Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan WTP Responden Untuk

109 dengan pilihan yang beragam dan harga yang relatif murah, sehingga ada pengaruh antara jarak tempat tinggal ke lokasi pasar dengan preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal. Berdasarkan tabel 11, dibuktikan bahwa jarak tempat tinggal ke sarana angkutan umum juga berpengaruh nyata terhadap preferensi tempat tinggal. Hal tersebut dibuktikan dari hasil nilai Chi-Square pada df=4 sebesar 7,646 yang lebih besar dari Chi-Square tabel sebesar 6,74 dan nilai signifikan diperoleh sebesar 0,105 yang lebih kecil dari alpha 0,15. Jika dilihat dari koefisien Rank Spearman yang bertanda positif, berarti bahwa semakin dekat dengan sarana angkutan umum, maka responden menyukai tempat tinggalnya. Hal tersebut dikarenakan sarana angkutan umum berpengaruh dengan kelancaran dalam beraktivitas. Selain itu, tingkat kriminalitas yang terjadi di sekitar kawasan industri berhubungan nyata dengan preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal. Terbukti dari hasil uji Chi-Square, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,072 pada selang kepercayaan 0,15 dan Chi-Square hitung 6,998 lebih besar dari Chi- Square tabel 5,32, artinya preferensi dengan tingkat kriminalitas berhubungan nyata dan dari koefisien Rank Spearman bertanda positif, berarti semakin aman tempat tinggal, responden menyukai tempat tinggalnya. Hal tersebut dikarenakan tingkat kriminalitas berhubungan dengan hak kepemilikan seseorang dimana responden merasa tenang untuk tinggal.

