Analisis Kognitif Tes Analisis Afektif

cocok dengan konstruksi teoritik di mana tes itu dibuat. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam kompetensi inti, kompetensi dasar maupun indikator. Konstruksi yang dimaksud pada validitas ini bukanlah merupakan konstruksi seperti bangunan atau susunan, tetapi berupa rekaan psikologis yang berkaitan dengan aspek- aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi.

F. Teknik Analisis Data

Hasil belajar dalam penelitian ini terdapat 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini, terdapat pembatasan hasil belajar yang digunakan yaitu ranah kognitif dan ranah afektif. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar pada ranah kognitif berpedoman pada hasil tes tertulis, sedangkan pada ranah afektif berpedoman pada lembar observasi. Penghitungan hasil belajar pada setiap ranah adalah sebagai berikut:

1. Analisis Kognitif Tes

a. Perhitungan pretes dan posttes Pengukuran hasil belajar pada ranah kognitif menggunakan tes yaitu berupa pilihan ganda dan uraian untuk soal pretes dan posttes. Soal tes yang digunakan berjumlah 20 soal berupa 15 pilihan ganda dan 5 uraian. 1 Penskoran soaltes obyektif jenis pilihan ganda untuk pretes, posttes siklus I dan siklus II yaitu dengan menghitung jumlah banyaknya jawaban yang benar. 2 Penskoran soal uraian yaitu sebagai berikut: Teknik penskoran tes uraian berbeda dengan teknik penskoran tes pilihan ganda. Pembeda dari kedua tes tersebut yaitu pada pilihan ganda jawaban yang benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0, sedangkan tes uraian masing-masing nomor mempunyai skor yang berbeda-beda tergantung dari tingkat kesukaran soal tersebut. panduan penskoran pretes, posttes 1 dan posttes 2 dapat dilihat pada Lampiran 15,19 dan 23. 3 Nilai Akhir Nilai akhir yang diberikan yaitu sebagai berikut: b. Perhitungan nilai rata-rata kelas Menurut Sudjana 2012, untuk menghitung rata-rata kelas menggunakan rumus sebagai berikut: ̅ ∑ Keterangan: ̅ = rata-rata kelas ∑ X = jumlah seluruh skor N = banyaknya siswa c. Ketuntasan Belajar Klasikal Nilai ketuntasan diperoleh dari hasil tes yang dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 75. Jika nilai siswa 75 maka siswa dinyatakan belum tuntas, sedangkan ji ka nilai siswa ≥ 75 maka siswa dinyatakan tuntas. Untuk mengetahui prosentase siswa yang tuntas belajar dengan KKM 75 dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: ∑ ∑

2. Analisis Afektif

Sumber data yang diambil dari aspek ranah afektif yaitu data hasil observasi di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray TSTS yang dilakukan oleh observer dan peneliti. Hasil pengamatan pada penelitian ini diberi nilai dengan angka 4, 3, 2, 1. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka untuk menghitung prosentase skor hasil observasi aspek afektif digunakan dengan cara sebagai berikut: Keterangan: q = prosentase skor hasil observasi siswa r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh T = skor maksimal skor total Tabel 3.2 Kriteria Hasil Prosentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa Prosentase yang diperoleh Kriteria 76 ≤ q ≤ 100 Tinggi 51 ≤ q ≤ 75 Sedang 25 ≤ q ≤ 50 Rendah Arikunto,2007 Untuk mengetahui prosentase siswa dengan kategori afektif tinggi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ∑ ∑

3. Analisis Minat Non Tes

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS XI.

0 4 46

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (tsts) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi hewan invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

9 31 313

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Mojolaban.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI XI IPA 2 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

0 0 267