41
wisata di wilayah tersebut yaitu mengembangkan ekowisata berbasis lingkungan dan meningkatkan pendapatan asli desa.
5.2 Profil Perusahaan
5.2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan
Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan perkebunan milik pemerintah Hindia Belanda yang kemudian disewakan kepada
pengusaha swasta Belanda, pada saat itu PT Perkebunan Tambi telah memiliki tiga unit perkebunan, yaitu Unit Perkebunan di Tanjungsari yang kemudian
disewa oleh D. Vander Ships serta Unit Perkebunan di Tambi dan Bedakah yang kemudian disewa oleh W.D. Jong. Pada tahun 1880, ketiga unit perkebunan
tersebut dibeli olehM.P. Van Den Berg, A.W. Holle dan Ed. Jacobson. Ketiga orang tersebut selanjutnya mendirikan Bagelen Thee en Kina Maatscappij di
Wonosobo, mereka bekerjasama dengan Firma John Peet dan Co dalam hal pengurusan dan pengolahan perkebunan teh.
Pendudukan Jepang di Indonesia menyebabkan perkebunan Tambi kembali berganti kepemilikan, pada tahun 1942 ketiga unit perkebunan UP
Tambi diambil alih oleh Jepang. Tanaman teh pada umumnya tidak dirawat dan sebagian diganti dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian, pyretium, dan
jarak. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ketiga UP Tambi secara otomatis menjadi milik Negara Republik Indonesia di bawah Pusat Perkebunan
Negara, kantor pusat UP Tambi pada saat itu bertempat di Magelang. Hasil Konferensi Meja Budar pada November 1949 turut menentukan
kepemilikan ketiga UP Tambi, hasil KMB yang menyebutkan bahwa perusahaan- perusahaan asing yang berada di Indonesia yang sebelumnya sudah diakui
menjadi milik Negara harus dikembalikan kepada pemilik semula. Hal ini berarti ketiga UP Tambi kembali menjadi milik Bagelen Thee en Kina Maatschappij.
Setelah diadakan koordinasi antara ketiga pengelola kebun tersebut bersama para eks pekerja mereka sepakat untuk membentuk kantor bersama yang dinamakan
Perkebunan Gunung. Hanya beberapa tahun setelah membentuk Perkebunan Gunung, Bagelen Thee en Kina Maatschappij merasa tidak mampu mengelola UP
Tambi, ketiga unit perkebunan ini kemudian diserahkan ke Indonesia dan diubah
42
namanya menjadi Perseroan Terbatas NV ex PPN Sindoro Sumbing pada 26 November 1954.
Tahun 1957, terjadi kesepakatan antara Pemerintah daerah Pemda Wonosobo dan PT NV ex PPN Sindoro Sumbing untuk bersama-sama mengelola
perkebunan tersebut, dalam bentuk perusahaan baru dengan pembagian modal 50 persen dari Pemda Wonosobo dan 50 persen dari PT NV ex PPN Sindoro
Sumbing. Perusahaan baru tersebut kemudian diberi nama PT Tambi. PT Tambi selanjutnya membangun tiga unit pengolahan teh, masing-
masing di Tanjungsari, Tambi, dan Bedakah. Pembangunan lokasi pengolahan teh di masing-masing unit perkebunan ini dilakukan untuk menghemat biaya
transportasi dikarenakan letak ketiga UP Tambi saling berjauhan. Namun, sejak tahun 1981 UP Tanjungsari tidak mengolah sendiri pucuk daun tehnya,
pengolahan diserahkan kepada UP Tambi dan UP Bedakah. PT Tambi juga membangun kantor direksi yang bertempat di pusat kota Wonosobo, tepatnya di
Jl. Tumenggung Jogonegoro No.39. Meskipun memiliki satu kantor pusat, tetapi di masing-masing unit perkebunan memiliki kantor perwakilan yang memiliki
otoritas sendiri untuk mengelola perkebunannya Zubaidah 2011.
5.3 Profil Wisata Agro