68
sarana komunikasi. Wisata Agro Tambi dapat menjangkau pasar yang lebih luas melalui
official website yang telah dimiliki yaitu di www.wisatatambi.com. Teknologi komunikasi juga mendukung kegiatan operasional usaha seperti
reservasi melalui telepon dan menunjang sistem komunikasi antar pengelola Wisata Agro Tambi sendiri.
6.2.5 PersainganIndustri
Kerangka yang digunakan untuk menganalisis tingkat persaingan adalah Kerangka Analisis Lima Kekuatan Persaingan yang dikemukakan oleh Porter
1991. Lima kekuatan persaingan Porter terdiri atas persaingan di antara perusahaan yang ada, ancaman masuknya pendatang baru, ancaman produkjasa
substitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan kekuatan tawar menawar pembeli.
6.2.5.1 Persaingan di Antara Perusahaan yang Ada
Wisata Agro Tambi sebagai usaha wisata yang mengedepankan konsep alam menghadapi persaingan di wilayah Wonosobo. Namun, pada kenyataannya
keberadaan objek wisata lain di Wonosobo ini justru menjadi keuntungan bagi Wisata Agro Tambi, hal ini terkait pada bagaimana menciptakan kegiatan
pemasaran yang dapat menguntungkan banyak pihak. Ini dikarenakan konsep usaha yang ditawarkan oleh masing-masing objek wisata berbeda. Berdasarkan
hasil wawancara dengan konsumen, sebagian besar pengunjung yang berasal dari luar kota ingin menikmati keseluruhan objek wisata yang terdapat di Wonosobo,
pengunjung pada awalnya hanya berencana untuk berkunjung ke satu objek wisata, contohnya Dieng, namun setelah sampai ke Wonosobo mereka merasa
ingin mengunjungi objek-objek wisata lain seperti Wisata Agro Tambi, Menjer, Kalianget dll. Persaingan yang tinggi justru muncul dari lingkup wiayah yang
lebih luas yaitu Jawa Tengah. Di Jawa Tengah terdapat banyak perusahaan penghasil produk-produk pertanian yang kemudian melakukan diversifikasi usaha
ke sektor pariwisata dengan menciptakan agrowisata, selain itu agrowisata- agrowisata ini juga didukung oleh letaknya yang dekat dengan daerah wisata
seperti Semarang dan Jogjakarta.
69
6.2.5.2 Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Terdapat tujuh jenis hambatan masuk bagi pendatang baru dalam suatu industri, antara lain skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya
beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala teknologi milik sendiri, penguasaan bahan baku, lokasi, subsidi
pemerintah, dan pengalaman, serta kebijakan pemerintah. Untuk industri agrowisata sendiri, ancaman masuk pendatang baru termasuk rendah, hal ini
disebabkan karena tingginya kebutuhan modal yang diperlukan untuk mendirikan usaha sejenis, adanya penggunaan teknologi tertentu dan adanya pengalaman
teknis yang harus dimiliki pengelola. Hasil wawancara dengan pengelola Wisata Agro Tambi, modal usaha
minimal yang dibutuhkan saat pendirian usaha adalah 200 juta rupiah pada tahun 2001, dengan memperhitungkan nilai inflasi maka kebutuhan modal yang
dibutuhkan untuk mendirikan usaha saat ini tentu lebih besar lagi. Nilai mata uang saat ini didasarkan pada nilai mata uang di masa lalu dapat dihitung dengan
menggunakan perhitungan compounding factor FP
i n
Umar 2007. Nilai modal Wisata Agro Tambi sebesar 200 juta rupiah pada tahun 2001, dihitung dengan
menggunakan perhitungan Compounding factor dan nilai BI Rate pada bulan
April 2012 sebesar 5,75 persen
15
, maka kebutuhan modal untuk mendirikan usaha yang sama dengan Wisata Agro Tambi pada bulan April 2012 adalah sebesar
369.926.000 rupiah. Perhitungan Compounding Factor dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Pendirian Wisata Agro Tambi yang didukung oleh adanya perkebunan dan pabrik teh yang sudah terlebih dahulu ada juga menjadi hambatan yang besar
bagi pendatang baru. Selain itu, apabila dikaitkan dengan diferensiasi produk atau hal yang membedakan produk dengan pesaing, maka hambatan masuk untuk
15
BI Rate. http:www.bi.go.idwebid [10 Mei 2012]
F=P 1+i
n
F= 200000000 1+0,0575
11
F= 200000000 1,84963 F= 369.926.000
Keterangan: F=
future value P=
present amount = 200 juta n=
time period = 11 tahun I = 5,75
70
pendatang baru juga tinggi, karena produk Wisata Agro Tambi yang mencakup objek wisata pertanian yang dilengkapi dengan penginapan belum banyak
dilakukan oleh objek wisata lain. Mengenai aspek kebijakan pemerintah, di Wonosobo maupun Jawa
Tengah hingga saat ini tidak ada kebijakan pemerintah yang membatasi atau menghambat kemungkinan munculnya agrowisata baru melalui peraturan-
peraturan tertentu. Faktor lain yang menentukan hambatan masuk pendatang baru adalah akses ke saluran distribusi, untuk agrowisata yang lebih mengunggulkan
produk berupa jasa yang langsung dinikmati di tempat, akses ke saluran distribusi ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
6.2.5.3 Ancaman ProdukJasa Substitusi