Limbah Cair Industri Gula

12 udara emisi, dan sebagainya. Kristanto 2004 memaparkan bahwa baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang masih diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter- parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2.4 Baku Mutu Air Limbah Industri Gula

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep51MENLH101995, parameter utama yang digunakan dalam menilai kualitas air limbah industri gula adalah BOD 5, COD, TSS, pH, dan parameter pendukungnya adalah suhu, minyak dan lemak, serta total padatan. Berikut uraian untuk masing-masing parameter. 1. BOD 5 Biochemical Oxygen Demand Air lingkungan umumnya mengandung berbagai macam mikroorganisme yang dapat memecah bahan buangan organik, jumlahnya tergantung dengan tingkat kebersihan air. Air yang bersih mengandung lebih sedikit mikroorganisme dibanding dengan air yang kotor. Air lingkungan yang tercemar bahan buangan yang bersifat racun atau antiseptik, jumlah mikroorganismenya juga relatif lebih sedikit, maka dari itu perlu adanya penambahan mikroorganisme yang telah menyesuaikan dengan bahan buangan tersebut Wardhana, 2004. Menurutnya Biochemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis merupakan sejumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme di dalam air untuk memecah buangan-buangan yang mengandung bahan organik. Dengan diketahuinya nilai BOD 5 akan terlihat air limbah tersebut mudah terdegradasi secara biologis atau tidak. 13 2. COD Chemical Oxygen Demand COD atau kebutuhan oksigen kimia merupakan sejumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik tersebut secara kimia Kristanto, 2004. Oleh karenanya COD dapat juga dipakai sebagai ukuran derajat pencemaran yang ditimbulkan oleh senyawa-senyawa yang sukar diuraikan. Bila dibandingkan dengan nilai BOD, nilai COD akan selalu lebih besar daripada nilai BOD karena kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi artinya reaksi uji BOD memakan waktu yang sangat lambat karena tergantung dari kinerja bakteri sedangkan COD tidak tergantung pada kinerja bakteri. 3. TSS Total Suspended Solid Menurut Fardiaz 1992 dalam Handayani 2012, air limbah industri gula biasanya mengandung berbagai jenis gula terlarut. Apabila masuk ke dalam perairan cenderung tidak beracun. Namun bila jumlahnya berlebih, akan meningkatkan kekeruhan yang akan menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom air, hal itu akan menghambat proses fotosintesis yang dilakukan fitoplankton. Kandungan TSS dalam air limbah industri gula disebabkan oleh banyaknya komponen kimiawi yang ikut berperan dalam proses produksi maupun proses pengolahan air limbah. 4. pH Nilai pH digunakan untuk menunjukkan konsentrasi ion hidrogen di dalam air buangan. Skala nilai pH berkisar antara 1 sampai 14, semakin kecil nilai pH berarti semakin air tersebut bersifat asam dan semakin tinggi nilai pH akan mengarah pada kondisi basa Kristanto, 2004. Menurut Wardhana 2004 air limbah beserta bahan buangan akan mengubah pH air, selanjutnya akan mengganggu kehidupan biota air. Nilai pH limbah dapat memengaruhi laju reaksi biologis dan kelangsungan hidup berbagai organisme. 5. Suhu Suhu merupakan parameter penting untuk kehidupan organisme yang hidup di air, karena suhu akan memengaruhi reaksi kimia sehingga menentukan kegunaan atau fungsi dari air tersebut. Menurut Fardiaz 1992 dalam Handayani 2012 mengatakan bahwa kenaikan suhu akan mengakibatkan kandungan

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN COMPANY PROFILE DAN MEDIA PROMOSI PARIWISATA PABRIK GULA CEPIRING KABUPATEN KENDAL

3 59 338

SEJARAH PERKEMBANGAN PABRIK GULA CEPIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KENDAL TAHUN 1975 1997

8 137 96

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara

1 10 12

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Analisis Faktor-Faktor Produksi Gula di Pabrik Gula Industri Gula Nusantara, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

7 49 100

. Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Dan Willingness To Accept Masyarakat Akibat Pencemaran Limbah Cair Sarung Tenun, Desa Wanarejan Utara, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang

0 2 100

Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

0 8 111

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

5 36 94

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Di Sekitar Kawasan Industri Baja (Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon).

0 6 101

(ABSTRAK) SEJARAH PERKEMBANGAN PABRIK GULA CEPIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KENDAL TAHUN 1975-1997.

0 0 1