakukan dengan melihat kapasitas mereka untuk bekerja secara pantas dan memadai bersama anak, termasuk mempertimbangkan umpan balik dari anak dalam proses review.

D. Prosedur Pemberian Disiplin

1. Prosedur pemberian disiplin harus dijalankan untuk pengurus, petugas, dan relawan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang telah dilaporkan melakukan kekerasan terhadap anak, termasuk berhenti sementara selama investigasi jika dibutuhkan untuk memastikan perlindungan bagi anak. 2. Setiap kecurigaan atau kasus harus dicatat dan dilaporkan kepada Dinas SosialInstansi Sosial dan ketika kasus tersebut digolongkan sebagai tindak kriminal, harus dilaporkan kepada pihak Kepolisian dan Kementerian Sosial RI. 3. Jika pengurus, petugas, dan relawan terbukti melakukan tindakan kekerasan, maka prosedur penegakan disiplin harus berjalan sesuai tingkat keseriusan dari kasus tersebut, mulai dari peringatan tertulis, larangan melaksanakan tugas sampai ada keputusan lebih lanjut, dan pemecatan.

E. Lingkungan yang Aman dari Kekeraan dan Hukuman Fisik

1. Lembaga Kesejateraan Sosial Anak harus menjamin lingkungan yang kondusif dan aman bagi keselamatan anak untuk mencegah terjadinya kekerasan melalui peraturan, prosedur dan mekanisme yang berlaku di lembaga, kegiatan pelayanan, dan sarana prasarana. 2. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memfasilitasi keterliibatan masyarakat untuk secara aktif mencegah, merespon, dan melaporkan kekerasan.

F. Pencegahan dan Respon Terhadap Kekerasan dan Hukuman Fisik Antar Anak

1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memberlakukan kebijakan untuk mencegah dan merespon terhadap segala bentuk tindakan kekerasan antar anak, termasuk pemerasan, ancaman, dan bullying. 2. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus melakukan berbagai upaya pencegahan melalui membangkitkan kesadaran akan dampak dari kekerasan, membangun kapasitas untuk menyelesaikan konflik tanpa menggunakan kekerasan, dan berbagi pengetahuan tentang hak asasi manusia dan perlindungan anak.

G. Kerahasiaan Laporan Tentang Kekerasan

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menyediakan mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia untuk anak melaporkan kekerasan pada pihak yang berwenang.

H. Pemahaman Perkembangan Anak

Pengasuh harus memahami tahapan perkembangan anak sehingga dapat memberikan respon yang tepat terhadap kebutuhan anak sebagai individu, termasuk kebutuhan untuk berpartisipasi sesuai kematangan anak. Untuk indikator perlindungan anak peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai berikut: Sekretaris panti: “Sejauh ini belum pernah ada anak-anak yang kedapatan berkelahi atau melakukan kekerasan, kami menunjuk kepala kamar yang bertugas menanggungjawabi anak-anak. Kepala kamar belum pernah memberikan pengaduan tentang perilaku kasar mereka, kami juga melakukan monitoring, karena mereka kan bertambah usianya, pola pikir juga pasti berubah. Pengasuh memberikan pemahaman apa yang boleh mereka lakukan dan apa yang tidak. Lingkungan sekitar juga mendukung anak-anak panti untuk melakukan hal positif, mereka sering dilibatkan misalnya seperti gotong royong, intinya lingkungan jauh dari bentuk kekerasan. Tapi sebagai bentuk antisipasi, panti tetap punya mekanisme untuk mengatasi anak yang harus berhadapan dengan hukum. Pertama- tama panti harus bekerja sama dulu dengan birokrat setempat kalau disini kepala lingkungan. Untuk kedepannya, panti akan bekerja sama dengan KPAID Sumut, setelah ditangani oleh KPAID baru bisa diputuskan bahwa anak tersebut memang harus berurusan dengan pihak yang berwenang atau mendapatkan karantina. Semua laporan harus dirahasiakan, agar anak-anak tidak merasa takut untuk tetap mendapatkan pengasuhan disini. Kalau dari pengurus sendiri, bersih, tidak ada catatan kriminal dan belum pernah terdengar keluhan tentang ketidaknyamanan anak terhadap sikap pengasuh. ” Panti asuhan merumuskan kebijakan dan prosedur tertulis untuk mencegah, melaporkan, dan merespon segala tindakan kekerasan pada anak yang disosialisasikan kepada setiap pengurus, petugas, dan relawan yang bekerja atau memiliki kontak dengan anak, dan kepada anak. Pihak yang berwenang dari panti asuhan misalnya, kepala panti yang ditunjuk atas kesepakatan Dinas Sosial bersama dengan Dinas Sosial menerapkan prosedur yang ditetapkan oleh Dinas Sosial untuk menangani kasus kekerasan yang dialami anak.

5. Perkembangan Anak