Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (tsts) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi hewan invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA

DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA Henny Anggita Taru

Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa permasalahan pada siswa kelas X-F SMAN 1 Depok seperti nilai rata-rata kelas hanya 41,21 sehingga belum mencapai KKM. Masalah lain yang muncul adalah sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi masih tergolong kurang baik.Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-F SMA Negeri 1 Depok, Sleman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu tes dan non tes. Tes terdiri dari hasil post-test 1 dan 2 sedangkan non tes terdiri dari kuisioner minat siswa dan observasi sikap siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif-kuantitatif dan deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas X-F mengalami peningkatan dari rata-rata nilai di siklus I yaitu 74,31 dengan ketuntasan klasikal sebesar 62,5% menjadi 84,68 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dengan target ketuntasan sebesar 70%. Afektif siswa yang awalnya 65,62% meningkat menjadi 96,87% yang masuk dalam kategori tinggi serta minat belajar siswa yang awalnya 78,12% meningkat menjadi 100% yang masuk dalam kategori tinggi dengan target ketuntasan sebesar 70%.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci : minat belajar, hasil belajar, metode Two Stay Two Stray (TSTS), materi hewan invertebrata.


(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TWO STAY TWO STRAYS (TSTS) IN INCREASING STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING

OUTCOMES ABOUT INVERTEBRATES ANIMAL IN X-F CLASS SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

Henny Anggita Taru Biology Education Sanata Dharma University

Based on the observation result, strudents problem that found in X-F class at

SMAN 1 Depok was average scores only 41,21 and it didn’t reach the minimum

passing score (KKM). The other problems is behaviour and passion of the strudents in learning bilogy subject which not really good. This classroom action research

animed to increase students’ interest and learning outcomes about invertebrate

animals in the X-F Class SMAN 1 Depok, Sleman, Yogykarta.

This study was conducted in May-June 2015. The subject of this research in the X-F students in SMAN 1 Depok, Sleman. The data collection techniques was done in 2 ways : test and non test. The test consisted of the result of the post-test 1 and 2 while the non-test consisted of questionnaires interest of students and students’ attitudes observaation. The data analysis was perfomed with qualitative-quantitative analysis and descriptive precentage.

The result showed tht average students’ learning outcomes in X-F Class has increased from an average value in the first cycle, 74,31, with classical completeness of 62,5% to 84,68 with classical completeness of 87,5% with a target completeness of

70%. Students’ affective who rose 65,2% to 96,87% were in the high category as well as students’ interest which rose 78,12% to 100% were in the high category with a target of 70% completeness.

The conclusion of this study is the application of cooperative learning Two Stay

Two Stray (TSTS) could increase students’ interest and learning outcomes X-F class on invertebrate animals in SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Keywords : Interest, Learning Outcomes, Two Stay Two Stray (TSTS) Method,


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Henny Anggita Taru NIM : 111434029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,

YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Henny Anggita Taru NIM : 11 1434 029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

ii SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,

YOGYAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Oleh

Henny Anggita Taru NIM : 111434029

Telah disetujui oleh

Pembimbing


(6)

iii


(7)

iv

PERSEMBAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhanaku ini kupersembahkan kepada : Tuhan Yesus

Papa Herman dan Mama Suharni Adik Hera Novita Taru Keluarga dan sanak saudara

Para sahabat

Program Studi Pendidikan Biologi


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Agustus 2015 Penulis


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Henny Anggita Taru NIM : 111434029

Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Yogyakarta Pada Tanggal : 25 Agustus 2015 Yang menyatakan,


(10)

vii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-F PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN,

YOGYAKARTA Henny Anggita Taru

Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa permasalahan pada siswa kelas X-F SMAN 1 Depok seperti nilai rata-rata kelas hanya 41,21 sehingga belum mencapai KKM. Masalah lain yang muncul adalah sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi masih tergolong kurang baik.Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-F SMA Negeri 1 Depok, Sleman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu tes dan non tes. Tes terdiri dari hasil post-test 1 dan 2 sedangkan non tes terdiri dari kuisioner minat siswa dan observasi sikap siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif-kuantitatif dan deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas X-F mengalami peningkatan dari rata-rata nilai di siklus I yaitu 74,31 dengan ketuntasan klasikal sebesar 62,5% menjadi 84,68 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dengan target ketuntasan sebesar 70%. Afektif siswa yang awalnya 65,62% meningkat menjadi 96,87% yang masuk dalam kategori tinggi serta minat belajar siswa yang awalnya 78,12% meningkat menjadi 100% yang masuk dalam kategori tinggi dengan target ketuntasan sebesar 70%.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci : minat belajar, hasil belajar, metode Two Stay Two Stray (TSTS), materi hewan invertebrata.


(11)

viii ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TWO STAY TWO STRAYS (TSTS) IN INCREASING STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING OUTCOMES ABOUT INVERTEBRATES ANIMAL IN X-F

CLASS SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

Henny Anggita Taru Biology Education Sanata Dharma University

Based on the observation result, strudents problem that found in X-F class

at SMAN 1 Depok was average scores only 41,21 and it didn’t reach the minimum

passing score (KKM). The other problems is behaviour and passion of the strudents in learning bilogy subject which not really good. This classroom action

research animed to increase students’ interest and learning outcomes about

invertebrate animals in the X-F Class SMAN 1 Depok, Sleman, Yogykarta.

This study was conducted in May-June 2015. The subject of this research in the X-F students in SMAN 1 Depok, Sleman. The data collection techniques was done in 2 ways : test and non test. The test consisted of the result of the post-test 1 and 2 while the non-test consisted of questionnaires interest of students and

students’ attitudes observaation. The data analysis was perfomed with qualitative -quantitative analysis and descriptive precentage.

The result showed tht average students’ learning outcomes in X-F Class has increased from an average value in the first cycle, 74,31, with classical completeness of 62,5% to 84,68 with classical completeness of 87,5% with a

target completeness of 70%. Students’ affective who rose 65,2% to 96,87% were in the high category as well as students’ interest which rose 78,12% to 100% were in the high category with a target of 70% completeness.

The conclusion of this study is the application of cooperative learning Two

Stay Two Stray (TSTS) could increase students’ interest and learning outcomes X -F class on invertebrate animals in SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.

Keywords : Interest, Learning Outcomes, Two Stay Two Stray (TSTS)


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-F Pada Materi Hewan Invertebrata Di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta”

Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh banyak doa, semangat, dukungan, bantuan serta dorongan yang membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus, yang telah mengabukan doa dan permohonan penulis agar skripsinya dapat berjalan lancar dan dapat terselesaikan dengan baik.

2. Papa Herman Taru dan Mama Suharni, kedua orang tua terhebat di dunia yang tiada henti selalu mendukung baik oral maupun material serta mendoakan yang terbaik untuk kesuksesan penulis dalam mengerjakan skripsinya.

3. Hera Novita Taru, adik tersayang yang selalu menemani penulis baik suka maupun duka serta tangis maupun tawa dalam mengerjakan skripsinya hingga dapat selesai dengan baik.

4. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tulus mau mmbimbing penulis selama penyusunan skripsi.


(13)

x

6. Bapak Drs. Agus Sartono selaku guru mata pelajaran biologi kelas X-F SMA Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta.

7. Bapak Ibu Dosen Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bimbingannya kepada penulis selama berkuliah di Sanata Dharma. 8. Saudari Nathalyn Dwi Herlina, yang sudah memberi semangat dan

dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi skripsi dengan baik.

9. Para sahabat penulis Densy Radha, Marta Margaretha, Maria Benigna, Natalia Glebove Christiany Setitit, Fara Deni, Eva Yeremia, Fransiska Apriyani, Niluh Mega Swastini yang selalu mendukung peneliti agar skripsi dalam segera terselesaikan.

10. Teman-teman penulis Dyah Arum Widowati, Ervin Due, Eka Puji Lestari, Cecilia Mitha yang sudah membantu penulis sebagai observer saat melakukan penelitian di Sekolah untuk studi Skripsi penulis.

