Baku Mutu Air Limbah Industri Gula
13 2. COD Chemical Oxygen Demand
COD atau kebutuhan oksigen kimia merupakan sejumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik tersebut secara kimia
Kristanto, 2004. Oleh karenanya COD dapat juga dipakai sebagai ukuran derajat pencemaran yang ditimbulkan oleh senyawa-senyawa yang sukar diuraikan. Bila
dibandingkan dengan nilai BOD, nilai COD akan selalu lebih besar daripada nilai BOD karena kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada
secara biologi artinya reaksi uji BOD memakan waktu yang sangat lambat karena tergantung dari kinerja bakteri sedangkan COD tidak tergantung pada kinerja
bakteri. 3. TSS Total Suspended Solid
Menurut Fardiaz 1992 dalam Handayani 2012, air limbah industri gula biasanya mengandung berbagai jenis gula terlarut. Apabila masuk ke dalam
perairan cenderung tidak beracun. Namun bila jumlahnya berlebih, akan meningkatkan kekeruhan yang akan menghalangi penetrasi cahaya matahari ke
dalam kolom air, hal itu akan menghambat proses fotosintesis yang dilakukan fitoplankton. Kandungan TSS dalam air limbah industri gula disebabkan oleh
banyaknya komponen kimiawi yang ikut berperan dalam proses produksi maupun proses pengolahan air limbah.
4. pH Nilai pH digunakan untuk menunjukkan konsentrasi ion hidrogen di dalam
air buangan. Skala nilai pH berkisar antara 1 sampai 14, semakin kecil nilai pH berarti semakin air tersebut bersifat asam dan semakin tinggi nilai pH akan
mengarah pada kondisi basa Kristanto, 2004. Menurut Wardhana 2004 air limbah beserta bahan buangan akan mengubah pH air, selanjutnya akan
mengganggu kehidupan biota air. Nilai pH limbah dapat memengaruhi laju reaksi biologis dan kelangsungan hidup berbagai organisme.
5. Suhu Suhu merupakan parameter penting untuk kehidupan organisme yang hidup
di air, karena suhu akan memengaruhi reaksi kimia sehingga menentukan kegunaan atau fungsi dari air tersebut. Menurut Fardiaz 1992 dalam Handayani
2012 mengatakan bahwa kenaikan suhu akan mengakibatkan kandungan
14 oksigen terlarut dalam air berkurang, kecepatan reaksi kimia meningkat,
kehidupan ikan dan hewan lain terganggu. Suhu memerankan peranan penting dalam memengaruhi kelimpahan
fitoplankton dalam air. Air limbah industri gula biasanya memiliki suhu yang lebih tinggi terutama air limbah kondensor dan mempunyai pengaruh yang
buruk bagi organisme air. Menurut penelitian mereka suhu air limbah industri gula antara 31 hingga 41
o
C tergantung musim dan waktu pengambilan sampel. 6. Minyak dan Lemak
Kandungan minyak dan lemak biasanya terdapat pada limbah cair. Menurut Kristanto 2004 minyak dan lemak merupakan kelompok pencemar padatan yang
mengapung di atas permukaan air. Umumnya mereka berasal dari ceceran oli serta minyak pelumas mesin. Sumber utama pencemar minyak dari industri gula adalah
minyak tanah dan minyak pelumas dari mesin-mesin yang digunakan, senyawa tersebut mengandung unsur utama karbon dan hidrogen.
7. Sulfida dan Sulfat Sulfida merupakan senyawa yang berbau dan bersifat racun. Dalam limbah
cair industri, sulfida dapat berbentuk dari bahan baku dan bahan penolong proses yang mengandung unsur sulfur. Sulfida merupakan indikator terjadi peruraian
protein akibat pembusukan bahan organik yang mengandung belerang dan atau sebagai hasil reduksi sulfat pada kondisi anaerob oleh mikroorganisme. Menurut
Achmad 2004 dalam Handayani 2012 sebagian besar ion sulfat dalam air adalah ion SO
4 2-
. Dalam kondisi anaerob, ion SO
4 2-
sulfat dapat menjadi sulfidan H
2
S, HS
-
atau garam sulfida yang tidak larut. Gas H
2
S yang dihasilkan dari reduksi sulfat dapat meni
mbulkan bau khas “telur busuk”. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:
Kep51MENLH101995 tentang baku mutu limbah cair BMLC untuk industri gula, parameternya dilihat dari kandungan Chemical Oxygen Demand COD,
Biological Oxygen Demand BOD, minyak dan lemak, Total Suspended Sediment TSS, serta pH. BMLC industri gula yang berlaku di Indonesia dan
Jawa Tengah tertera pada peraturan-peraturan di antaranya Keputusan Menteri Nomor 51 tahun 1995, Perda Jateng Nomor 10 tahun 2004, Permen LH Nomor 5
15 tahun 2010, dan Perda Jateng Nomor 5 tahun 2012. Berikut baku mutu air limbah
industri gula Peraturan Daerah Jawa Tengah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Baku mutu air limbah industri gula Perda Jateng Nomor 5 Tahun 2012
Parameter Kadar maksimum mgl
Beban pencemaran maksimum gton
BOD
5
60 30
COD 100
50 TSS
50 25
Sulfida sebagai H
2
S 0,5
0,25 Minyak dan lemak
5 2,5
Ph 6,0-9,0
Kuantitas limbah maksimum
0,5 m
3
per ton tebu diolah
Sumber: BLH Kabupaten Kendal 2013 Kapasitas lebih dari 10.000 ton tebu yang diolah per hari
Ton tebu yang diolah per hari: Ton Cane per Day TCD, Air limbah industri gula adalah penggabungan dari air limbah proses, air limbah kondensor, dan
air limbah abu boiler.