77
jual kepada konsumen Bogor langsung dari koperasi tanpa perantara pengecer Bogor, sehingga Margin total pada saluran 1 sebesar Rp 65.937,5 per kilogram.
Margin total pada pola 1 merupakan margin terendah dari ketiga pola saluran tataniaga kelinci. Margin tertinggi pada saluran 1 terdapat pada lembaga Koperasi
yaitu sebesar Rp 51.500 per kilogram 78,1 persen, hal ini karena koperasi mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan peternak sehingga keuntungan
yang didapat koperasi juga besar. Margin terendah terdapat pada peternak yaitu Rp 14.437,5 per kilogram daging kelinci 21,9 persen.
Pada pola saluran 2 margin tataniaga kelinci pedaging dengan lembaga yang terlibat adalah peternak, koperasi dan pengecer Bogor. Margin total pada
saluran ini adalah Rp 75.937,5 per kilogram nugget. Margin total pada saluran ini merupakan margin tertinggi ke dua. Margin tataniaga tertingi pada saluran 2
terdapat pada koperasi sebesar Rp 51.500 per kilogram nugget 67,8 persen. Hal ini karena biaya yang dikeluarkan oleh koperasi dalam proses pengolahan dari
daging kelinci menjadi nugget relatif besar sehingga keuntungan yang diambil oleh koperasi juga besar. Margin tataniaga tertinggi kedua setelah koperasi adalah
peternak sebesar Rp 14.437,5 per kilogram 19,0 persen dan margin tataniaga terendah yaitu pada lembaga Pengecer sebesar Rp 10.000 per kilogram 13,2
persen. Pada pola saluran 3 lembaga tataniaga kelinci yang terlibat adalah
peternak, koperasi dan pengecer luar Bogor. Margin total pada saluran ini sebesar Rp 83.937,5 per kilogram nugget. Margin tataniaga ini merupakan margin
tataniaga tertinggi pertama pada saluran pemasaran kelinci pedaging di Desa Gunung Mulya. Margin tataniaga tertinggi pada saluan ini terdapat pada lembaga
koperasi yaitu sebesar Rp 51.500 per kilogram 61,4 persen, kemudian pengecer luar Bogor sebesar Rp 18.000 per kilogram 21,4 persen dan margin terendeh
diambil oeh peternak sebesar Rp 14.437,5 per kilogram 17,2 persen.
6.6.2 Bagian Harga yang Diterima Petani Farmer’s Share
a Bagian Harga yang diterima peternak kelinci hias jenis lokal
Bagian harga yang diterima oleh petani atau farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh
78
konsumen atau harga penjualan ditingkat lembaga tataniaga tertinggi, umumnya dinyatakan dalam persentase. Bagian harga yang diterima oleh petani merupakan
konsep balas jasa atas kegiatan yang dilakukan peternak dalam memelihara kelinci. Besarnya farmer’s share pada kelinci hias jenis lokal dapat dilihat pada
Tabel 18.
Tabel 18. Farmer share pada kelinci hias jenis lokal
Saluran Harga di Tingkat
Petani Rpekor Harga di Tingkat
pengecer Rpekor Farmer’s share
1 10.000
25.000 40
2 10.000
25.000 40
3 11.000
20.000 55
4 12.000
25.000 48
5 12.000
12.000 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa bagian harga yang diterima peternak berbeda-beda, bagian harga yang diterima peternak tertinggi terdapat
pada pola saluran 5 yaitu sebesar 100 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Artinya adalah dari semua harga yang dibayarkan konsumen sebesar
Rp 12.000 per ekor kelinci hias jenis lokal, peternak mengambil semua harga yang dibayarkan konsumen yaitu Rp 12.000 per ekor kelinci hias jenis lokal. Hal
ini karena tidak ada lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran ini, dimana kelinci hias jenis lokal langsung dipasarkan dari peternak ke konsumen yang
mengunjungi Desa Gunung Mulya. Tingginya farmer’s share yang diterima peternak selain karena pendeknya
rantai tataniaga, rendahnya harga jual ditingkat konsumen dan rendahnya marjin yang terbentuk. Bagian harga yang diterima peternak terkecil terdapat pada
saluran tataniaga 1 dan 2 yaitu 40 persen dimana dari harga yang dibayarkan konsumen sebesar Rp 25.000 per ekor 40 persen, peternak menerima bagian
harga sebesar Rp 10.000 dan sisanya yaitu sebesar Rp 15.000 atau 60 persen diambil oleh lembaga tataniaga yang terlibat. Hal ini dikarenakan tingginya harga
jual pada lembaga tataniaga tertinggi dan besarnya margin yang terbentuk.
