Pencemaran Air Estimasi Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran di Sekitar Kawasan Pabrik Gula Cepiring, Kendal

11 pencemaran air dikelompokkan menjadi bahan buangan padat, bahan buangan organik, bahan buangan anorganik, bahan buangan olahan bahan makanan, bahan buangan cairan berminyak, bahan buangan zat kimia, dan bahan buangan berupa panas. Pengelompokan komponen pencemar air dapat memudahkan dalam melakukan pengelolaan limbah. Sedangkan indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui beberapa hal meliputi: 1 adanya perubahan suhu air; 2 adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen; 3 adanya perubahan warna, bau, dan rasa air; 4 timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut; 5 meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Apabila dilihat dari segi pengamatannya, pengamatan indikator dan komponen pancemaran air lingkungan dapat dibagi menjadi: 1. Pengamatan fisik; pengamatan yang dilakukan secara visual berdasarkan tingkat kejernihan air kekeruhan, perubahan suhu air, perubaha rasa dan bau, serta warna air. 2. Pengamatan kimia; pengamatan yang dilakukan berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH 3. Pengamatan biologi; pengamatan yang dilakukan berdasarkan kandungan mikroorganisme yang ada di dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

2.3 Limbah Cair Industri Gula

Air limbah industri gula mengandung cemaran negatif yang berasal dari bahan bakunya, dicirikan kandungan BOD tinggi, sehingga pengolahan biologi menjadi salah satu menjadi pilihan yang digunakan. Menurut Metcalf dan Eddy 1991 pengelolaan secara biologi untuk air limbah memiliki tujuan menghilangkan atau mengurangi kadar pencemar negatif. Selain itu untuk proses nitrifikasi, denitrifikasi, penghilangan senyawa phosphor, dan untuk stabilisasi air limbah. Pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas dapat dilakukan dengan cara menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu 12 udara emisi, dan sebagainya. Kristanto 2004 memaparkan bahwa baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang masih diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter- parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2.4 Baku Mutu Air Limbah Industri Gula

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep51MENLH101995, parameter utama yang digunakan dalam menilai kualitas air limbah industri gula adalah BOD 5, COD, TSS, pH, dan parameter pendukungnya adalah suhu, minyak dan lemak, serta total padatan. Berikut uraian untuk masing-masing parameter. 1. BOD 5 Biochemical Oxygen Demand Air lingkungan umumnya mengandung berbagai macam mikroorganisme yang dapat memecah bahan buangan organik, jumlahnya tergantung dengan tingkat kebersihan air. Air yang bersih mengandung lebih sedikit mikroorganisme dibanding dengan air yang kotor. Air lingkungan yang tercemar bahan buangan yang bersifat racun atau antiseptik, jumlah mikroorganismenya juga relatif lebih sedikit, maka dari itu perlu adanya penambahan mikroorganisme yang telah menyesuaikan dengan bahan buangan tersebut Wardhana, 2004. Menurutnya Biochemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis merupakan sejumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme di dalam air untuk memecah buangan-buangan yang mengandung bahan organik. Dengan diketahuinya nilai BOD 5 akan terlihat air limbah tersebut mudah terdegradasi secara biologis atau tidak.

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN COMPANY PROFILE DAN MEDIA PROMOSI PARIWISATA PABRIK GULA CEPIRING KABUPATEN KENDAL

3 59 338

SEJARAH PERKEMBANGAN PABRIK GULA CEPIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KENDAL TAHUN 1975 1997

8 137 96

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara

1 10 12

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Analisis Faktor-Faktor Produksi Gula di Pabrik Gula Industri Gula Nusantara, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

7 49 100

. Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Dan Willingness To Accept Masyarakat Akibat Pencemaran Limbah Cair Sarung Tenun, Desa Wanarejan Utara, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang

0 2 100

Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

0 8 111

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

5 36 94

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Di Sekitar Kawasan Industri Baja (Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon).

0 6 101

(ABSTRAK) SEJARAH PERKEMBANGAN PABRIK GULA CEPIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KENDAL TAHUN 1975-1997.

0 0 1