118 sekitar kawasan industri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan uji dua
variabel dengan alat analisis Chi-Square, diperoleh nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari selang kepercayaan 0,15 dan Chi-Square
hitung
27,203 lebih besar dari Chi-Square
tabel
2,07 pada df=1, sehingga dapat disimpulkan bahwa preferensi responden terhadap tempat tinggal dan persepsi responden
tentang kualitas lingkungan memiliki hubungan nyata dengan kesediaan responden membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan. Jika dilihat dari
nilai koefisien korelasi Rank Spearman -0,522 menunjukkan bahwa responden yang menyadari lingkungan sekitar tempat tinggalnya buruk, maka
responden bersedia membayar untuk perbaikan lingkungan. Hal ini dikarenakan terjadinya menyadari terjadinya degradasi lingkungan harus
segera ditangani.
6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai
Willingness to Pay Responden
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Variabel tidak bebas yang
digunakan adalah nilai WTP responden, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah umur, pendidikan formal terakhir, jumlah tanggungan,
pendapatan per bulan, pengeluaran per bulan, kategori penduduk, lama tinggal di tempat tinggal saat ini, jarak tempat tinggal ke lokasi industri, fasilitas air, kondisi
air, kebisingan, kualitas udara, kebersihan tempat tinggal, jarak tempat tinggal ke lokasi kerja, kondisi keramaian, tingkat kriminalitas, preferensi terhadap tempat
tinggal, dan persepsi terhadap lingkungan. Data yang digunakan dalam analisis ini telah diuji asumsinya, antara lain:
kenormalan sisaan atau galat menyebar normal, tidak ada autokorelasi atau sisaan
119 saling bebas, homoskedastisitas atau kehomogenan ragam sisaan, dan tidak ada
multikolinearitas. Pengujian normalitas residual dapat dilihat dari grafik normal P- P Plot, maka dikatakan bahwa residual mengikuti fungsi distribusi normal.
Selain metode grafik normal P-P Plot, untuk memvalidasi bahwa residual mengikuti distribusi normal, perlu dilakukan pengujian normalitas dengan statistic
uji Kolmogorov Smirnov dengan asumsi sebagai berikut: H
: galat menyebar normal H
1
: galat tidak menyebar normal Dari hasil pengujian diperoleh nilai p-value lebih besar dari alpha 0,750
0,15, maka terima H , sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Dalam menguji autokorelasi pada residual dapat dilihat dari nilai statistic
Durbin-Watson dengan asumsi sebagai berikut: H
: tidak ada autokorelasi H
1
: ada autokorelasi Dimana nilai Durbin-Watson menunjukkan nilai 1,648 dan nilai batas atas
Durbin-Watson tabel sebesar 2,148. Oleh karena nilai 4-1,648 lebih besar dari 2,148, maka hipotesis H
diterima artinya tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
Pemeriksaan asumsi ketiga, yaitu homoskedastisitas dengan menggunakan uji Bartlett dan uji Levene, asumsi yang digunakan yaitu:
H : Heteroskedastisitas
H
1
: Homoskedastisitas
120
Mean WTP = -0,755 + 0,085UMUR + 0,235PDDK + 0,027TGG + 0,118PDPTN + 0,140PLRN + 0,035KP
– 0,060LTSI + 0,150JLI + 0,055FA
– 0,059KA + 0,366BSG – 0,263UDARA – 0,038BRSH – 0,134JLK + 0,114KRMN + 0,152KRMNL +
0,173PREF – 0,265PRSP
Diperoleh nilai p-value pada uji Bartlett sebesar 0,047 dan p-value pada uji Levene sebesar 0,083 yang lebih kecil dari alpha 0,15, sehingga dapat
disimpulkan ragam galat bersifat homoskedastisitas. Uji selanjutnya yaitu tidak adanya multikolinearitas antara variabel
independen, dapat dilihat dari VIF pada tabel 12. Dari hasil regresi diperoleh semua variabel independen mempunyai nilai VIF10 sehingga dapat disimpulkan
tidak terdapat hubungan linier sangat tinggi antara variabel independen. Perlu dilakukan validasi model regresi dengan pemeriksaan hasil tabel
ANOVA dimana hasil uji statistik uji F menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,15, dan nilai koefisien determinasi atau R
2
sebesar 0,848 nilai tersebut berarti keragaman WTP responden 84,8 persen dapat
dijelaskan oleh model, sisanya 15,2 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Oleh karena nilai statistik uji F yang signifikan pada alpha 15 dan nilai
R square yang tinggi, maka model persamaan regrasi yang dihasilkan dapat dikatakan valid. Selanjutnya model regresi yang sudah tervalidasi ini dapat
digunakan untuk memprediksi besarnya nilai WTP masyarakat, maka model regresi tersebut yaitu:
121
Tabel 13. Hasil Analisis Nilai WTP Responden
Variabel Koefisien
Sig VIF
Keterangan C
-0,755 0,296
- UMUR
0,085 0,188
2,743 Tidak berpengaruh nyata
PDDK 0,235
0,004 2,778
Berpengaruh nyata TGG
0,027 0,532
1,664 Tidak berpengaruh nyata
PDPTN 0,118
0,007 1,564
Berpengaruh nyata PLRN
0,140 0,063
1,798 Berpengaruh nyata
KP 0,035
0,757 2,091
Tidak berpengaruh nyata LTSI
-0,060 0,148
2,874 Tidak berpengaruh nyata
JLI 0,150
0,003 1,462
Berpengaruh nyata FA
0,055 0,400
1.430 Tidak berpengaruh nyata
KA 0,059
0,536 1,711
Tidak berpengaruh nyata BSG
0,366 0,000
1,981 Berpengaruh nyata
UDARA -0,263
0,002 1,597
Berpengaruh nyata BRSH
-0,038 0,650
1,921 Tidak berpengaruh nyata
JLK -0,134
0,014 1,308
Berpengaruh nyata KRMN
0,114 0,029
1,673 Berpengaruh nyata
KRMNL 0,152
0,047 1,350
Berpengaruh nyata PREF
0,173 0,131
2,057 Berpengaruh nyata
PRSP -0,265
0,057 1,451
Berpengaruh nyata Sumber: Diolah Oleh Penulis Berdasarkan Data Survey
Variabel bebas yang mempengaruhi besarnya kesediaan membayar pada selang kepercayaan 85 antara lain:
1. Variabel pendidikan formal terakhir, dengan nilai signifikan sebesar 0,004 yang artinya pendidikan formal terakhir berpengaruh nyata terhadap nilai
WTP responden pada taraf nyata 0,15. Nilai koefisien bertanda positif yang berarti semakin tinggi pendidikan formal, maka semakin besar WTP yang
akan diberikan dengan koefisien 0,235, artinya jika pendidikan formal meningkat sebesar 1 tingkatan maka besar nilai WTP akan meningkat 0,235.