11. Keluarga besar Pendidikan Biologi Sanata Dharma 2011 (Virion 2011 Family) yang telah bersama-sama berjuang memberikan semangat, dukungan, waktu selama melaksanakan studi di Pendidikan Biologi mulai dari awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan studi skripsinya.

12. Warga Pendidikan Biologi, baik kakak tingkat 2008 hingga adik tingkat 2014 yang memberikan dukungan bagi peneliti agar selalu semangat dalam menyelesaikan studi skripsi.


(14)

xi

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang juga telah memberikan dukungan dan doa dalam kelancaran penyusunan skripsi penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengarapkan saran dan masukkan yang sifatnya membangung guna dapat menyempurnakan skripsi yang telah dibuat oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan juga bagi perkembangan dunia pendidikan.


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Pembatasan Masalah...5

D. Tujuan Penelitian...8

E. Manfaat Penelitian...8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Belajar...9


(16)

xiii

C. Hasil Belajar...21

D. Pembelajaran Kooperatif...23

E. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stay (TSTS)...27

F. Materi Invertebrata...34

G. Penelitian yang Relevan...35

H. Kerangka Berfikir...36

I. Hipotesis...39

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...40

B. Setting Penelitian...42

C. Variabel Penelitian...42

D. Indikator Keberhasilan...43

E. Instrumen Penelitian...44

F. Teknik Analisis Data...49

G. Tim Peneliti...56

H. Rancangan Tindakan...57

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian...71

B. Hasil Analisis...103

C. Pembahasan...108

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...118

B. Saran...119

DAFTAR PUSTAKA...120


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Alur Kelompok Awal...31

Gambar 2.2 Gambar Alur Kelompok Metode Two Stay Two Stray...32

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir...38

Gambar 4.1. Siswa mengerjakan soal-soal pre-test...74

Gambar 4.2. Siswa duduk dalam kelompok awal dan mengerjakan LDS...76

Gambar 4.3. Siswa bertamu ke kelompok lain dan berdiskusi...76

Gambar 4.4. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran...78

Gambar 4.5. Siswa berdiskusi dengan kelompok awal...79

Gambar 4.6. Siswa berdiskusi dengan kelompok tamu...79

Gambar 4.7. Kelompok awal mempresentasikan hasil diskusi mereka...80

Gambar 4.8. Peneliti menyampaikan materi pembelajaran...81

Gambar 4.9. Siswa mengerjakan soal post-test siklus I...82

Gambar 4.10. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran...90

Gambar 4.11. Suasana kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung...90

Gambar 4.12. Siswa saat mengerjakan LKS...91

Gambar 4.13 Siswa saat melakukan presestasi di depan kelas...91

Gambar 4.14. Siswa mengerjakan soal post-test siklus II...98

Gambar 4.15.Diagram Batang Perbandingan Hasil Post-Test Siklus I dan Siklus II...108

Gambar 4.16. Diagram Garis Presentase Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II...111

Gambar 4.17. Diagram Batang Presentase Minat Awal dan Minat Akhir Siswa...114


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Penelitian...43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Minat Awal Belajar Siswa...47

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner Minat Akhir Belajar Siswa...47

