Desain Kebijakan Lingkungan pada Kawasan Industri

25 naik, variabel yang lain turun. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel data yang berskala ordinal Yamin, 2009. Uji Spearman ini menganalisis hubungan dua variabel dengan mengurutkan kedua variabel tersebut kemudian dicari disparitasnya d i atau selisih variabel yang telah diurutkan. Formula koefisien korelasi Spearman adalah Trihendradi, 2009: r s = 1 - dimana: d i = disparatis atau selisih variabel X 1 dan X 2 X 1 dan X 2 = variabel yang akan diteliti N = banyaknya pengamatan

2.2.6 Desain Kebijakan Lingkungan pada Kawasan Industri

Kebijakan lingkungan berperan penting dalam perancangan kebijakan publik untuk perbaikan kualitas lingkungan dan harus dirancang seefektif dan seefisien mungkin. Perancangan kebijakan lingkungan menjadi semakin kompleks karena juga melibatkan proses politik. Salah satu masalah yang timbul pada pengendalian pencemaran melalui pendekatan efisiensi atau tingkat pencemaran yang optimal adalah penentu kebijakan sulit untuk menentukan tingkat pencemaran yang optimal tersebut Fauzi, 2006. Tujuan dari kebijakan adalah sebagai pengaman terhadap lingkungan dan meminimisasi resiko kepada kesehatan manusia. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan Eco-Industrial Park Esatate merupakan sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat dimana pelaku di dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja lingkungan, 26 ekonomi dan sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan antar perusahaan. Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri berwawasan lingkungan melalui Purwanto, 2006: 1. Eco-industrial park estate EIPEIE – kawasan industri yang dikembangkan dan dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial sebanyak mungkin dan juga manfaat bisnis Virtual Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak harus berada dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah dan kerjasama pada tingkatan yang berbeda. 2. By-product exchange BPX – sekelompok perusahaan yang saling mempertukarkan dan menggunakan produk samping energi, air, dan bahan daripada membuangnya sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX adalah industrial ecosistem, by-product synergy, industrial symbiosis, industrial recycling network, green twinning, zero emission network . 3. Eco-industrial network EIN- sekelompok perusahaan di suatu daerah yang bekerja sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi. 27 Konsep dasar dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi industri, produksi bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan. Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi Purwanto, 2006: 1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri, menggunakan pendekatan: lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang, memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi, meminimisasi timbunan limbah, memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari pasar limbah. 2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam dengan cara: mengurangi beban lingkungan yang diakibatkan oleh adanya pelepasan energi dan bahan ke lingkungan, merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik dan sensitivitas kepekaan alam, menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-bahan berbahaya dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila perlu. 3. Merekayasa ulang re-engineer pemakaian energi dan bahan-bahan untuk keperluan industri dengan cara: merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi, mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang recapture, membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin Dematerialisasi. 4. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang dari evolusi sistem industri. 28 5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat local dengan cara: mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja, memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional melalui berbagai investasi dalam program- program masyarakat. Kebijakan lingkungan yang telah ditetepkan oleh Pemerintah Daerah Kota Cimahi diantaranya adalah: Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 2 Tahun 2005 tentang Ijin Pembungan Limbah Cair dan Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 16 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan. Peraturan Daerah tersebut menunjukkan tindakan tegas pemerintah terhadap keberlanjutan lingkungan dengan adanya kawasan industri.

2.3 Penelitian Terdahulu

Utari 2006 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Willingness To Pay WTP dan Willingness To Accept WTA Masyarakat Terhadap TPAS Pondok Rajeg Kabupaten Bogor. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengkaji nilai retribusi dan nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Nilai dugaan rataan WTP responden adalah Rp.5.600KKbulan, nilai tengah WTP Rp.5.200KKbulan, dan totalnya Rp.825.150bulan. Nilai dugaan total WTP masyarakat adalah sebesar Rp.38.840.250bulan dan besar surplus konsumen responden adalah Rp.5.000bulan. Nilai WTP responden Kecamatan Cibinong dipengaruhi oleh faktor tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, kepuasan responden terhadap pelayanan pengelolaan sampah, dan biaya yang dikeluarkan responden selain biaya retribusi kebersihan. Nilai dugaan rataan WTA responden

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Medan (Kim) Belawan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kim Belawan

31 145 75

Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Mata Air Aek Arnga di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal

12 92 53

Resolusi Konflik Lingkungan PT Kawasan Industri Medan (PT KIM) dengan Masyarakat Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan

0 36 107

Pengaruh kesadaran, persepsi dan preferensi konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal: studi kasus kawasan industri di Jakarta Utara

1 6 167

Kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan industri Jababeka (Studi kasus Desa Pasir Gombang, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

0 13 150

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

5 36 94

LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG.

0 1 35

Estimating willingness to pay by risk ad

0 0 11

Budaya masyarakat di lingkungan kawasan industri: kasus industri rotan di Desa Tegalwangi Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

0 5 105