Alternatif Kebijakan Lingkungan sekitar Kawasan Industri di

131 perbaikan kualitas lingkungan pemukiman sekitar kawasan industri sebagai bentuk dari partisipasi masyarakat. Penelitian ini akan dihitung nilai ekonomi berdasrkan WTP masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggal, yang direpresentasikan dengan kesediaan masyarakat membayar untuk peningkatan kualitas lingkungan tiap bulannya. Secara matematis ditulis: N E = WTP x ∑KK. Menurut laporan tahunan Kelurahan Utama tahun 2008, terlihat jumlah kepala keluarga sebesar 6997 KK, sedangkan WTP masyarakat adalah nilai WTP rataan yaitu sebesar Rp.9400,00. Dengan demikian nilai ekonomi lingkungan pemukiman sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama dengan mengalikan jumlah KK dengan rataan WTP, sehingga nilai ekonomi lingkungan sebesar Rp.65.771.800,00 per bulan. Nilai tersebut menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan akibat menurunnya kualitas lingkungan.

6.6 Alternatif Kebijakan Lingkungan sekitar Kawasan Industri di

Kelurahan Utama Di sekitar kawasan industri sering muncul masalah terkait dengan kualitas air, ketersediaan air, pencemaran udara, kebisingan, dan sebagainya. Namun, masalah utama yang timbul di daerah penelitian adalah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan sekitar pemukiman kawasan industri. Dari segi pengelolaan lingkungannya, belum adanya pengelolaan mengenai pencemaran udara dan kebisingan, tapi pengelolaan yang berhubungan dengan air selama ini telah dijalankan untuk menanggulangi masalah air. Masalah lingkungan tersebut menyebabkan 64 persen dari keseluruhan responden tidak menyukai tempat tinggalnya dan 79 persen dari keseluruhan responden menyatakan bahwa lingkungan dalam kondisi yang buruk. 132 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilih tempat tinggal yang layak dan nyaman menyebabkan banyaknya terdapat pemukiman sekitar kawasan industri. Rendahnya kesadaran masyarakat tersebut disebabkan oleh faktor kemiskinan, tingginya kepadatan penduduk dan rendahnya pengetahuan masyarakat. Untuk menanggulangi masalah lingkungan tersebut, umumnya masyarakat berpendapat bahwa pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab 33 persen dari keseluruhan responden dan 21 persen dari keseluruhan responden beranggapan bahwa penurunan kualitas lingkungan merupakan tanggung jawab pihak swasta. Sehingga, masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah disarankan berkejasama dalam penanggulangan masalah lingkungan. Pemerintah harus lebih tegas terhadap penetapan aturan AMDAL khususnya bagi kawasan industri, sehingga penyimpangan-penyimpangan aktivitas industri dapat ditangani. Lemahnya pengawasan pemerintah sering menjadi faktor utama di dalam terjadinya pencemaran-pencemaran yang terjadi. Pola aturan dan pengawasan command and control dalam manajemen lingkungan di Indonesia memang lemah dalam tiga hal. Pertama dalam mendeteksi adanya pelanggaran, kedua dalam memberikan respon yang cepat dan pasti atas pelanggaran dimaksud, dan ketiga dalam memberikan sanksi yang memadai agar tidak terulang lagi. Kawasan industri telah ada sejak lama di Kelurahan Utama, namun pemerintah belum tegas terhadap kebijakan tentang perlindungan lingkungan. Selain itu, di pihak swasta seharusnya menegakkan konsep industri yang ramah lingkungan. Alternatif kebijakan untuk menanggulangi polusi udara dan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak pemerintah, antara lain: 133 1. Regulasi. Regulasi biasanya identik dengan system command and control dimana sebuah perekonomian diwajibkan untuk melakukan pencegahan terhadap polusi terhadap lingkungan, dan menegakkan pajak apabila melebihi batas ketentuan. Namun akan susah diterapkan karena memerlukan banyak pengawasan. Selain itu kebijakan ini menyamaratakan semua perusahaan, padahal tidak semua perusahaan mempunyai biaya yang sama dalam mengurangi polusi 2. Kuota. Seringkali terdengar saran bahwa pengurangan polusi seharusnya dicapai dengan cara tradeable emissions permit, dengan cara ini pengurangan polusi dapat dicapai dengan biaya termurah. Dalam teorinya, apabila kuota semacam ini diberlakukan, maka perusahaan akan mengurangi jumlah polusinya apabila cara ini disnggap lebih murah daripada perusahaan harus membayar perusahaan lainnya untuk mengurangi polusi. Cara ini termasuk yang sukses diterapkan di Amerika. 3. Pajak dan tarif dalam polusi. Meningkatkan biaya berpolusi akan mengurangi keinginan untuk berpolusi, dan akan memberikan disinsentif yang berkelanjutan bahkan saat polusinya sudah menurun. 4. Property right. Coase Theorem menyatakan bahwa penerapan property rights akan mengarahkan pada solusi optimal, tanpa memperhatikan siapa yang menerimanya, jika tansaction cost kecil dan jumlah yang bernegosiasi terbatas. Misalnya, jika ada masyarakat yang tinggal di dekat pabrik berhak untuk mendapatkan udara bersih, atau pabrik berhak untuk melakukan polusi, maka baik pabrik yang membayar kepada masyarakat yang terkena dampak polusi atau masyarakat yang membayar pabrik agar tidak berpolusi. 134 Di sisi lain, untuk meminimalisir kebisingan yang terjadi dan semakin padatnya pemukiman sekitar kawasan industri adalah dengan antisipasi atau reduksi kebisingan. Antisipasi atau reduksi kebisingan dapat dilakukan dengan penanaman pagar tanaman atau memperluas tembok pembatas. Penanaman pagar tanaman ini seperti tanaman bamboo pagar Bambusa glaucescens atau pohon cemara kipas Thuja orientalis yang dapat ditanam sekitar kawasan industri. Bambu pagar dapat mereduksi kebisingan sebesar 31,1 dba sedangkan pohon cemara kipas dapat mereduksi kebisingan sebesar 24 dba. Mobil pengangkut yang keluar masuk industri juga mengakibatkan kebisingan dan keramaian yang disertai dengan rusaknya jalan umum. Alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membangun jalur khusus untuk mobil pengangkut atau pihak swasta yang bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat dan memperbaiki kondisi jalan yang rusak. Keramaian juga terjadi karena banyaknya karyawan dan pedagang di kawasan tersebut dan dapat diatasi dengan pelebaran pagar pembatas antara kawasan industri dan pemukiman serta tersedianya tempat untuk berdagang dan angkutan umum untuk karyawan, sehingga tidak mengganggu masyarakat pemukiman. Keterbatasan dana dari pemerintah maupun pihak swasta dalam mengatasi masalah lingkungan yang terjadi, maka kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dapat menjadi alternatif dana untuk perbaikan lingkungan. Hasil dari penelitian ini, terlihat bahwa masyarakat sangat peduli terhadap lingkungan, terbukti dari nilai ekonomi lingkungan WTP masyarakat sebesar Rp.65.771.800,00 per bulan. Dana tersebut yang dikalkulasikan dengan dana dari pemerintah dan pihak swasta, maka masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta 135 memiliki kewajiban dan bekerjasama dalam peningkatan kualitas lingkungan, misalnya dengan perbaikan jalan, pengawasan terhadap aktivitas industri, pembuatan taman atau kebun atau hutan buatan untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan yang terjadi, dan pembuatan saluran air agar masyarakat lebih mudah dalam memperoleh air. 136

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Medan (Kim) Belawan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kim Belawan

31 145 75

Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Mata Air Aek Arnga di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal

12 92 53

Resolusi Konflik Lingkungan PT Kawasan Industri Medan (PT KIM) dengan Masyarakat Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan

0 36 107

Pengaruh kesadaran, persepsi dan preferensi konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal: studi kasus kawasan industri di Jakarta Utara

1 6 167

Kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan industri Jababeka (Studi kasus Desa Pasir Gombang, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

0 13 150

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

5 36 94

LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG.

0 1 35

Estimating willingness to pay by risk ad

0 0 11

Budaya masyarakat di lingkungan kawasan industri: kasus industri rotan di Desa Tegalwangi Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

0 5 105