Perumahan dan Pemukiman Konsep dan Definisi

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Perumahan dan Pemukiman

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia KBBI, rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia, sedangkan pemukiman dapat diartikan sebagai kumpulan tempat tinggal yang membentuk sebuah kesatuan yang disertai dengan aktivitas di dalamnya. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas sosial maupun aktivitas ekonomi. Aktivitas sosial adalah aktivitas penduduk di dalam rangka menjalin kehidupan sosial dengan penduduk lainnya sedangkan aktivitas ekonomi ditunjukkan dengan aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup atau ekonomi penduduk. Pengertian dasar pemukiman dalam Undang-Undang No.41992 dimaksudkan sebagai suatu kelompok yang memiliki fungsi lingkungan tempat hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Sarwono, diacu dalam Wahyuningsih 2003 memilah antara rumah dan perumahan. Rumah adalah suatu bangunan dimana manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya. Selain itu rumah juga merupakan tempat dimana berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Tidak mengherankan apabila masalah rumah menjadi sangat penting bagi setiap individu, karena individu selalu akan tinggal dalam suatu masyarakat, maka dalam setiap masyarakat akan terdapat rumah-rumah yang menampung kebutuhan warganya. Perumahan merupakan daerah dimana terdapat sekelompok rumah. Setiap perumahan memiliki sistem nilai dan kebiasaan yang berlaku bagi setiap 8 warganya. Sistem nilai tersebut berbeda antara suatu perumahan dengan perumahan lainnya. Beberapa landasan yang tidak dapat diabaikan dalam membahas aspek kebijakan perumahan dan pemukiman di Negara kita yaitu Undang-Undang Pokok Agraria No.51960, Undang-Undang No.231997 tentang lingkungan hidup, Undang-Undang No.241992 tentang penataan ruang dan Undang-Undang No.41992 tentang perumahan dan pemukiman. Lingkungan pemukiman diartikan sebagai kesatuan dari beberapa tempat tinggalrumah yang didukung dengan sarana dan prasarana yang mendukung di dalamnya, misalnya sarana jalan, taman, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, perkantoran, perniagaan, dan sebagainya. Selain itu, lingkungan pemukiman dapat meliputi aspek fisik maupun non fisik. Aspek fisik meliputi sarana dan prasarana yang ada, sedangkan aspek non fisik merupakan kualitas lingkungan pemukiman tersebut, misalnya kenyamanan dan tingkat kesehatan. Menurut Silas 2002, aspek yang paling dominan mempengaruhi perumahan masa kini adalah keberlanjutannya sustainability. Aspek ini tampak sederhana tapi aspek ini merupakan sebuah konsep yang rumit. Rumah yang berkelanjutan harus memenuhi lima syarat dasar yang dinikmati oleh penghuni saat ini serta yang akan datang, yaitu: 1. Mendukung peningkatan mutu produktivitas kehidupan penghuni baik secara sosial, ekonomi, dan politik. Artinya setiap anggota penghuni terinspirasi untuk melakukan tugasnya lebih baik. 2. Tidak menimbulkan gangguan lingkungan dalam bentuk apapun sejak pembangunan, pemanfaatan dan apabila harus dimusnahkan. Ukuran yang 9 dipakai terhadap gangguan yang terjadi terhadap lingkungan adalah efektifitas konsumsi energi. 3. Mendukung peningkatan mobilitas kesejahteraan penghuninya secara fisik dan spiritual. Berarti penghuni mengalami peningkatan mutu kehidupan fisik dan non fisik. 4. Menjaga keseimbangan antara perkembangan antara perkembangan fisik rumah dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya. Pada awalnya keadaan fisik rumah lebih tinggi dari keadaan non fisik, namun ini berbalik setelah penghuni mapan di rumah tersebut. 5. Membuka peran penghunipemilik yang besar dalam pengambilan keputusan terhadap proses pengembangan rumah dan rukun warga tempat berinteraksi dengan tetangga. Keberadaaan dan kondisi lingkungan pemukiman sangat ditentukan dengan aktivitas yang ada di dalamnya. Pemukiman dengan aktivitas yang cukup tinggi misalnya aktivitas ekonomi yang pesat dapat menyebabkan kualitas lingkungan pemukiman tersebut menurun jika tidak disertai perencanaan dan pemukiman yang baik. Sebaliknya, pemukiman dengan aktivitas yang masih rendah cenderung mempunyai kualitas lingkungan pemukiman yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kualitas lingkungan pemukiman di kawasan industri dengan kawasan pegunungan.

2.1.2 Kawasan Industri

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Medan (Kim) Belawan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kim Belawan

31 145 75

Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Mata Air Aek Arnga di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal

12 92 53

Resolusi Konflik Lingkungan PT Kawasan Industri Medan (PT KIM) dengan Masyarakat Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan

0 36 107

Pengaruh kesadaran, persepsi dan preferensi konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal: studi kasus kawasan industri di Jakarta Utara

1 6 167

Kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan industri Jababeka (Studi kasus Desa Pasir Gombang, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

0 13 150

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

5 36 94

LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG.

0 1 35

Estimating willingness to pay by risk ad

0 0 11

Budaya masyarakat di lingkungan kawasan industri: kasus industri rotan di Desa Tegalwangi Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

0 5 105