28 5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi
masyarakat local dengan cara: mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja, memperkecil dampak pembangunan
industri pada sistem regional melalui berbagai investasi dalam program- program masyarakat.
Kebijakan lingkungan yang telah ditetepkan oleh Pemerintah Daerah Kota Cimahi diantaranya adalah: Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 2 Tahun 2005
tentang Ijin Pembungan Limbah Cair dan Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 16 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan
Lingkungan. Peraturan Daerah tersebut menunjukkan tindakan tegas pemerintah terhadap keberlanjutan lingkungan dengan adanya kawasan industri.
2.3 Penelitian Terdahulu
Utari 2006 melakukan penelitian yang berjudul Analisis Willingness To Pay
WTP dan Willingness To Accept WTA Masyarakat Terhadap TPAS Pondok Rajeg Kabupaten Bogor. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengkaji
nilai retribusi dan nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Nilai dugaan
rataan WTP responden adalah Rp.5.600KKbulan, nilai tengah WTP Rp.5.200KKbulan, dan totalnya Rp.825.150bulan. Nilai dugaan total WTP
masyarakat adalah sebesar Rp.38.840.250bulan dan besar surplus konsumen responden adalah Rp.5.000bulan. Nilai WTP responden Kecamatan Cibinong
dipengaruhi oleh faktor tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, kepuasan responden terhadap pelayanan pengelolaan sampah, dan biaya yang dikeluarkan
responden selain biaya retribusi kebersihan. Nilai dugaan rataan WTA responden
29 adalah Rp.37.300KKbulan, nilai tengah WTA Rp.35.300KKbulan. Nilai
dugaan total WTA masyarakat adalah sebesar Rp.59.700.000KKbulan dan besar surplus produsen adalah Rp.2.300bulan. Nilai WTA responden Kelurahan
Pondok Rajeg dipengaruhi oleh faktor tingkatan pendapatan, jarak tempat tinggal dengan lokasi TPAS, dan tingkat gangguan yang dialami responden akibat
keberadaan TPAS. Dari hasil penelitian diperoleh besarnya nilai dugaan total WTA masyarakat Kelurahan Pondok Rajeg yang lebih besar dari nilai dugaan
total WTP masyarakat Kecamatan Cibinong. Penetapan kebijakan oleh pemerintah sebaiknya disesuaikan dengan keinginan masyarakat agar tidak
menimbulkan konflik. Nuralim 2008 melakukan penelitian dengan judul Analisis Willingness to
Pay Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Rakyat Kasus di Desa Sumberejo,
Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan penlitian ini untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan rakyat, faktor-faktor
yang mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk membayar willingness to pay jasa lingkungan environmental service hutan rakyat, dan besarnya nilai ekonomi
dari kesediaan masyarakat untuk membayar willingness to pay tersebut. Hasil penelitian menunjukan berdasarkan persepsinya, responden mengetahui manfaat
jasa lingkungan, seperti keindahan alam, keamanan, keersediaan air dan kesejukan akibat adanya keberadaan hutan rakyat. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman,
faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya kesediaan membayar maksimun willingness to pay atas jasa lingkungan environmental service dari hutan rakyat
di Desa Sumberejo adalah faktor ketersediaan air. Faktor-faktor lain seperti keindahan alam dari hutan rakyat, kesejukan atau kenyamanan akibat keberadaan
30 hutan rakyat, kualitas hutan rakyat, peran petani hutan rakyat dalam perbaikan
hutan rakyat, pekerjaan, umur, pendidikan, pendapatan, dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata pada WTP. Hal ini karena faktor ketersediaan air sangat
dirasakan oleh masyarakat Desa Sumberejo dibandingkan faktor-faktor lainnya. Jumlah keseluruhan WTP sebagai nilai ekonomi atas jasa lingkungan dari hutan
rakyat dari 40 responden bukan pemilik hutan rakyat adalah sebesar Rp.1.290.000,00 per bulan.
Ayudia 2004 melakukan penelitian mengenai Persepsi dan Preferensi Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Hijau Studi Kasus di Perumahan Taman
Yasmin, Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi dan preferensi terhadap Ruang Terbuka Hijau RTH. Persepsi terhadap RTH meliputi
fungsi, bentuk tanggung jawab, pengelolaan, luasan, elemen dan pemeliharaan RTH di Perumahan Taman Yasmin. Persepsi terhadap fungsi RTH adalah untuk
mengurangi polusi 71 dan menyediakan udara segar 71. Bentuk RTH menurut responden adalah taman lingkungan 84, pengelolaan RTH adalah
tanggung jawab developer 79 dan warga 78. Luasan RTH saat ini menurut responden cukup luas 63 tetapi pemeliharaannya masih belum baik 63.
