Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang baik dan menjalankan norma-norma yang ada dan sesuai di masyarakat. Pendidikan dapat diajarkan sejak seseorang tersebut berada di dalam kandungan. Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi merupakan bagian dari pendidikan formal. Sedangkan pendidikan yang terjadi di keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar merupakan pendidikan informal. Dunia pendidikan saat ini sudah berkembang pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat didukung juga oleh perkembangan pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena muara dari berbagai program pendidikan adalah terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran Uno dan Koni, 2012. Peningkatan kualitas pembelajaran sangat berpengaruh pada aspek- aspek yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Aspek-aspek tersebut diantaranya kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, serta metode pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan pendidikan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan dengan cara melakukan perubahan antara lain dalam hal memperbaiki kondisi lingkungan belajar, perubahan metode mengajar, maupun menggunakan media pembelajaran yang menarik minat siswa dalam belajar di kelas. Keberhasilan guru dalam mengajar tidak hanya tercermin dalam aspek kognitif atau kemampuan dalam berpikir saja, namun ada aspek sikap atau afektif maupun psikomotor juga harus dikembangkan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab ”. Serta lebih lanjut mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Biologi merupakan salah satu cabang sains yang ada dalam dunia pendidikan. Namun kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran Biologi hanya teori saja. Hal ini menimbulkan berkurangnya minat terhadap mata pelajaran tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru Biologi di SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta yaitu bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal KKM pada mata pelajaran Biologi kelas XI MIA yaitu 75 atau dalam penilaian yang sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu 3,00. Di kelas XI MIA 1 terdapat sebanyak 64,52 siswa tidak mencapai KKM 75 pada materi sistem imun. Selain itu, minat belajar siswa pada materi sistem imun pun kurang. Berdasarkan hasil observasi di kelas XI MIA 1 terdapat beberapa siswa yang masih mengobrol dan bermain-main saat guru sedang menerangkan. Minat yang kurang ini dapat menyebabkan hasil belajar yang kurang pula. Minat yang kurang ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode ceramah dan materi tentang sistem imun merupakan materi yang terletak diakhir bab pada semester genap di kelas XI MIA sehingga waktu yang tertinggal hanya cukup untuk memberikan materi saja. Sehingga guru dalam melakukan evaluasi terkait materi sistem imun memberikan ulangan diakhir semester evaluasi akhir. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas yaitu dengan cara memilih metode yang tepat sesuai dengan materi dan kondisi siswa tersebut. Seorang guru yang menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan dengan kondisi siswa yang tepat, maka respon yang diberikan siswa dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sebaliknya jika guru memberikan metode yang kurang tepat, maka respon siswa terhadap pembelajaran kurang dan bahkan mengalami penurunan hasil belajar. Untuk itu guru diharapkan dapat mengolah kelas dengan baik menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik siswa sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah dirancang dalam rancangan pembelajaran. Setiap guru dalam melakukan proses mengajar menggunakan metode yang berbeda-beda. Bahkan guru yang mengampu mata pelajaran yang sama namun mengajar di kelas yang berbeda bisa menggunakan metode yang berbeda. Hal ini karena menyesuaikan materi dan kondisi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Metode yang digunakanpun harus sesuai dengan materi yang diajarkan agar dapat berjalan dengan baik. Metode pembelajaran atau strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen utama di dalam kurikulum. Selain itu komponen lain dalam kurikulum yang dapat menunjang proses pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, organisasi kurikulum dan evaluasi pembelajaran. Antara komponen kurikulum yang satu dengan komponen kurikulum yang lain saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Beberapa pemahaman mengenai kurikulum menurut para pakar pendidikan yaitu 1 kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun. 2 kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis untuk digunakan para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. 3 kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan asas- asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah. 4 kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar, alat- alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan. 5 kurikulum dipandang sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Dari pemahaman di atas, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu 1 kurikulum sebagai suatu rencana atau bahan tertulis yang dapat dijadikan pedoman bagi para guru di sekolah. 2 kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan dalam situasi yang nyata di kelas Siregar dan Nara, 2010. Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta tetap menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill dan pendidikan karakter di mana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi student center serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi Erick, 2014 dalam http:www.gubuginformasi.com201404apa-itu-kurikulum-2013.html. Kurikulum 2013 mempunyai tujuan agar siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik serta lebih kreatif, inovatif dan kritis dalam memecahkan masalah yang ada sesuai dengan apa yang telah dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum 2013 menuntut siswa-siswi aktif dalam proses belajar di kelas student center sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar dan tetap pada tugas guru yaitu membimbing siswa- siswinya dalam proses tersebut. Sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik yakni guru menjalankan tugasnya dan siswa mendapatkan haknya dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar terkadang ada juga siswa yang kurang paham dengan penjelasan yang diberikan oleh guru, namun siswa lebih paham dengan penjelasan yang diberikan teman sejawatnya. Sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang menarik minat siswa dan dalam proses belajar mengajar tersebut ada suatu kegiatan yang mengaktifkan siswa-siswinya. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, peneliti menggunakan metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam proses belajar dan meningkatkan minat serta hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem imun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Stray TSTS. Dengan metode ini siswa tidak hanya belajar dan menerima dari apa yang telah disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan siswa bisa juga belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk mengajarkan kepada siswa yang belum paham bahkan kepada kelompok lainnya. Sehingga akan lebih banyak lagi ilmu yang siswa informasikan ke siswa lainnya. Metode Two Stay Two Stray TSTS lebih berorientasi kepada keaktifan, kemampuan berbicara atau bertanya siswa dapat ditingkatkan dan siswa lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya. Dilihat dari kodisi siswa selama observasi di kelas XI MIA 1, saat kegiatan berdiskusi kelompok dapat berjalan dengan baik. Namun hanya siswa-siswi tertentu yang aktif dan mengemukakan pendapatnya ketika presentasi maupun saat guru memberikan pertanyaan. Oleh karena itu, dengan metode pebelajaran Two Stay Two Stray TSTS kemampuan siswa dalam berbicara atau bertanya dan mengemukakan pendapat dapat ditingkatkan. Dengan demikian diasumsikan bahwa penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray mampu membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih aktif, partisipatif dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa lainnya dalam membahas materi pelajaran khususnya sistem imun. Sehingga diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman pelajaran yang luas dalam berdiskusi dengan teman sejawatnya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan judul penelitian yaitu “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TSTS PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN, YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS XI.

0 4 46

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (tsts) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi hewan invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

9 31 313

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Mojolaban.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI XI IPA 2 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

0 0 267