49 ditimbulkan aktivitas pabrik gula. Sebanyak 21 responden 30 mengaku pernah
mengalami keluhan kesehatan akibat pencemaran. Sebanyak 15 respoden 21 mengaku mengalami iritasi mata akibat pencemaran udara, sebanyak 3 responden
4 mengaku mengalami gangguan pernapasan, dan sebanyak 3 responden 4 mengaku mengalami gatal kulit akibat pencemaran air. Berikut tabel perhitungan
biaya kesehatan yang dikeluarkan responden. Tabel 14 Biaya kesehatan responden
Gangguan Jumlah
respon- den
Biaya pengobatan Rp Min
Max Total
biayabulan Rata-rata
kerugianKKbulan Iritasi mata
15 10.000
20.000 178.500
11.900 Pernapasan
3 20.000
120.000 240.000
80.000 Kulit
3 10.000
200.000 255.000
85.000 Sumber: Data primer diolah 2013
Total biaya pengobatan yang dikeluarkan responden berbeda-beda sesuai gangguan yang dialaminya. Rata-rata kerugian tiap KK akibat iritasi mata sebesar
Rp 11.900 per bulan, sedangkan rata-rata kerugian tiap KK akibat penurunan kualitas pernapasan sebesar Rp 80.000 per bulan dan rata-rata kerugian tiap KK
akibat penyakit kulit sebesar Rp 85.000 per bulan. Total rata-rata kerugian tiap KK akibat biaya berobat sebesar Rp 32.071bulan diperoleh dari total biaya
berobat dibagi dengan 21 responden. Rata-rata kerugian masyarakat rumah tangga tiap bulan diestimasi melalui
perhitungan matematis yang melibatkan komponen biaya pengganti air bersih dan biaya berobat. Melalui perhitungan matematis dengan menjumlahkan rata-rata
biaya pengganti dan biaya berobat dapat dilihat pada Persamaan 3 diperoleh rata-rata kerugian masyarakat rumah tangga tiap KK akibat pencemaran sebesar
Rp 64.721bulan.
50
7.2 Biaya Eksternal di Sektor Pertanian
Selain masyarakat rumah tangga yang menanggung kerugian akibat pencemaran, salah satu sektor yang terkena dampak akibat pencemaran air dari
aktivitas pabrik gula yaitu di sektor pertanian. Berdasarkan survei, saluran air yang seyogyanya digunakan untuk mengairi sawah, namun justru dijadikan
sebagai saluran pembuangan limbah cair dari aktivitas pabrik gula. Keadaan tersebut membuat para petani padi ikut merasakan dampak. Kerugian tersebut
diestimasi melalui dua aspek, yaitu change of productivity dan biaya perbaikan kualitas lahan.
7.2.1 Perubahan Produksi
Dampak lain yang ditimbulkan akibat pencemaran air dari aktivitas pabrik gula secara langsung adalah penurunan produktivitas pertanian komoditi padi.
Biaya eksternal yang ditanggung merupakan biaya perubahan produktivitas akibat penurunan produksi yang dialami petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan
ketua gapoktan Desa Cepiring, gagal panen terjadi satu musim pada akhir tahun 2012, diduga hal itu disebabkan pembuangan limbah cair aktivitas pabrik yang
mengandung batu-bara dan lumpur yang masih panas yang dibuang ke saluran irigasi. Luas lahan pertanian yang mengalami penurunan hasil panen akibat
limbah cair sebesar 13 ha. Sebelum terkena dampak limbah cair pada akhir bulan Oktober 2012, 1 ha lahan menghasilkan rata-rata 8 ton gabah basah, dengan
penjualan 1 kwintal sebesar Rp 400.000 . Setelah terkena dampak limbah cair, 1 ha lahan hanya menghasilkan 3 ton gabah basah, dengan penjualan 1 kwintal
sebesar Rp 270.000 hal ini karena kualitas gabah basah buruk sehingga harga turun, akibatnya terjadi penurunan produksi pertanian sebesar 25,31 .
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diestimasi penerimaan total sebelum lahan pertanian padi tercemar oleh limbah cair pabrik sebesar Rp
416.000.000 , sedangkan penerimaan total setelah terjadi penurunan produksi sebesar 25,31 persen yaitu sebesar Rp 105.300.000. Selisih penerimaan sebelum
dan sesudah lahan pertanian tercemar limbah cair sebesar Rp 310.700.000 Tabel 15.
51 Tabel 15 Perubahan penerimaan petani akibat penurunan produksi tahun 2012
Luas lahan ha
Penerimaan Rp
Selisih penerimaan
Rp
Sebelum pencemaran
Setelah pencemaran
13 416.000.000
105.300.000 310.700.000
Sumber : Data primer diolah 2012
Keterangan : Rptahun 2012
Berdasarkan Tabel 15 dapat terlihat bahwa kehilangan pendapatan petani loss of earnings akibat penurunan produktivitas adalah sebesar Rp 310.700.000
per tahun. Biaya tersebut seharusnya menjadi biaya eksternal bagi pihak pabrik gula yang ditanggung oleh petani.
7.2.2 Biaya Perbaikan Kualitas Lahan
Luas lahan pertanian yang rusak di Desa Cepiring karena limbah cair akibat akitivitas pabrik gula sebesar 4 ha. Dalam mengatasi kerusakan tersebut, petani
Desa Cepiring melakukan perbaikan kualitas tanah, agar kondisi lahan pertanian ke kondisi semula. Perbaikan kualitas tanah tersebut membutuhkan perlakuan
berupa pemberian pupuk berupa pupuk urea, NPK, dan SP 36. Dosis pemakaian pupuk tersebut sebesar 500 kg untuk 1 ha lahan Tabel 16.
4
Tabel 16 Biaya perbaikan kesuburan lahan pertanian Desa Cepiring
Jenis pupuk Kebutuhan
pupuk kgha Harga pupuk
per kg Rpha Biaya
perbaikan Rpha
Total biaya perbaikan
kesuburan lahan 4 ha
Rp Urea
250 kg 1.800
450.000 4.020.000
NPK 150 kg
2.300 345.000
SP 36 100 kg
2.100 210.000
Total 500 kg
1.005.000
Sumber : Data primer diolah 2012
Keterangan : Rptahun 2012
4
Berdasarkan wawancara Ketua Gapoktan dan PPL Desa Cepiring. Tanggal 27 Maret 2013.