Hal ini dikarenakan, semakin tinggi pendidikan formal, responden akan semakin menyadari pentingnya lingkungan bagi kelangsungan hidup dan
menyadari bahwa lingkungan telah tercemar akibat adanya aktivitas industri,
122 sehingga perlu adanya perbaikan kualitas lingkungan untuk kesehatan dan
kenyamanan tempat tinggal. 2. Variabel pendapatan, dengan nilai signifikan sebesar 0,007 yang lebih kecil
dari taraf nyata 0,15. Nilai koefisien bertanda positif, artinya semakin tinggi pendapatan, dengan nilai koefisien 0,118, artinya jika pendapatan meningkat
satu rupiah, maka besarnya WTP responden akan meningkat 0,118. Semakin besar WTP yang akan diberikan responden, dikarenakan semakin tinggi
pendapatan, maka responden memiliki tabungan yang lebih besar untuk keperluan lain di luar keperluan pokok, sehingga semakin besar memberikan
WTP. 3. Variabel pengeluaran, nilai signifikan yang didapatkan sebesar 0,063 dimana
lebih kecil dari taraf nyata 0,15 dengan nilai koefisien bertanda positif yang berarti semakin tinggi pengeluaran responden tiap bulan, maka semakin besar
nilai WTP responden. Nilai koefisien diperoleh sebesar 0,140, artinya jika pengeluaran responden meningkat satu rupiah, maka besar WTP responden
akan meningkat sebesar 0,140, dikarenakan semakin tinggi pengeluaran menggambarkan responden bersifat konsumtif sehingga lebih mudah
mengeluarkan uang untuk keperluan lain. 4. Variabel jarak tempat tinggal ke lokasi industri, dari hasil pengolahan data
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,003 yang lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,15, artinya jarak tempat tinggal ke lokasi industri berpengaruh nyata
terhadap besarnya nilai WTP responden. Koefisien variabel yang bernilai positif berarti semakin dekat tempat tinggal dengan lokasi industri, maka
semakin besar WTP yang bersedia dikeluarkan oleh responden untuk kualitas
123 lingkungan dan nilai koefisien yang diperoleh sebesar 0,150, artinya jika
jarak tempat tinggal ke lokasi industri semakin dekat satu meter, maka besarnya nilai WTP responden akan meningkat sebesar 0,150. Hal tersebut
dikarenakan, semakin dekat jarak tempat tinggal ke lokasi industri, maka responden akan semakin menyadari rendahnya kualitas lingkungan akibat
adanya aktivitas industri dan respoden yang semakin dekat dengan lokasi industri, maka semakin besar responden tersebut menerima dampak langsung
akibat pencemaran lingkungan yang terjadi. 5. Variabel kebisingan, dengan nilai signifikan sebesar 0,000 terlihat bahwa
kebisingan berpengaruh terhadap besarnya WTP responden pada taraf nyata 0,15. Terlihat pula nilai koefisien positif yang artinya bahwa semakin
responden merasa tempat tinggalnya bising, maka semakin besar WTP yang dikeluarkan responden. Nilai koefisien yang diperoleh sebesar 0,366, artinya
jika kebisingan meningkat satu tingkatan, maka WTP responden akan meningkat sebesar 0,366. Kebisingan terjadi karena suara yg bersumber dari
peralatan industri yang sedang beraktivitas ataupun karena suara kendaraan pengangkut yang keluar masuk lokasi industri, sehingga responden yang
berada di sekitar kawasan industri tersebut menyadari suasana kebisingan yang mengganggu kegiatan sehari-hari.
6. Variabel kualitas udara, terlihat dari nilai signifikan yang didapatkan sebesar 0,002 yang lebih kecil dari taraf nyata 0,15, menunjukkan bahwa kualitas
udara berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden. Nilai koefisien dari hasil pengolahan data yaitu negatif, artinya semakin kualitas
udara rendah udara semakin tercemar maka semakin besar WTP responden,
124 dengan nilai koefisien sebesar -0,263, artinya jika kualitas udara menurun
satu tingkat, maka WTP responden akan meningkat sebesar 0,263. Responden yang beranggapan bahwa kesehatan penting akan semakin menyadari bahwa
udara sekitar kawasan industri telah tercemar dan bersedia membayar tinggi untuk WTP perbaikan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
7. Variabel jarak tempat tinggal ke lokasi kerja, ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,014 yang lebih kecil dari taraf nyata 15 persen yang
berarti jarak tempat tinggal ke lokasi kerja memiliki pengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP. Pengaruh tersebut diperlihatkan dengan koefisien berupa
tanda negatif yang berarti semakin dekat tempat tinggal dengan lokasi kerja maka semakin besar WTP responden. Nilai koefisien didapatkan sebesar
negatif 0,134, artinya jika jarak lokasi kerja terhadap tempat tinggal semakin dekat satu meter, maka WTP responden akan meningkat sebesar 0,134. Salah
satu faktor responden yang bertempat tinggal di sekitar kawasan industri karena dekat dengan lokasi kerja responden, di sisi lain, adanya industri dapat
menurunkan kualitas lingkungan, oleh sebab itu semakin dekat tempat tinggal dengan lokasi kerja, maka semakin besar WTP responden agar responden
dapat tetap tinggal dengan nyaman dan kesehatan dianggap penting bagi respoden karena kualitas lingkungan menjadi baik serta dekat dengan lokasi
kerja. 8. Variabel keramaian, diperlihatkan dengan nilai signifikan lebih kecil dari
taraf nyata 0,0290,15. Variabel keramaian berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP responden, diperkuat dengan koefisien bertanda positif,
artinya semakin ramai tempat tinggal, maka semakin besar WTP responden
125 untuk perbaikan kualitas lingkungan, dimana nilai koefisien sebesar 0,114
artinya jika keramaian meningkat satu tingkat, maka akan meningkatkan WTP responden sebesar 0,114. Keramaian ditunjukkan dengan banyaknya
frekuensi relatif keramaian akibat adanya karyawan industri yang keluar masuk, pedagang yang berjualan di sekitar kawasan industri, dan lain
sebagainya. Responden yang menyadari tempat tinggalnya sering ramai dan terganggu karena keramaian tersebut, untuk kenyamanan tempat tinggal,
maka akan semakin besar WTP responden agar adanya perbaikan kualitas lingkungan.
9. Tingkat kriminalitas, diperlihatkan dari nilai signifikan yang lebih kecil dari taraf nyata 15 persen 0,0470,15. Tingkat kriminalitas berpengaruh positif
terhadap besarnya WTP responden yang artinya semakin tidak aman tempat tinggal, maka semakin besar WTP responden, dengan nilai koefisien yang
didapatkan sebesar 0,152 artinya jika tingkat kriminalitas meningkat satu tingkatan maka WTP responden meningkat sebesar 0,152. Tingkat keamanan
merupakan perlindungan terhadap hak milik pribadi, sehingga responden menginginkan lingkungan tempat tinggal yang aman untuk ketenangan
tinggal dan bersedia mengorbankan materi untuk peningkatan keamanan. 10. Variabel preferensi, terbukti dari nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,131
dimana nilai tersebut lebih kecil dari tarafnyata 15 persen, artinya bahwa preferensi berhubungan nyata dengan besarnya WTP responden dengan nilai
koefisien positif, yang berarti responden yang menyukai tempat tinggalnya akan membayar WTP lebih besar dari responden yang tidak menyukai tempat
tinggalnya dengan perbedaan WTP sebesar 0,173. Kondisi kualitas
126 lingkungan yang rendah tapi di sisi lain responden menyukai tempat
tinggalnya, sehingga untuk kenyamanan tempat tinggal, responden bersedia membayar WTP untuk peningkatan kualitas lingkungan.
