Analisis Eksternalitas Negatif Akibat Aktivitas Pabrik Gula
41 tersebut. Hal tersebut tidak sebanding dengan pencemaran yang dikeluarkan oleh
pihak pabrik baik berupa pencemaran udara maupun air. Penurunan kualitas lingkungan akibat kegiatan produksi gula cukup
dirasakan oleh sebagian besar warga tersebut. Hasil penelitian terhadap 70 responden di Desa Cepiring menunjukkan bahwa seluruh responden merasakan
adanya perubahan lingkungan akibat aktivitas produksi gula. Sebesar 64,28 persen responden menyatakan bahwa pencemaran air tanah merupakan eksternalitas yang
paling dirasakan bahkan dinilai sangat merugikan. Menurut hasil survei sebagian key person dan beberapa warga bahwa pencemaran air terjadi akibat IPAL pabrik
belum berjalan baik sehingga sering mengalami kebocoran, terlebih pembuangan limbah cair dibuang ke saluran air warga sehingga sebagian warga yang tempat
tinggalnya berada di sekitar saluran air sangat merasakan dampaknya. Seluruh responden yang mengeluhkan adanya penurunan kualitas air tanah dapat dilihat
dari kualitas air tanah yang mereka manfaatkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei, seluruh responden tersebut menyatakan bahwa sebelum pabrik tersebut
berproduksi kembali, kondisi air tanah mereka baik untuk keperluan sehari-hari seperti keperluan air minum, mandi, dan kakus. Limbah cair tersebut dapat
dirasakan oleh responden saat pabrik melakukan aktivitasnya dalam meproduksi gula. Saat pabrik mengalami fase shutting down dimana pabrik tersebut
melakukan proses pembersihan dan perawatan mesin-mesin pabrik dengan kata lain pabrik tersebut tidak melakukan aktivitas produksi, kondisi saluran air warga
yang menjadi saluran pembuangan pabrik tidak begitu tercemar. Tidak hanya pencemaran air yang dirasakan oleh responden, sebesar 32,86
persen responden mengaku bahwa mereka merasakan perubahan kualitas udara dibandingkan perubahan yang lain. Kualitas udara yang dirasakan oleh responden
dinilai berdasarkan partikel debu, suhu, dan kenyamanan saat bernafas. Sebagian besar warga mengakui bahwa pencemaran udara tersebut tergantung arah angin.
Partikel-partikel debu dihasilkan dari gas buang boiler, kendaraan angkutan yang membawa bahan bakar berupa grajen serpihan kayu dan batu bara, serta dari
kegiatan proses.
42 Selain itu pencemaran air juga berakibat terhadap penurunan jumlah
produksi padi. Sebanyak 2,86 persen merasakan dampak tersebut akibat limbah cair yang menyebabkan gagal panen Tabel 7.
Tabel 7 Eksternalitas negatif yang dirasakan responden akibat aktivitas pabrik gula di Desa Cepiring
No Perubahan paling dirasakan
Jumlah orang
Persentase 1
Perubahan kualitas air tanah 45
64,28 2
Pencemaran udara 23
32,86 3
Penurunan jumlah produksi padi 2
2,86 Total
70 100
Sumber : Data primer diolah 2013
Pencemaran udara yang dirasakan responden memberikan pengaruh terhadap kesehatan sebagian responden. Sebanyak 45,72 persen responden
menyatakan bahwa kualitas udara yang mereka rasakan kurang baik berdebu, tidak panas, dan terkadang menyesakkan saat bernafas. Hal tersebut disebabkan
oleh aktivitas pabrik gula saat membuang limbah gas ke udara dimana kondisi cerobong tidak begitu tinggi dan arah angin selalu menuju ke arah timur dan utara
yang notabene menuju ke arah rumah warga di RW 04. Apabila musim kemarau dan saat pabrik berproduksi, responden mengeluhkan banyaknya debu-debu
mengotori lantai, jemuran, dan genting rumah mereka yang mereka yakini berasal dari aktivitas pabrik. Selain itu keberadaan ampas tebu, grajen, dan batu bara yang
berterbangan terbawa angin juga merupakan sumber pencemaran udara sehingga menyebabkan turunnya kualitas udara di sekitar tempat tinggal mereka. Sebanyak
37,14 persen menyatakan bahwa kualitas udara yang mereka rasakan berdebu, tidak panas, dan segar saat bernafas atau dinilai cukup baik. Sebesar 17,14 persen
responden menilai kualitas udara baik yaitu tidak merasakan debu dan tidak merasakan sesak saat bernapas, hanya saja terjadi perubahan suhu yang semakin
panas. Berikut persentase kualitas udara yang dirasakan responden disajikan pada Tabel 8.
43 Tabel 8 Kualitas udara yang dirasakan responden akibat aktivitas pabrik gula di
Desa Cepiring
No Kualitas udara
Keterangan Jumlah
orang Persentase
1 Sangat baik
Tidak berdebu, tidak panas, dan segar saat bernapas
2 Baik
Tidak berdebu, panas, dan segar saat bernapas
12 17,14
3 Cukup baik
Berdebu, tidak panas, dan segar saat bernapas
26 37,14
4 Kurang baik
Berdebu, tidak panas, menyesakkan saat bernapas
32 45,72
5 Tidak baik
Berdebu, panas, menyesakkan saat bernafas
Total 70
100
Sumber: Data primer diolah 2013
Eksternalitas berupa kebisingan tidak begitu dirasakan oleh sebagian responden terhadap kehidupan sebagian responden. Hal ini ditunjukkan oleh
sebesar 54,29 persen responden merasakan sedikit bising dan sebesar 44,28 persen responden tidak merasakan kebisingan Tabel 9. Berdasarkan hasil pengamatan,
pihak pabrik telah melakukan langkah pencegahan berupa penanaman pohon sebagai buffer zone di lahan pabrik tersebut supaya dapat mencegah dan menahan
keluarnya suara dari pabrik ke pemukiman warga. Tabel 9 Dampak kebisingan yang dirasakan responden akibat aktivitas pabrik
gula di Desa Cepiring
No Tingkat
kebisingan Keterangan
Jumlah orang
Persentase 1
Tidak bising Tidak mengganggu
pendengaran, aktivitas, dan jam istirahat
31 44,28
2 Sedikit bising
Tidak mengganggu pendengaran dan jam istirahat
38 54,29
3 Cukup bising
Mengganggu aktivitas dan jam istirahat
1 1,43
Total 70
100
Sumber: Data primer diolah 2013
Kualitas air tanah menjadi masalah utama yang banyak dikeluhkan sebagian besar responden. Sebanyak 65,71 persen responden mengeluhkan terjadi
penurunan kualitas air tanah yang ditunjukkan dengan perubahan warna keruhjernih, bau, rasa, dan kegunaan untuk konsumsi minum pada air tanah
44 yang mereka manfaatkan. Sebanyak 52,17 menyatakan bahwa air tanah yang
mereka manfaatkan cukup tercemar dengan indikator air kotor, tidak berbau dan tidak memiliki rasa Tabel 10.
Tabel 10 Kualitas air tanah yang dirasakan responden akibat aktivitas pabrik
gula di Desa Cepiring
No Kualitas air
tanah Keterangan
Jumlah orang
Persentase 1
Tidak tercemar Air jernih, tidak berbau, tidak memiliki rasa, dan masih bisa
diminum 2
Sedikit tercemar
Air jernih, tidak berbau, tidak memiliki rasa namun tidak
dapat diminum 6
13,04 3
Cukup tercemar
Air kotor
keruh, tidak
berbau, tidak memiliki rasa 24
52,17 4
Tercemar Air
kotor keruh,
tidak berbau, memiliki rasa
14 30,44
5 Sangat
tercemar Air kotor keruh, berbau, dan
memiliki rasa 2
4,35 Total
46 100
Sumber: Data primer diolah 2013
Akibat adanya penurunan kualitas air tanah yang mereka manfaatkan, sebanyak 46 responden memutuskan untuk mengganti air bersih dengan membeli
air bersih dengan memasang instalasi PDAM maupun membeli air dirigen keliling. Perlakuan tersebut merupakan replacement cost yang dikeluarkan oleh
masyarakat rumah tangga. 6.2 Persepsi Masyarakat terkait Sistem Pengelolaan Limbah Pabrik
Suatu industri yang baik ditunjukkan dengan adanya sistem manajemen lingkungan yang baik pula, tak terkecuali pabrik gula yang sudah lima tahun
beroperasi kembali tersebut. Pabrik tersebut sampai saat ini memang belum dapat menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan baik namun salah satu realisasi
nyata yang diterapkan pabrik tersebut adanya Instalasi Pengelolaan Air Limbah IPAL, namun keberadaanya tidak sebanding apa yang dirasakan oleh
masyarakat sekitar. Sebanyak 60 persen responden tidak tahu terkait keberadaan sistem pengelolaan tersebut, sedangkan sisanya mengetahui bahwa pabrik tersebut
telah memiliki sistem pengelolaan limbah cair Gambar 9. Dominasi masyarakat
45 responden yang tidak tahu keberadaan sistem pengelolaan limbah, membuat
responden berpersepsi bahwa pabrik tidak melakukan usaha pengelolaan limbah mengingat dampak yang ditimbulkan dirasakan oleh seluruh responden.
Gambar 9 Persentase responden mengetahui adatidaknya keberadaan sistem
pengelolaan limbah Masyarakat hanya bisa menilai apa yang mereka rasakan akibat aktivitas
pabrik. Melalui pendekatan informasi dengan memberikan indikator penilaian, masyarakat responden menilai bahwa sistem pengelolaan limbah pabrik kurang
baik dengan persentase sebesar 67,14 persen, dimana masyarakat mengaku cukup merasakan dampak akibat pencemaran, begitu juga dengan lingkungannya
Gambar 10. Penilaian masyarakat terkait pengelolaan limbah yang dilakukan pabrik diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk pihak pabrik untuk terus
membenahi maupun meningkatkan sistem pengelolaan limbah yang telah berjalan, selain itu perlu adanya sosialisasi ke masyarakat agar masyarakat merasa nyaman
dan tidak khawatir akan pencemaran yang ditimbulkan.
Gambar 10 Persentase penilaian responden terhadap pengelolaan limbah yang dilakukan pabrik
Tahu 40,00
Tidak tahu 60,00
Baik 7,14
Cukup baik 14,29
Kurang baik 67,14
Belum baik 11,43
46
VII ESTIMASI BIAYA EKSTERNAL AKIBAT AKTIVITAS PABRIK
Berdasarkan hasil pengamatan di RW 04 Desa Cepiring, ada dua pihak yang merasakan kerugian ekonomi akibat pencemaran air dan udara yang ditimbulkan
dari aktivitas pabrik gula. Kedua pihak tersebut adalah masyarakat rumah tangga dan petani padi. Biaya eksternal yang ditanggung kedua belah pihak tersebut
merupakan kerugian ekonomi yang seharusnya ditanggung oleh pihak pencemar.