6.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan WTP Responden Untuk

Perbaikan Kualitas Lingkungan Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama Pengujian dua variabel dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan nyata antara kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan dengan 110 faktor pribadi dengan faktor lingkungan. Uji yang dilakukan adalah uji Chi- Square dan Rank Spearman dengan menggunakan bantuan software SPSS version 16.0 for Windows . Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan keputusan responden bersedia atau tidak membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama antara lain: jarak ke lokasi industri, fasilitas air, kondisi air, kebisingan, kualitas udara, keramaian, tingkat kriminalitas, pendapatan, pengeluaran, kategori penduduk, kebersihan, jarak ke lokasi kerja, preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan lampiran 4. 1. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Pendapatan Tiap Bulan Pengujian dua veriabel yaitu pendapatan dan kesediaan membayar menyatakan bahwa pendapatan dan kesediaan membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan berhubungan nyata. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,001 dengan alpha 0,15 dan nilai Chi- Square hitung sebesar 21,711 df=5 yang lebih besar daripada Chi-Square tabel sebesar 8,12. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka responden bersedia membayar yang terbukti dari nilai koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0,030 positif. Responden yang memiliki pendapatan per bulan di bawah Rp.500.000,00bulan yang menyatakan bersedia membayar sebanyak 15 responden, responden yang memiliki pendapatan antara Rp.500.000,00 – Rp.1.000.000,00 sebanyak 18 responden menyatakan bersedia membayar, 111 dan responden yang memiliki pendapatan antara Rp.1.000.000,00 – Rp.1.500.000,00 yang bersedia membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan sebanyak 35 responden. Data data yang telah diuraikan tersebut mengindikasikan adanya pengaruh antara pendapatan dengan kesediaan membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan, dikarenakan responden yang memiliki pendapatan semakin tinggi memiliki saving yang lebih banyak dari responden yang memiliki pendapatan rendah. 2. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Jarak Tempat Tinggal ke Lokasi Industri Jarak tempat tinggal ke lokasi industri sangat berhubungan dengan kesediaan responden untuk membayar, dibuktikan dengan nilai signifikasi 0,000 pada selang kepercayaan 0,15 dan diperoleh Chi-Square hitung sebesar 55,025 yang jauh lebih besar daripada Chi-Square tabel sebesar 6,74. Artinya, jarak tempat tinggal ke lokasi industri dengan kesediaan membayar berhubungan nyata, sedangkan nilai koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0,234 positif yang berarti bahwa semakin dekat dengan lokasi industri maka responden bersedia membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan. Responden yang berlokasi sangat jauh cenderung tidak bersedia membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan, sedangkan responden yang berlokasi semakin dekat dengan lokasi industri umumnya bersedia membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan. Hal tersebut dikarenakan tempat tinggal penurunan lingkungan semakin terasa pada tempat tinggal yang dekat dengan lokasi industri, sedangkan responden yang jauh dengan lokasi industri 112 beranggapan bahwa membayar untuk perbaikan lingkungan tidak penting karena tidak terasa hasilnya. 3. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Fasilitas Air dan Kondisi Air Dari hasil pengujian dengan Chi-Square antara fasilitas air dengan kesediaan untuk membayar dihasilkan nilai Chi-Square sebesar 11,875 lebih besar dari Chi-Square tabel sebesar 5,32 pada df=3 dan nilai signifikan sebesar 0,008 pada taraf nyata 85, artinya fasilitas air dengan kesediaan membayar berhubungan nyata. Terbukti pula dari nilai koefisien korelasi sebesar -0,222 yang menunjukkan semakin mudah memperoleh air, maka responden tidak bersedia membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan, dengan alasan jika mudah memperoleh air, maka responden beranggapan bahwa jika membayar untuk perbaikan lingkungan tidak dirasakan langsung hasil dari perbaikan lingkungan karena responden merasa tidak ada masalah dengan lingkungan. Kondisi air juga berhubungan nyata dengan kesediaan membayar. Hal ini terbukti dengan nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,049 pada selang kepercayaan 0,15 dan Chi-Square hitung yang lebih besar dari Chi-Square tabel 6,0453,79 pada df=2 sehingga ada hubungan nyata antara kondisi air dengan kesediaan membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan. Selain itu, nilai koefisien korelasi sebesar -0,245 yang berarti semakin keruh air, maka responden bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan, karena kualitas air menentukan kesehatan responden dan air merupakan kebutuhan dasar manusia. 113 4. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Kebisingan Kebisingan yang diakibatkan oleh aktivitas industri sangat mengganggu masyarakat sekitar kawasan industri, sehingga masyarakat yang berada di sekitar kawasan industri umumnya bersedia membayar untuk peningkatan kenyamanan tempat tinggal. Hal tersebut diperkuat dengan uji dua variabel antara kesediaan responden membayar dengan kondisi kebisingan yang dialami oleh responden. Nilai signifikan yang diperoleh pada selang kepercayaan 15 adalah 0,000 dan nilai Chi-Square hitung didapat sebesar 38,560 yang lebih besar daripada Chi-Square tabel sebesar 6,74 pada df=4, serta nilai koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0,386 yang menunjukkan tanda positif, yang artinya semakin bising lingkungan tempat tinggal maka responden bersedia membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kesediaan membayar dengan kondisi kebisingan berpengaruh nyata. 5. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Kualitas Udara Menurut hasil laporan tahunan Kelurahan Utama dinyatakan bahwa kualitas udara di sekitar kawasan industri telah tercemar. Masyarakat sekitar kawasan industri cenderung memperhatikan kondisi lingkungan sehingga dari 100 responden, sebanyak 89 responden bersedia membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan. Berdasarkan pernyataan tersebut diduga ada pengaruh antara perbaikan kualitas lingkungan dengan kualitas udara sekitar kawasan industri. 114 Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai signifikan sebesar 0,007 pada selang kepercayaan 0,15 dan Chi-Square hitung sebesar 12,190 yang lebih besar dari Chi-Square tabel sebesar 5,32 pada df=3. Hasil pengujian tersebut membuktikan adanya hubungan nyata antara kesediaan membayar dengan kualitas udara. Selain itu, koefisien Rank Spearman yang diperoleh sebesar 0,111 yang menunjukkan bahwa semakin rendah kualitas udara, maka responden bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan. Hal ini disebabkan udara sangat penting untuk kesehatan, karena udara yang tercemar dapat menyebabkan gangguan pernafasan, bahkan menyebabkan kematian. 6. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Keramaian Keramaian yang terjadi di sekitar kawasan industri karena adanya kendaraan industri atau karyawan yang keluar masuk pabrik. Keramaian yang terjadi dapat mengganggu masyarakat yang bemukim di daerah sekitar kawasan industri. Umumnya masyarakat bersedia membayar untuk ketenangan yang diinginkan. Diindikasikan adanya hubungan antara kesediaan membayar dengan perbaikan kualitas lingkungan yang diuji dengan Chi-Square. Hasil pengujian diperoleh Chi-Square hitung sebesar 11,479 lebih besar dari Chi-Square tabel sebesar 5,74 pada df=4 dan juga didapatkan nilai signifikan sebesar 0,022 pada selang kepercayaan 0,15. Artinya, terdapat hubungan nyata antara kondisi keramaian dengan kesediaan membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan. Selain itu, nilai koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0,322 115 yang berarti semakin ramai tempat tinggal, maka responden bersedia mambayar untuk perbaikan lingkungan. 7. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Tingkat Kriminalitas Tingkat kriminalitas sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama berhubungan nyata dengan kesediaan membayar masyarakat untuk memperbaiki kualitas lingkungan. Hubungan tersebut dibuktikan dengan pengujian dua variabel antara kesediaan membayar masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang diperoleh nilai signifikasi lebih kecil dari selang kepercayaan 0,019 0,15. Selain itu, dapat ditunjukkan dengan hasil nilai Chi-Square yang lebih besar dari Chi-Square tabel 9,948 5,32 pada df=3. Nilai signifikan dan Chi-Square hitung tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesediaan membayar berhubungan nyata dengan tingkat kriminalitas. Tingkat kriminalitas berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar, terlihat pada nilai koefisien korelasi Rank Spearman yang diperoleh sebesar 0,075, akan tetapi nilai siginfikan yang diperoleh lebih dari taraf nyata sehingga tidak ada pengaruh antara tingkat kriminalitas dengan kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan. 8. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Kategori Penduduk Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai Asymp.Sig.2-sided sebesar 0,500 pada selang kepercayaan 0,15 dan didapat pula nilai Chi-Square sebesar 0,455 yang lebih kecil dari Chi-Square tabel pada df=1 sebesar 2,07. Hasil uji tersebut mengindikasikan tidak terjadi hubungan nyata antara 116 kesediaan masyarakat membayar WTP untuk perbaikan kualitas lingkungan dengan kategori penduduk. Responden cenderung peduli terhadap lingkungan, terlihat dari 55 responden yang merupakan penduduk asli Kelurahan Utama terdiri dari 50 responden bersedia membayar WTP untuk perbaikan lingkungan dan sebanyak lima responden tidak bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan. Begitu juga dari 45 responden migran atau pindahan, sebanyak 39 responden bersedia membayar perbaikan kualitas lingkungan dan enam responden tidak bersedia membayar. Ini membuktikan bahwa baik penduduk asli ataupun pindahan cenderung bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan. 9. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Kebersihan Kondisi kebersihan tempat tinggal masyarakat pada umumnya dalam kondisi bersih, sehingga tidak terdapat hubungan nyata antara kesediaan membayar dengan kondisi kebersihan. Hal tersebut didukung oleh nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,884 lebih besar dari selang kepercayaan 0,15 dan Chi-Square sebesar 0,652 pada df=3 lebih kecil dari Chi-Square tabel sebesar 5,32. Artinya, kebersihan dan kesediaan membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan tidak berhubungan nyata karena kebersihan tempat tinggal bukan merupakan tanggung jawab pihak swasta ataupun pemerintah, akan tetapi merupakan kewajiban masing-masing pemilik rumah. 10. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Jarak ke Lokasi Kerja 117 Jarak lokasi kerja dengan tempat tinggal tidak berhubungan nyata dengan kesediaan seseorang membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Asymp.Sig.2-sided yang diperoleh sebesar 0,523 yang lebih besar dari selang kepercayaan 0,15 dan nilai Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel 3,210 6,74 pada df=4. Artinya, kesediaan membayar responden terhadap lingkungan dengan lokasi kerja tidak berhubungan nyata karena lokasi kerja pada umumnya dekat dengan tempat tinggal. 11. Hubungan Antara Kesediaan Membayar WTP Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan dengan Preferensi dan Persepsi Masyarakat terhadap Tempat Tinggal Kesukaan responden terhadap tempat tinggalnya berhubungan nyata dengan kesediaan responden membayar untuk lingkungan. Nilai Chi- Square hitung sebesar 4,097 pada df =1 lebih besar dari Chi-Square tabel sebesar 2,07 dan nilai signifikan sebesar 0,043 pada selang kepercayaan 0,15. Artinya, kesediaan membayar berhubungan nyata dengan preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman bertanda negatif -0,202 yang berarti responden yang tidak menyukai tempat tinggalnya maka bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan, karena responden yang tidak menyukai tempat tinggalnya akan berusaha untuk kenyamanan bertempat tinggal dengan memperbaiki kualitas lingkungan sekitar dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, persepsi responden terhadap lingkungan juga berhubungan nyata dengan kesediaan responden membayar untuk perbaikan lingkungan 118 sekitar kawasan industri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan uji dua variabel dengan alat analisis Chi-Square, diperoleh nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari selang kepercayaan 0,15 dan Chi-Square hitung 27,203 lebih besar dari Chi-Square tabel 2,07 pada df=1, sehingga dapat disimpulkan bahwa preferensi responden terhadap tempat tinggal dan persepsi responden tentang kualitas lingkungan memiliki hubungan nyata dengan kesediaan responden membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan. Jika dilihat dari nilai koefisien korelasi Rank Spearman -0,522 menunjukkan bahwa responden yang menyadari lingkungan sekitar tempat tinggalnya buruk, maka responden bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan. Hal ini dikarenakan terjadinya menyadari terjadinya degradasi lingkungan harus segera ditangani.

6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Medan (Kim) Belawan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kim Belawan

31 145 75

Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Mata Air Aek Arnga di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal

12 92 53

Resolusi Konflik Lingkungan PT Kawasan Industri Medan (PT KIM) dengan Masyarakat Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan

0 36 107

Pengaruh kesadaran, persepsi dan preferensi konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal: studi kasus kawasan industri di Jakarta Utara

1 6 167

Kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan industri Jababeka (Studi kasus Desa Pasir Gombang, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

0 13 150

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

5 36 94

LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG.

0 1 35

Estimating willingness to pay by risk ad

0 0 11

Budaya masyarakat di lingkungan kawasan industri: kasus industri rotan di Desa Tegalwangi Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

0 5 105