79
b Bagian harga yang diterima peternak kelinci hias jenis luar
Bagian harga yang diterima oleh petani atau farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh
konsumen atau harga penjualan ditingkat lembaga tataniaga tertinggi, umumnya dinyatakan dalam persentase. Besarnya farmer’s share pada kelinci hias jenis luar
dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Farmer share pada kelinci hias jenis luar
Saluran Harga di Tingkat
Petani Rpekor Harga di Tingkat
pengecer Rpekor Farmer’s share
1 50.000
85.000 58,8
2 50.000
75.000 66.7
3 55.000
75.000 73,3
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa bagian harga yang diterima peternak berbeda-besa, bagian harga yang diterima peternak tertinggi terdapat
pada pola saluran 1 yaitu sebesar 73,3 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Artinya adalah dari harga yang dibayarkan konsumen sebesar Rp
75.000 per ekor kelinci hias jenis luar, peternak mengambil bagian harga sebesar Rp 55.000 atau sama dengan 73,3 persen sedangkan sisanya Rp 25.000 atau sama
dengan 26,7 persen diambil oleh lembaga tataniaga yang terlibat. Tingginya farmer’s share yang diterima peternak selain karena pendeknya
rantai tataniaga, rendahnya harga jual ditingkat konsumen dan rendahnya marjin yang terbentuk. Bagian harga yang diterima peternak terkecil terdapat pada
saluran tataniaga 1 yaitu 58,8 persen dimana dari harga yang dibayarkan konsumen sebesar Rp 85.000 atau sekitar 58,8 persen, peternak menerima bagian
harga sebesar Rp 50.000 dari dan sisanya yaitu sebesar Rp 35.000 atau 41,2 persen diambil oleh lembaga tataniaga yang terlibat. Hal ini dikarenakan
tingginya harga jual pada lembaga tataniaga tertinggi dan besarnya margin yang terbentuk.
c Bagian harga yang diterima peternak kelinci pedaging
Bagian harga yang diterima oleh petani atau farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh
konsumen atau harga penjualan ditingkat lembaga tataniaga tertinggi, umumnya
80
dinyatakan dalam persentase. Besarnya farmer’s share pada kelinci pedaging dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Farmer share pada kelinci pedaging
Saluran Harga di Tingkat
Petani Rpekor Harga di Tingkat
pengecer Rpekor Farmer’s share
1 18.500
70.000 26,4
2 18.500
80.000 23,1
3 18.500
88.000 21,0
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa bagian harga yang diterima peternak berbeda-beda, bagian harga yang diterima peternak tertinggi terdapat
pada pola saluran 1 yaitu sebesar 26,4 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Artinya adalah dari harga yang dibayarkan konsumen sebesar Rp
70.000 per kilogram nugget, peternak mengambil bagian harga sebesar Rp 18.500 atau sama dengan 26,4 persen sedangkan sisanya Rp 51.500 atau 73,6 persen
diambil oleh lembaga tataniaga yang terlibat. Tingginya farmer’s share yang diterima peternak selain karena pendeknya
rantai tataniaga, rendahnya harga jual ditingkat konsumen dan rendahnya marjin yang terbentuk. Bagian harga yang diterima peternak terkecil terdapat pada
saluran tataniaga 3 yaitu 21,0 persen dimana dari harga yang dibayarkan konsumen sebesar Rp 88.000 atau sekitar 21,0 persen, peternak menerima bagian
harga sebesar Rp 18.500 dari dan sisanya yaitu sebesar Rp 70.000 atau 79 persen diambil oleh lembaga tataniaga yang terlibat. Hal ini dikarenakan tingginya harga
jual pada lembaga tataniaga tertinggi dan besarnya margin yang terbentuk. Perbedaan bagian harga yang diterima peternak farmer’s share pada
setiap saluran baik kelinci hias jenis lokal, luar dan pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a besar kecilnya marjin tataniaga yang terbentuk
pada setiap pola pola saluran tataniaga, dan b rendahnya dan tingginya harga ditingkat konsumen atau harga jual pada tingkat lembaga tataniaga tertinggi.
Semakin besarnya margin tataniaga serta semakin rendah harga ditingkat konsumen menyebabkan semakin besar bagian harga yang diterima peternak
farmer’s share.
81
6.6.3 Rasio Keuntungan dan Biaya