identitas diri. Panti asuhan mendukung anak untuk melaksanakan praktek agama mereka, seperti ibadah, memasang simbol-simbol agama, pergi ke tempat ibadah.
7. Relasi Anak A. Dukungan Relasi Antara Anak dengan KeluargaKerabat
1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memfasilitasi komunikasi
sesering mungkin antara anak yang tinggal di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan orang tuakeluargakerabat dan teman-
teman dari lingkungan rumah. 2.
Dukungan bagi anak untuk berealisasi dengan orang tuakeluargakerabat dan teman dari lingkungan rumah perlu diberikan sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan terbaik anak. Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti dan responden
sebagai berikut: Sekretaris panti:“Kami memberikan ijin kepada orang tua atau keluarga untuk dapat
berkunjung, tapi tetap ada prosedurnya, kalau disini per semester. Anak-anak juga bisa berkunjung atau pulang kerumah masing-
masing pada hari raya idul fitri supaya bisa berkumpul.” Responden :“Disini kami diijinkan punya handphone kak, jadi bisa nelfon kapan
aja. Tapi itulah kak, karena keluarga tinggal dipelosok susah dapat sinyal jadinya payah buat dihubungi.”
Panti asuhan menyediakan fasilitas dan sarana yang dapat digunakan anak untuk berkomunikasi dengan orang tuakeluargakerabatteman dari rumah, seperti
telepn dan surat. Panti asuhan mengatur waktu yang sesuai untuk anak berkomunikasi dengan orang tuakeluargateman dari lingkungan asal. Panti asuhan
dapat menyediakan fasilitas untuk mendorong keluarga berkunjung ke panti asuhan, termasuk dengan kendaraan atau uang transport.
B. Kunjungan Anak kepada Keluarga Orang TuaKerabatTeman
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu memfasilitasi anak untuk mengunjungi orang tuakeluargakerabatteman di rumah sesering mungkin, minimal
satu kali per bulan untuk menjaga keeratan relasi anak dengan lingkungan asal dan untuk menyiapkan anak kembali ke rumah.
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Berkunjung Warga Binaan
No. Kategori
Frekuensi
1. 2.
Hari raya keagamaan Hari libur sabtu, minggu, libur nasional
15 5
75 25
Total
20 100
Sumber: Data Primer, 2015 Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa 75 responden menyatakan
bahwa panti asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan memberikan warga binaannya waktu kunjungan ke rumah masing-masing hanya di
hari raya keagamaan saja dan sebesar 25 menjawab hanya di hari libur seperti sabtu, minggu dan libur nasional saja. Meskipun diberikan ijin untuk pulang kerumah
masing-masing, tidak sedikit warga binaan lebih memilih untuk tetap tinggal di asrama terutama bagi warga binaan yang sudah mendapatkan pengasuhan yang
cukup lama. Mereka mengaku menjadi tidak terbiasa jika harus berkumpul kembali dengan keluarga karena sudah terbiasa dengan lingkungan pengasuhan di asrama.
Panti asuhan seharusnya mendukung anak untuk pulang sesering mungkin atau jika anak merasa perlu, seperti jika anak atau orang tuakeluargakerabatteman
di rumah merasa rindu, atau jika ada orang tuakeluargakerabat juga teman di rumah ada yang sakit atau memiliki kepentingan tertentu seperti pernikahan atau
ulang tahun.
C. Kunjungan oleh KeluargaKerabatTeman
1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memfasilitasi
keluargakerabatteman untuk berkunjung sesering mungkin untuk menjaga keeratan relasi dengan anak, juga untuk mengetahui
perkembangan anak dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. 2.
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung terjalinnya hubungan erat antara anak dan calon keluarga pengganti untuk anak yang
sama sekali tidak memiliki keluarga, dengan mengunjungi atau dikunjungi oleh calon keluarga pengganti sesering mungkin.
3. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu menunjukkan penerimaan
yang ramah, menyediakan lingkungan yang nyaman, dan tidak membatasi kunjungan supaya orang tuakeluargakerabat dan teman merasa nyaman
saat berkunjung. 4.
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak memfasilitasi pertemuan bersama antara anak dan keluarga untuk membahas situasi anak dan keluarga
supaya anak memahami pentingnya makna keluarga.
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Kunjungan Orang
tuaKeluargaKerabatTeman No.
Intensitas Kunjungan Frekuensi
1. 2.