Tabel 3.4 Penetapan Skor Pilihan Ganda...51

Tabel 3.5. Panduan Penskoran Afektif Siswa...53

Tabel 3.6. Kategori Persentase Hasil Observasi Siswa Aspek Afektif...53

Tabel 3.7 Panduan Penskoran Minat Siswa...54

Tabel 3.8. Kategori Presentasi Minat Siswa...55

Tabel 4.1. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus I...82

Tabel 4.2. Data Afektif Siswa Siklus I...85

Tabel 4.3. Data Hasil Minat Awal Siswa...87

Tabel 4.4. Tabel Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II...98

Tabel 4.5. Data Afektif Siswa Siklus II...100

Tabel 4.6. Data Hasil Minat Akhir Siswa...102

Tabel 4.7. Perbandingan Post-Test siklus I dan siklus II...104

Tabel 4.8. Perbandingan Ranah Afektif Siswa dari Siklus I ke Siklus II...106


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Kampus...123

Lampiran 2. Surat Ijin Dinas...124

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian...127

Lampiran 4. Silabus...128

Lampiran 5. RPP Siklus I dan II...131

Lampiran 6. Materi Pembelajaran...145

Lampiran 7. LDS dan LKS...158

Lampiran 8. Kisi-kisi Kuisioner Minat...171

Lampiran 9. Lembar Kuisioner Minat...172

Lampiran 10. Kisi-kisi Hasil Belajar Aspek Afektif...179

Lampiran 11. Lembar Observasi Aspek Afektif...180

Lampiran 12. Kisi-kisi Soal Pretest...182

Lampiran 13. Kisi-kisi Post-test Siklus I...189

Lampiram 14. Kisi-kisi Soal Post-test Siklus II...195

Lampiran 15. Soal Pre-test...202

Lampiran 16. Soal Post-test Siklus I...207

Lampiran 17. Soal Post-test Siklus II...211

Lampiran 18. Tabel Penskoran Pre-test...214

Lampiran 19. Tabel Penskoran Post-test Siklus I...216

Lampiran 20. Tabel Penskoran Post-test Siklus II...220

Lampiran 21. Tabel Penskoran Aspek Afektif...223

Lampiran 22. Tabel Penskoran Minat Belajar Siswa...229


(20)

xvii

Lampiran 24. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa...238

Lampiran 25. Hasil Post-test Siklus I...242

Lampiran 26. Hasil Post-test Siklus II...252

Lampiran 27. Hasil Observasi Afektif...264

Lampiran 28. Hasil Kuisioner Minat Belajar Siswa...268


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Baik buruknya kualitas pendidikan disuatu negara tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya adalah sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar, tenaga pendidik (guru), peserta didik (siswa) ataupun lingkungan sekitar. Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran di dalam kelas. Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 mengenai Standar Kompetensi Guru menyatakan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Daryanto, 2011). Salah satu aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Sebagian besar guru dalam menyampaikan atau memberikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah atau diskusi saja sehingga siswa menjadi jenuh dan bosan serta menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran yang membosankan, pelajaran yang isinya hanya hafalan, tidak menarik, dan sulit dipahami. Menurut Daryanto (2011), guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk kepentingan kualitas pembelajaran dikelas. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas,


(22)

guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi dan tidak hanya dengan metode ceramah maupun diskusi saja. Model pembelajaran yang akan diterapkan juga harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Adanya variasi dalam model pembelajaran akan mengatasi kejenuhan siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar dan juga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Berdasarkan wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Depok yaitu Pak Agus, materi yang dirasa masih sulit bagi siswa adalah Dunia Hewan, terutama hewan invertebrata. Materi dirasa sulit karena banyak menggunakan bahasa latin sehingga siswa kesulitan melakukan klasifikasi. Dari wawancara tersebut, diketahui bahwa minat kelas XF dalam mengikuti pelajaran sangat kurang. Kurangnya minat ini karena perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sehingga kelas ini yang pada semester ganjil kemarin merupakan kelas Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) berubah kembali menjadi kelas X umum yang kembali mempelajari materi IPA. Perubahan kurikulum dan kelas ini membuat siswa menjadi malas dalam mengikuti pelajaran, karena kelas ini memiliki kemampuan penguasaan materi dan minat yang rendah dalam pelajaran biologi.

Pada ulangan harian untuk materi hewan invertebrata tahun lalu, menunjukkan hasil yang masih rendah, yaitu rata-rata perolehan nilai siswa masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata kelas


(23)

pada ulangan tersebut adalah sebesar 45,21 sedangkan KKM nya adalah 75. Dari jumlah 32 siswa, yang memperoleh nilai >75 sebanyak 31,25% (10 siswa) saja dan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 68,75% (22 siswa). Berdasarkan data tersebut, banyaknya siswa yang belum tuntas atau banyaknya nilai yang berada dibawah KKM menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran tersebut belum tercapai. Saat observasi kegiatan pembelajaran pada hari Selasa 31 Maret 2015 di kelas XF, kondisi kelas sangat ribut. Siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga tidak fokus dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Ada yang berbicara dengan teman sebangku dan ada juga yang sibuk bermain gadget (hp dan tab).