11. Variabel persepsi, terlihat dari nilai signifikan 0,057 yang lebih kecil dari taraf nyata 0,15, artinya persepsi responden tentang lingkungan berpengaruh
nyata terhadap besarnya WTP dengan nilai koefisien negatif yang berarti responden yang menyadari turunnya kualitas lingkungan akan membayar
lebih besar daripada respoden yang tidak merasa kualitas lingkungan tercemar dengan selisih 0,265. Responden yang berada sekitar kawasan industri akan
cenderung menyadari kualitas lingkungan yang rendah, sedangkan responden yang berada jauh dari lokasi industri kurang menyadari rendahnya kualitas
lingkungan, sehingga besarnya WTP responden bergantung pada persepsi responden terhadap lingkungan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak seluruhnya signifikan, terdapat juga data yang tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP
responden pada selang kepercayaan 85, yaitu sebagai berikut: 1. Variabel umur, memiliki nilai koefisien bertanda positif yang berarti semakin
tua umur responden, maka semakin besar WTP yang bersedia dibayarkan. Akan tetapi untuk memvalidasi pernyataan tersebut diperlukan uji t dan
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,188, karena nilai signifikan lebih besar dari taraf nyata 15 persen, maka dapat dikatakan bahwa umur tidak
berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP. Hal tersebut disebabkan dari hasil survey di lapangan bahwa baik usia muda maupun tua, keduanya peduli
terhadap lingkungan dan umur tidak menjamin besarnya WTP responden
127 karena banyak responden yang berumur tua yang tidak memperhatikan
lingkungan, begitu pula sebaliknya ada juga responden yang berumur tua namun sangat memperhatikan lingkungan sekitarnya.
2. Variabel jumlah tanggungan keluarga anak, dari hasil regresi diperoleh nilai signifikan sebesar 0,532 yang lebih besar dari taraf nyata 0,15 yang berarti
jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP responden. Hal ini dikarenakan terdapat responden yang memiliki banyak
tanggungan tapi memperhatikan lingkungan sekitar karena respoden beranggapan bahwa kesehatan keluarga sangat penting, akan tetapi ada juga
responden yang memiliki banyak anak namun tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya karena pengeluaran diprioritaskan untuk keperluan
keluarga. 3. Variabel kategori penduduk, terbukti dari nilai signifikan 0,757 yang lebih
besar dari taraf nyata 0,15. Jika dilihat dari koefisien yang bertanda positif, mengartikan bahwa penduduk asli akan mengeluarkan semakin kecil
kesediaan membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan dan nilai koefisien yang diperoleh sebesar karena penduduk merasa perlu adanya perbaikan
kualitas lingkungan karena telah menyadari terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
4. Variabel lama tinggal di tempat tinggal saat ini, terlihat dari nilai signifikan 0,148 yang lebih besar dari taraf nyata 0,15 yang berarti lama tinggal di
tempat tinggal saat ini tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP responden. Akan tetapi jika dilihat dari koefisien yang bertanda negatif,
berarti semakin lama responden tinggal di tempat tinggal saat ini, maka
128 semakin sedikit WTP responden dikarenakan responden telah terbiasa dengan
kondisi lingkungan tersebut, tetapi menurut survey ditemukan responden yang telah lama tinggal di rumah saat ini namun memiliki WTP yang besar,
karena menyadari menurunnya kualitas lingkungan akibat aktivitas industri. 5. Variabel fasilitas air, yang ditunjukkan dengan nilai signifikan yang diperoleh
sebesar 0,400 dimana lebih besar dari taraf nyata 0,15 yang berarti fasilitas air tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP responden. Hal ini
dikarenakan air telah disediakan oleh pihak swasta, sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh air.
6. Variabel kualitas air, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,536 yang lebih besar dari taraf nyata 0,15, artinya bahwa tidak ada pengaruh nyata antara kualitas
air dan kesediaan membayar. Air yang dialirkan ke masyarakat merupakan saluran air dari pihak swasta sehingga kualitas air cukup baik karena tidak
berasal dari sungai tempat pembuangan limbah industri. 7. Variabel kebersihan tempat tinggal, dari hasil survey di lapangan terlihat
masyarakat cenderung memperhatikan kebersihan tempat tinggalnya untuk kenyamanan dan kesehatan menyebabkan tempat tinggal masyarakat dalam
kondisi cukup bersih sehingga tidak ada pengaruh antara kebersihan tempat tinggal dan besarnya WTP responden. Hal ini diperkuat dengan hasil
pengolahan data yang diperoleh nilai signifikan sebesar 0,650 yang lebih besar dari taraf nyata 15 persen.
6.5 Besarnya Nilai WTP dan Estimasi