40
VI ANALISIS EKSTERNALITAS NEGATIF AKIBAT AKTIVITAS PABRIK
6.1 Analisis Eksternalitas Negatif Akibat Aktivitas Pabrik Gula
Permasalahan lingkungan memang bukan suatu hal yang baru, melainkan telah ada sejak zaman terbentuknya bumi. Banyak yang beranggapan
bahwasannya permasalahan lingkungan muncul akibat adanya kemajuan teknologi, namun tak semua anggapan itu benar. Hal ini karena kemajuan
teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi dalam suatu negara akan memengaruhi
kemajuan di berbagai sektor yang menerapkan teknologi, salah satunya sektor industri, dimana penggunaan teknologi dalam sektor ini mempunyai andil yang
cukup besar. Pengendalian lingkungan akibat limbah industri merupakan salah satu masalah yang perlu diatasi bagi setiap negara khususnya negara berkembang
yang masuk ke era industrialisasi. Kegiatan manusia berupa produksi, konsumsi, dan distribusi dalam
prosesnya selalu meninggalkan hasil akhir atau buangan apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal serta dapat berakibat buruk terhadap kualitas
lingkungan. Salah satu aktivitas manusia yang memberikan dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan adalah aktivitas manusia dalam sektor industri.
Sektor industri memang mempunyai konstribusi besar dari segi perekonomian, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sektor industri dapat menimbulkan
eksternalitas negatif berupa pencemaran baik pencemaran udara, padat, dan cair. Aktivitas pada sektor industri tercermin melalui berbagai aktivitas, salah
satunya adalah kegiatan memproduksi gula putih yang dilakukan oleh salah satu pabrik yang berada di Desa Cepiring. Kegiatan tersebut mempunyai dua dampak
bagi masyarakat yaitu berupa manfaat dan kerugian. Manfaat yang diperoleh berupa terbukanya lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan
meningkatkan infrastruktur. Namun manfaat keberadaan pabrik kurang dirasakan oleh masyarakat Desa Cepiring, terutama warga RW 04. Berdasarkan hasil survei,
hanya tujuh responden dari 70 responden bekerja sebagai tenaga kerja pada pabrik
41 tersebut. Hal tersebut tidak sebanding dengan pencemaran yang dikeluarkan oleh
pihak pabrik baik berupa pencemaran udara maupun air. Penurunan kualitas lingkungan akibat kegiatan produksi gula cukup
dirasakan oleh sebagian besar warga tersebut. Hasil penelitian terhadap 70 responden di Desa Cepiring menunjukkan bahwa seluruh responden merasakan
adanya perubahan lingkungan akibat aktivitas produksi gula. Sebesar 64,28 persen responden menyatakan bahwa pencemaran air tanah merupakan eksternalitas yang
paling dirasakan bahkan dinilai sangat merugikan. Menurut hasil survei sebagian key person dan beberapa warga bahwa pencemaran air terjadi akibat IPAL pabrik
belum berjalan baik sehingga sering mengalami kebocoran, terlebih pembuangan limbah cair dibuang ke saluran air warga sehingga sebagian warga yang tempat
tinggalnya berada di sekitar saluran air sangat merasakan dampaknya. Seluruh responden yang mengeluhkan adanya penurunan kualitas air tanah dapat dilihat
dari kualitas air tanah yang mereka manfaatkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei, seluruh responden tersebut menyatakan bahwa sebelum pabrik tersebut
berproduksi kembali, kondisi air tanah mereka baik untuk keperluan sehari-hari seperti keperluan air minum, mandi, dan kakus. Limbah cair tersebut dapat
dirasakan oleh responden saat pabrik melakukan aktivitasnya dalam meproduksi gula. Saat pabrik mengalami fase shutting down dimana pabrik tersebut
melakukan proses pembersihan dan perawatan mesin-mesin pabrik dengan kata lain pabrik tersebut tidak melakukan aktivitas produksi, kondisi saluran air warga
yang menjadi saluran pembuangan pabrik tidak begitu tercemar. Tidak hanya pencemaran air yang dirasakan oleh responden, sebesar 32,86
persen responden mengaku bahwa mereka merasakan perubahan kualitas udara dibandingkan perubahan yang lain. Kualitas udara yang dirasakan oleh responden
dinilai berdasarkan partikel debu, suhu, dan kenyamanan saat bernafas. Sebagian besar warga mengakui bahwa pencemaran udara tersebut tergantung arah angin.
Partikel-partikel debu dihasilkan dari gas buang boiler, kendaraan angkutan yang membawa bahan bakar berupa grajen serpihan kayu dan batu bara, serta dari
kegiatan proses.