Semua responden menyatakan membutuhkan RTH di samping memerlukan perbaikanpenambahan saran bermain 58 dan pohon peneduh 63.
Preferensi terhadap RTH meliputi lokasi, tanaman, bentuk, dan aktivitas responden di dalam RTH. Preferensi terhadap lokasi RTH adalah sebagai milik
bersama 88. Preferensi terhadap bentuk RTH yang diinginkan adalah sebagai tempat bersosialisai 58 yang di dalamnya terdapat tanaman atau pohon
berbunga 81. Aktivitas yang paling banyak dilakukan responden adalah jalan-
31 jalan 68. Faktor identitas warga yang berpengaruh pada persepsi dan
preferensi tehadap RTH adalah umur terhadap luasan dan pemeliharan RTH, pendidikan terhadap luasan dan aktivitas di RTH, serta pekerjaan terhadap
aktivitas RTH. Faidillah 1994 melakukan penelitian dengan judul Perubahan
Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Nanggewer Mekar, Kecamatan Cibinong Sebagai Akibat Adanya Perkembangan Kegiatan Industri. Penelitiannya
bertujuan untuk mengetahui perubahan sosial ekonomi desa sebagai akibat adanya industri. Hasil penelitian menunjukan sumber mata pencaharian penduduk berasal
dari sektor industri dengan konsentrasi terbesar mata pencaharian penduduk sebagai buruh industri. Sebelum ada industri petani sangat dominan 92,7 persen
dari jumlah penduduk, tetapi setelah ada industri menjadi 20,1 persen dari jumlah penduduk. Rata-rata pertumbuhan sektor informal dari tahun 1985 sampai tahun
1992 mencapai 9,7 persen. Tingkat pendapatan masyarakat relatif tinggi dijumpai pada kelompok wiraswasta. Terjadi juga pertumbuhan penduduk dan peningkatan
pemukiman. Hanum 2007 melakukan penelitian yang berjudul Kebisingan
Pemukiman Rel Kereta Api: Analisis Preferensi, Persepsi dan WTA Kasus Desa Cilebut Timur Kabupaten Bogor Jawa Barat. Tujuannya penelitiannya yaitu
untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat Cilebut Timur dalam menyukai tempat tinggalnya dan mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi masyarakat Cilebut Timur terhadap kebisingan kereta api Bogor-Jakarta. Hasil penelitian menunjukan faktor yang paling mempengaruhi
kesukaan responden terhadap tempat tinggalnya adalah faktor kondisi tempat
32 tinggal, lingkungan sekitar dan keturunantanah warisan, sedangkan faktor yang
paling mempengaruhi tingkat ketidaksukaan responden adalah kondisi tempat tinggal dan lingkungan sekitar. Variabel yang nyata mempengaruhi peluang
responden menyukaitidak menyukai tempat tinggalnya adalah pendapatan, lama tinggal, jarak ke sumber bising. Variabel yang nyata mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap kebisingan kereta api adalah lama tinggal, jarak ke sumber bising.
33
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis
3.1.1 Eksternalitas
Menurut Fauzi 2006, eksternalitas didefinisikan sebagai dampak positif atau negatif, atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit, dari
tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Lebih spesifik lagi eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas
kegunaan dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak.
Eksternalitas merupakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak terbatas pada pengelolaan sumber daya alam seperti jalan yang macet,
asap rokok dari orang lain yang merokok dan asap pembakaran sampah. Friedman 1990, diacu dalam Fauzi 2006, menyatakan bahwa
eksternalitas dan barang publik adalah dua cara pandang yang berbeda dalam melihat masalah yang sama. Eksternalitas yang positif melahirkan barang publik,
sementara eksternalitas negatif menghasilkan barang p ublik “negatif”. Artinya,
jika eksternalitas negatif tidak di produksi, maka akan mengahsilkan barang publik. Kula 1992 diacu dalam Fauzi 2006 menyebut tipe eksternalitas ini
sebagai eksternalitas teknologi technological externalities karena adanya perubahan konsumsi atau produksi oleh satu pihak terhadap pihak lain yang lebih
bersifat teknis. Hartwick dan Olewiler 1998, diacu dalam Fauzi 2006 menggunakan terminologi lain untuk menggambarkan eksternalitas. Eksternalitas
private melibatkan hanya beberapa individu, bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak menimbulkan spill over limpahan kepada pihak lain sedangkan