Struktur Pasar di Tingkat Peternak Produsen Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Tengkulak Struktur Pasar Koperasi Peternakan Kelinci KOPNAKCI

61 Tabel 14. Fungsi Tataniaga Pada Setiap Saluran Kelinci Pedaging di Desa Gunung Mulya Saluran dan Lembaga tataniaga Fungsi-fungsi Tataniaga Pertukaran Fisik Fasilitas Jual Beli Simpan Angkut Pengolah Standarisasi Risiko Informasi Pasar Saluran I Peternak Koperasi Pengecer LB         - -   -  - -  -       Saluran II Peternak Koperasi       -  -  -      Saluran III Peternak Koperasi Pengecer B         - -   -  - -  -       Katerangan :  : Dilakukan - : Tidak dilakukan Pengecer B : Pengecer Bogor Pengecer LB : Pengecer Luar Bogor

6.3 Analisis Struktur Pasar

Analisis struktur pasar Kelinci di Desa Gunung Mulya dilakukan melalui pengamatan terhadap jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, jenis dan keadaan kelinci yang diperjualbelikan, kondisi keluar masuk pasar dan tingkat pengetahuan informasi pasar pada saluran tataniaga yang ada. Struktur pasar yang terbentuk pada setiap tingkat lembaga tataniaga dapat berbeda.

6.3.1 Struktur Pasar di Tingkat Peternak Produsen

Struktur pasar yang dihadapi oleh peternak kelinci Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjo Laya cenderung mendekati struktur pasar persaingan sempurna PPS. Karena dilihat dari jumlah peternak yang lebih banyak dari jumlah pembeli. Sifat produk yang dimiliki oleh peternak umumnya seragam atau homogen. Dalam penentuan harga jual kelinci ke lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, Koperasi dan pengecer peternak cenderung sebagai penerima harga price taker sehingga peternak tidak dapat mempengeruhi harga dan tidak memiliki posisi tawar yang kuat walaupun petani memiliki pengetahuan 62 tentang informasi harga yang diperoleh dari sesama peternak kelinci atau pedagang pengumpul tengkulak.

6.3.2 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Tengkulak

Pada pedagang pengumpul tengkulak, struktur pasar yang dihadapi cenderung mengarah pada struktur pasar persaingan tidak sempurna yaitu oligopoli murni. Hal ini terlihat dari jumlah tengkulak tidak terlalu banyak dibandingkan dengan jumlah peternak kelinci. Sifat produk yaitu seragam atau homogen. Kondisi keluar masuk pasar terbilang cukup sulit. Hambatan dalam memasuki pasar adalah jumlah modal dan ketersediaan kelinci pada peternak, karena tidak ada ikatan antara peternak dan tengkulak. Pada penentuan harga beli kedudukan pedagang pengumpul lebih dominan atau lebih memiliki posisi tawar dibandingkan petani. Sedangkan penentuan harga jual didasarkan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. informasi harga selalu diperoleh tengkulak dari pengecer baik yang berasal dari dalam maupun luar Kota Bogor.

6.3.3. Struktur Pasar Koperasi Peternakan Kelinci KOPNAKCI

Struktur pasar yang dihadapi oleh koperasi peternakan kelinci mendekati struktur pasar persaingan tidak sempurna yaitu oligopoli terdiferensiasi. Hal ini terlihat dari jumlah usaha yang bergerak dibidang pengolahan daging kelinci hanya beberapa dibandingkan jumlah peternak kelinci. Sifat produk adalah heterogenberagam dimana koperasi tidak hanya menjual kelinci anakanbibit tetapi juga menjual kelinci dalam bentuk olahan daging, bulu dan kulit. Kondisi keluar masuk pasar relatif sulit dimana kendala terbesar terletak pada modal dan kontinuitas bahan baku. Dalam penentuan harga beli, kedudukan koperasi lebih dominan atau lebih memiliki posisi tawar dibandingkan peternak dan tengkulak. Sedangkan dalam penetuan harga jual untuk kelinci anakan jenis hias cenderung berdasarkan pada permintaan dan penawaran di pasar. Namun untuk olahan daging, bulu dan kulit penentuan harga jual ditentukan sendiri oleh koperasi yang didasarkan pada besarnya biaya produksi dan disesuaikan dengan 63 harga produk sejenis yang ada dipasaran. Informasi harga selalu diperolah dari pengecer kelinci dan agen frezeer point dalam dan luar Bogor.

6.3.4 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer