Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

10 2 Bagaimana perumusan alternatif strategi pengembangan usaha berdasarkan analisis faktor-faktor internal dan eksternal, serta bagaimana prioritas strategi yang dapat direkomendasikan kepada Wisata Agro Tambi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha bagi Wisata Agro Tambi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Menganalisis Faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang yang dihadapi oleh Wisata Agro Tambi 2 Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha berdasarkan analisis faktor-faktor internal dan eksternal, serta menentukan prioritas strategi yang dapat direkomendasikan kepada Wisata Agro Tambi

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan: 1 Bagi perusahan, diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi manajemen dan pengelola Wisata Agro Tambi dalam menerapkan strategi pemasaran. 2 Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai keputusan strategi pengembangan usaha agrowisata dan menjadi informasi atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya 11 II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata terkait erat dengan organisasi, hubungan- hubungan antar kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya Damanik Weber 2006. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditas pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik tersendiri apabila dikembangkan di sektor pariwisata berbasiskan pertanian atau agrowisata. Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia. Agrowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro usaha pertanian sebagai suatu objek wisata, dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian Chamdani 2008. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi eco-tourism, yaitu kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata Damanik Weber 2006. Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata, sedangkan aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan. Pengembangan agrowisata diharapkan dapat memiliki potensi besar sebagai pendorong diversifikasi produk pariwisata dan produk pertanian Chamdani 2008. Penjelasan mengenai definisi 12 agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi 2010, Zunia 2012, Machrodji 2004, dan Masang 2006. Masang 2006 yang dikutip dari Nurdiana 2004 mendefiniskan agrowisata sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian sebagai sistem, skala, dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian ini. Machrodji 2004 yang dikutip dari Widiahening 1999 mendefinisikan agrowisata sebagai wisata minat khusus yang merupakan perpaduan antara budidaya pertanian dan pariwisata yang merupakan wisata muatan rekayasa dari objek pertanian untuk dijadikan wisata atau kunjungan. Ernaldi 2010 mendefinisikan Agrowisata berdasarkan kutipan pada Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Menparpostel dan Menteri Pertanian No.KM.47PW.DOWMPPT-89 dan No.204KPTSHK05041989, yaitu agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Sedangkan di dalam penelitian Zunia 2012 dikutip dari Arifin 1992 agrowisata didefinisikan sebagai salah satu bentuk wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian farmland view dan aktivitas di dalamnya seperti lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai ke bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk tersebut sebagai oleh-oleh. Sesuai dengan definisi agrowisata yang telah disebutkan sebelumnya, maka inti dari agrowisata adalah wisata di bidang pertanian dalam arti luas, termasuk di sektor perkebunan. Hamparan areal pertanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan media pendidikan bagi masyarakat apabila dimanfaatkan sebagai agrowisata. Hal tersebut mencakup pendidikan tentang kegiatan usaha dibidang masing-masing, sampai kepada pendidikan tentang kelestarian alam. 13 Obyek Agrowisata dapat berupa objek dengan skala besar yang dimiliki oleh areal perkebunan seperti yang terdapat pada penelitian ini maupun juga skala kecil. Agrowisata berskala besar maupun skala kecil dapat menjadi objek wisata yang menarik karena keunikannya. Contoh agrowisata skala besar adalah Wisata Agro Tambi yang menarik karena mengunggulkan hamparan perkebunan teh yang luas disertai dengan pengolahan dan pengemasan di pabrik, sedangkan contoh agrowisata skala kecil adalah wisata tebu yang menyertakan pendidikan mengenai cara bertanam tebu, panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara menciptakan varietas baru tebu. Kedua konsep agrowisata tersebut, disamping bermuatan pendidikan juga dapat menjadi media promosi, karena kemungkinan pengunjung akan tertarik untuk membeli produk yang dihasilkan menjadi lebih besar. Kedatangan masyarakat ke obyek wisata membuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan obyek agrowisata yang bersangkutan, namun juga bagi lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, maka agrowisata dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian dan ekonomi nasional. 7 Potensi agrowisata yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan pengelolaan dalam pengembangan agrowisata, selain itu dibutuhkan pula kerjasama yang sinergis diantara pelaku yang terlibat dalam pengelolaan agrowisata, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Ernaldi 2010, Zunia 2012, Machrodji 2004, dan Masang 2006 adalah beberapa peneliti yang memberikan perhatian besar pada perumusan langkah-langkah kebijakan yang tepat guna mencapai kemantapan pengelolaan agrowisata melalui penelitiannya. Zunia 2012, Masang 2006, Machrodji 2004 dan Ernaldi 2010 menggunakan alat analisis dan pengolahan data berupa matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil dari matriks IE, Zunia 2012 dan Ernaldi 2010 menetapkan posisi perusahaan berada pada sel V yaitu menjaga dan mempertahankan hold and maintain dengan tipe strategi yang disarankan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk, sedangkan Machrodji 2004 dan Masang 2006 yang 7 Direktori Profil Wisata Agro: Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia http:database.deptan.go.idagrowisataviewfitur.asp?id=1 [9 Februari 2012] 14 menggunakan alat analisis berupa matriks EFE, IFE, IE dan QSPM menetapkan posisi perusahaan pada sel IV dan II yaitu tumbuh dan membangun grow and build dengan penerapan strategi intensif penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk atau integratif integrasi ke belakang, ke depan dan integrasi horizontal. Strategi yang dihasilkan dari matriks QSPM dalam penelitian Zunia 2012 adalah Strategi WO yaitu memperluas area dan menambah jumlah tanaman komoditas unggulan. Adapun hasil analisis QSPM pada penelitian Ernaldi 2010 adalah strategi WO yaitu melakukan promosi lebih aktif dan gencar serta membuat promosi dengan paket-paket liburan tertentu, sedangkan dari hasil analisis QSPM Masang 2006 didapatkan strategi dengan prioritas pertama yaitu strategi SO menggali potensi alam yang dimiliki dangan sumber daya yang ada, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro, serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat. Hasil lain didapatkan dari analisis QSPM yang dilakukan oleh Machrodji 2004, yang menghasilkan strategi pengembangan produk, yaitu meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan seperti cara-cara bertanam, pengenalan jenis tanaman, bahasa inggris terutama untuk pemandu, pembuatan buku panduan, penambahan program kegiatan, penambahan sarana dan prasarana pendukung, serta melakukan pengaturan tanah lanskap. Penelitian terdahulu merupakan referensi dan acuan bagi penelitian yang akan dilakukan saat ini. Berdasarkan hasil studi penelitian terdahulu di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa variasi alat analisis yang dapat digunakan untuk memformulasikan strategi pengembangan yang tepat bagi perusahaan diantaranya adalah metode EFE, IFE, IE, SWOT dan QSPM. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan saat ini dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi, waktu dan kondisi di tempat penelitian. Penelitian yang akan dilakukan saat ini berlokasi di Wisata Agro Tambi, pada rentang waktu Maret-April 2012. Alat analisis yang akan digunakan pada penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Ernaldi 2010, Zunia 2012, Machrodji 2004, dan Masang 2006 yaitu menggunakan metode perumusan EFE, IFE, IE, SWOT dan QSPM. Penelitian ini berupaya untuk merancang 15 alternatif dan menentukan prioritas strategi pengembangan usaha dengan terlebih dahulu melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Selain itu, perumusan strategi pengembangan usaha pada penelitian ini juga mempertimbangkan gambaran umum konsumen dan penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran jasa. 15 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual