lain pengobatan, eksploitasi ekonomi yang harus menjadi bagian dari rencana pengasuhan dan penyusunan sejarah kasus anak case record. Situasi pengasuhan
keluarga mencakup relasi orang tua dengan anak, relasi antar anak, pola pengasuhan dalam keluarga, ketidakmauan orang tua dalam melakukan pengasuhan dan relasi
keluarga inti dengan keluarga besar.
4. Pengambilan Keputusan Pelayanan
a Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak bersama anak dan keluarga
mengambil keputusan berdasarkan asesmen awal tentang pelayanan yang dibutuhkan anak dan keluarganya.
b Berdasarkan hasil asesmen, anak dapat menjadi klien Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak dengan tetap tinggal di keluarganya atau keluarga pengganti atau tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.
Maka peneliti merangkum hasil wawancara dengan sekretaris panti sebagai berikut:
Sekretaris panti:“Setelah data diambil baru bisa diputuskan bahwa anak bisa diasuh di panti ini. Keputusan diambil melalui rapat seluruh pengurus
panti, orang tua atau wali nya dilibatkan juga dalam rapat itu untuk memutuskan kalau anak bisa diasuh di panti dalam jangka waktu
tertentu, terus dibuat asesmen lanjutan.” Keputusan dalam menempatkan anak di panti asuhan didasarkan pada hasil
asesmen tentang masalah yang dialami oleh anak dan keluarganya, pelayanan yang tersedia dan kesesuaian kriteria anak dan keluarganya untuk mendapatkan pelayanan
pengasuhan melalui lembaga asuhan. Panti asuhan melakukan pertimbangan apakah anak dan keluarga dapat memperoleh pelayanan yang dibutuhkan atau perlu dirujuk
ke pihak lain keluarga atau lembaga pelayanan lain apabila sumber-sumber di dalam panti asuhan tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya.
5. Kesepakatan
a Untuk semua pelayanan yang akan diterima anak dan keluarganya perlu
ada kesepakatan yang melibatkan anak, orang tuawali, pihak Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.
b Untuk kasus anak yang tidak diketahui keberadaan keluarganya,
kesepakatan harus melibatkan Dinas SosialInstansi Sosial. c
Jika hasil asesmen menyatakan bahwa anak perlu tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, maka penempatan anak di Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak perlu dilakukan berdasarkan kesepakatan yang melibatkan anak, orang tua atau wali dan pengurus Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak atau pihak Dinas SosialInstansi Sosial jika anak tidak diketahui keberadaan keluarganya.
d Kesepakatan penempatan anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
anak harus mencantumkan pernyataan persetujuan yang memuat jangka waktu penempatan, hak-hak anak, dan tanggung jawab serta peran
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan keluarga. Maka peneliti merangkum hasil wawancara dengan sekretaris panti sebagai
berikut: Sekretaris panti: “Ya pasti kesepakatan bersama kalau pada akhirnya anak memang
harus dititipkan ke panti asuhan dan jika panti memang menyanggupi untuk mengasuh anak tersebut. Sampai saat ini
semua anak diketahui keberadaan keluarganya. Ada surat
pernyataan yang menyatakan bahwa orang tua atau walinya menyerahkan anak nya untuk diasuh dan dididik serta bersedia
menjemput kembali jika anak nya tidak tamat sekolah karena suatu hal ataupun setelah tamat sekolah. Ditanda tangani oleh orang tua
atau wali surat tersebut.” Panti asuhan mengidentifikasi pihak yang menyetujui penempatan anak di
panti asuhan untuk memastikan bahwa pihak tersebut tetap bertanggung jawab penuh selama anak tinggal di panti asuhan. Dalam kondisi anak dirujuk dari pihak
perseorangan atau lembaga pelayanan yang tidak memiliki tanggung jawab legal terhadap anak tersebut, dan atau keberadaan orang tua tidak diketahui maka panti
asuhan dengan bantuan pekerja sosial dan Dinas Sosial harus mengupayakan untuk melakukan pencarian dan penelusuran keberadaan orang tua, keluarga, atau kerabat
anak. Apabila pencarian dan penelusuran tidak berhasil menemukan orang tua,
keluarga, atau kerabat anak maka Dinas Sosial akan menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam menyepakati penempatan anak di panti asuhan sampai diperolehnya
solusi bagi penempatana anak secara permanen pada keluarga pengganti.
6. Rujukan ke Instansi Lain