Sering Kadang-kadang
4 16
20 80
Total 20
100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, dapat disimpulkan bahwa sebesar 60 responden jarang mendapat kunjungan dari orang tuakeluargakerabatteman di luar
lingkungan panti dan sebesar 20 mengaku sering menerima kunjungan dari orang tuakeluargakerabatteman. Alasan intensitas kunjungan keluargakerabatteman
anak asuh, peneliti rangkum dalam wawancara dengan responden sebagai berikut: Responden 1: “Kalau kunjungan yang kayak gitu, kita sering kak. Sering datang
keluarga kemari kak.” Responden 2: “Karna saudara jauh tempat tinggalnya kak, aku kan asli Dairi kak
jadi jarang datang. Sekali-sekali doang.” Responden 3 : “Keluarga sibuk kerja kak, jadi gak sempat datang buat lihat aku
disini. Kalau datang paling nanya kabar aja.” Panti asuhan tidak melarang dan membatasi kunjungan dari orang
tuakeluargakerabatteman dari rumah, bahkan jika perlu memfasilitasi mereka untuk berkunjung, misalnya dengan menyediakan kendaraan dan uang transport.
Tidak ada gangguan dan pembatasan saat melakukan kunjungan terhadap warga binaan. Staf dan pengasuh bersikap ramah dan menghargai keberadaan orang
tuakeluargakerabat dan teman dari rumah anak yang berkunjung.
D. Kedekatan Antara Anak dan KeluargaKerabatMasyarakat
Anak harus ditempatkan dekat dengan tempat tinggal keluarganyakomunitas dan tidak dipindahkan jauh dari lingkungan tersebut untuk menjaga relasi yang erat
antara anak dan lingkungannya. Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti dan responden
sebagai berikut: Sekretaris panti:“Sebagian besar anak-anak asuh disini berasal dari luar kota,
kebanyakan dari Dairi, hampir semua anak asuh asalnya dari satu daerah. Kenapa anak-anak yang dari Dairi justru dititipkan
disini itu karena disana kan daerah pelosok, jumlah anak-anak terlantarnya banyak sekali, dan yang mengkhawatirkan
penanggulanagn terhadap keterlantaran anaknya tidak tersentuh pemerintah, jadi lambat dalam menemukan solusi. Makanya anak
dirujuk kesini. Keluarga tetap bisa mengunjungi dan dikunjungi, kami kan juga tidak mau dituding memutuskan hubungan mereka
dengan keluarganya tapi sepeti yang saya bilang di awal, harus ikuti prosedur panti.”
Responden: “Disini kebanyakan orang asli Dairi kak, keluarga disana sedangkan kami diasuh di Medan, udah pasti jauh lah dari lingkungan
keluarga. Karena pengurus panti juga asli Dairi, makanya banyak orang Dairi dititipkan kemari kak buat disekolahkan.”
Anak seharusnya ditempatkan di lembaga asuhan yang paling dekat dengan keluarga dan komunitasnya. Penempatan anak di luar kabupatenkotapropinsi yang
berbeda dengan lokasi tempat tinggal anak hanya diperbolehkan untuk kepentingan
keselamatan anak. Dalam kasus semacam ini, Dinas Sosial harus terlebih dahulu memberikan persetujuan terhadap lokasi dimana anak akan ditempatkan.
E. Relasi Antar Anak di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung relasi
persaudaraan diantara anak-anak dengan memperlakukan setiap anak secara adil dalam pemenuhan hak dan tanggung jawab, membiasakan
untuk saling berbagi dan menghargai, juga untuk saling berdiskusi dan membuat keputusan bersama.
2. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menghindari hubungan yang
tidak sehat antara anak, termasuk memberi wewenang pada anak yang lebih tua untuk melaporkan pelanggaran dan mendisiplinkan anak yang
lebih muda. Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai
berikut: Sekretaris panti:“Sejauh ini baik, panti selalu memberikan pemahaman bahwa
mereka semua disini adalah saudara. Sebagaimana saudara, harus saling tolong menolong, berbagi, menyayangi yang muda
dan menghormati yang tua. Kalau pertengkaran kecil ya ada, saudara kandung juga sering tidak akur kan. Makanya saya
tunjuk kepala kamar disini, kriterianya ya paling siapa yang panti nilai bisa bertanggung jawab, tugasnya mengawasi, membuat
jadwal keseharian seperti piket, tujuan dari kepala kamar agar terkoordinir aja seperti di sekolah kan ada ketua kelas. Tapi tetap
di bawah pengawasan pengasuh.”
Panti asuhan mengatur komposisi usia dalam kamar anak agar terjadi relasi kakak-adik, misalnya menempatkan anak lebih tua dengan anak yang lebih muda
dalam satu kamar. Pengambilan keputusan dalam panti asuhan dilakukan secara kekeluargaan dengan mengatur mekanisme diskusi yang memberi anak kesempatan
untuk didengar dan diperhatikan pendapatnya. Panti asuhan memfasilitasi terciptanya situasi dimana anak dapat bergaul dengan akrab, misalnya dengan mengupayakan
anak agar saling bercerita dengan terbuka saat makan. Tidak ada diskriminasi atas dasar apapun terhadap pemenuhan hak dan
tangung jawab anak, termasuk berdasarkan usia, jenis kelamin, maupun kecacatan. Serta tidak ada anak yang diberi wewenang lebih untuk mendisiplinkan anak lain dan
melaporkan pelanggaran.
F. Relasi yang Positif dan Pantas antara Laki-Laki dan Perempuan
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menjadi lingkungan yang positif untuk mendukung aspek positif dan aman dari relasi antara laki-laki dan perempuan
serta membangun pemahaman untuk melakukan pilihan yang bertanggung jawab dari relasi tersebut.
Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai berikut:
Sekretaris panti:“Panti memisah kamar laki-laki dan perempuan jaraknya kan cukup jauh, untuk menghindari terjadi hal yang tidak diinginkan juga,
lagian panti ini kan nuansanya islami yang sangat membatasi hubungan laki-laki dan perempuan, anak-anak juga diajarin ilmu
agama disini jadi paham. Ya itu, karna diberikan pemahaman bahwa mereka saudara jadi hubungan mereka selama diasuh
disini seperti saudara, pernah ada memang anak asuh yang kemudian menikah tapi itu setelah dua-duanya sama-sama sudah
keluar dari panti.”
Panti asuhan tidak melarang anak untuk menjalin hubungan dekat dengan lawan jenis sepanjang memperhatikan norma dan etika. Panti asuhan juga
memfasilitasi anak untuk berdiskusi tentang isu yang berkaitan dengan hubungan dekat antar lawan jenis, agar anak melakukan pilihan yang bertanggung jawab dari
hubungan tersebut, misalnya dengan membahas risiko dari hubungan seksual di usia muda atau hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan.
G. Relasi dengan PengasuhPengurus
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung terbangunnya relasi individual antara anak dengan pengasuh sebagai pengganti orang tua sehingga anak
mendapat perhatian secara individual dari pengasuh jika memerlukan dukungan ketika menghadapi masalah atau sekedar ingin berbicara secara pribadi.
Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai berikut:
Sekretaris panti:“Hubungannya ya sebagaimana orang tua dan anaknya. Pengasuh harus bisa meluangkan waktunya untuk mendengar keluhan anak-
anak. Apalagi yang berkaitan dengan perkembangan emosi dan psikologinya, hal yang seperti itu kan gak bisa diceritakan kepada
temannya. Tidak jarang juga mereka datang ke pengasuh untuk menceritakan masalah pribadinya, supaya dapat solusi.”
Pengasuh bertanggung jawab untuk memperhatikan anak secara individual, termasuk jika anak ingin berbicara soal masalah pribadi. Pengasuh mengupayakan
kedekatan dengan anak agar mereka dapat bercerita secara terbuka tentang masalah pribadi mereka. Pengasuh menyediakan waktu untuk bertemu dengan anak setiap
saat jika anak memerlukan.
H. Relasi dengan Pihak di Luar Lembaga Guru, Teman dari Sekolah dan Lingkungan Luar
1. Anak harus didukung untuk menjalin relasi yang baik dan positif dengan
pihak lain di luar lembaga termasuk guru, teman sekolah, dan lingkungan sekitar dengan mendorong anak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah dan kegiatan di lingkungan masyarakat. 2.
Anak harus didukung untuk menjalin relasi dengan guruteman dari komunitas, dengan membuka akses untuk berkomunikasi secara pribadi
melalui surat, telepon serta untuk mengunjungi dan dikunjungi oleh mereka.
3. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menyediakan lingkungan yang
positif agar guruteman sekolahteman dari lingkungan sekitar merasa nyaman saat berkunjung ke Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.
4. Semua kesempatan anak untuk berelasi dengan pihak luar Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak diberikan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan terbaik anak.
Maka peneliti merangkum wawancara dengan sekretaris panti sebagai berikut:
Sekretaris panti: “Hubungan anak-anak dengan masyarakat terbuka, mereka bentuk melalui kegiatan gotong royong, anak-anak diikutsertakan. Panti
ini kan juga membuka sekolah dan hampir semua anak
disekolahkan disini, jadi hubungan anak-anak dengan guru maupun teman sekolahnya baik, karena instensitas ketemunya
relatif sering. Sejauh ini catatan dari sekolah juga baik, belum pernah ada teguran, paling motivasi di rapot hanya disuruh untuk
lebih giat belajar.” Panti asuhan mendukung anak untuk mengikuti berbagai kegiatan di sekolah
dan di masyarakat untuk memperkuat relasi anak dengan guru, teman sekolah, teman sebaya di komunitas, dan anggota komunitas lainnya. Panti asuhan juga mendorong
anak untuk mengatur dan menyepakati waktu yang sesuai bagi anak untuk mengunjungi guruteman sekolahteman dari lingkungan sekitar di luar jam sekolah,
tanpa mengganggu waktu sekolah, belajar dan istirahat anak, misalnya pada akhir minggu atau pada waktu pulang sekolah.
8. Partisipasi Anak A. Suara Anak