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Sabtu 28 Februari 2015 juga, guru tersebut mengatakan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran biologi adalah metode ceramah sehingga kurang adanya variasi dalam metode pembelajarannya. Untuk itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan melakukan variasi metode pembelajaran yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dimana ada banyak variasi pembelajaran yang dapat digunakan.

Metode pembelajaran kooperatif adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa ikut berperan aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu variasi dalam metode pembelajaran kooperatif yang dapat mendukung ketercapaian pembelajaran yang kondusif adalah model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS).salah satu


(24)

model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Struktur Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil informasi dengan kelompok lain (Lie, 2002). Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan membentuk kelompok dan mendiskusikan jawaban dari soal yang diberikan. Kemudian dua anggota dari kelompok bertamu ke kelompok lain.Kelompok yang didatangi tamu dari kelompok lain bertugas membagikan apa yang mereka pelajari, sementara anggota tamu mendengarkannya. Setelah selesai bertamu, anggota kelompok tamu kembali ke kelompok asal dan bertugas mensharingkan apa yang mereka dapatkan dan dengar dari bertamu ke kelompok lain. Model pembelajaran dengan tipe Two Stay Two Stray ini bertujuan untuk mendukung komunikasi antar siswa yang satu dengan siswa yang lain. Dengan metode tipe TSTS ini, siswa dapat belajar untuk berbicara ataupun menjelaskan tentang materi yang sudah didiskusikan bersama teman-teman kelompoknya dan juga kepada kelompok yang lainnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka akan dilakukan penelitian tentang strategi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan judul sebagai berikut :


(25)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XF PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN YOGYAKARTA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas X-F pada

materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta ?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi

Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dibuat oleh peneliti agar ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas lebih sempit lagi sehingga peneliti dapat lebih fokus dan dapat mendalaminya. Adapun batasan masalahnya adalah :

1. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa terkait pada ranah kognitif dan afektif. Ranah kognitif yaitu pada materi dunia hewan dengan jenjang soal mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4).


(26)

Sedangkan pada ranah afektif yang diukur adalah pada aspek penerimaan, pemberian respon, penghargaan dan pengorganisasian. Teknik dalam mengukur hasil belajar pada aspek kognitif adalah dengan nilai post test siswa pada siklus I dan siklus II dan pada aspek afektif adalah dengan menggunakan lembar observasi.

2. Minat Belajar

Minat belajar yang diteliti adalah terkait pada aspek ketertarikan, kesiapan, kepuasan, antusias, dan juga perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Teknik pengumpulan data untuk minat belajar siswa adalah dengan lembar kuisioner yang diisi oleh siswa pada awal pembelajaran siklus I (awal pertemuan) dan akhir siklus II (akhir pertemuan).

3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok. Jumlah siswa dikelas XF ini adalah 32 siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 10 orang dan siswi perempuan berjumlah 22 orang

4. Materi Hewan Invertebrata yang akan dibahas adalah Phylum

Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida dengan Standar

Kompetensi 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati dan Kompetensi Dasar 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Phylum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi.

5. Model pembelajaran yang digunakan adalah tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Metode Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh


(27)

Spencer Kagan (1992). Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Metode ini dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan dan kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. Metode ini menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa. Pembelajaran metode Two Stay Two Stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok , dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok (Suyatno, 2009).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan modele pembelajaran tipe Two

Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas

XF pada materi pembelajaran Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaraan tipe Two

Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar siswa kelas XF pada

materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman Yogyakarta.


(28)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi siswa

a. Memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

b. Memberikan suasana baru bagi siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa

2. Manfaat bagi guru/sekolah

a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas

b. Meningkatkan kemampuan guru untuk mampu mengembangkan model-model pembelajaran kooperatif di kelas

3. Manfaat bagi peneliti

a. Peneliti mendapatkan pengetahuan baru tentang strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Two

Stay Two Stray (TSTS)

b. Peneliti dapat menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan saat kuliah untuk melakukan penelitian tindakan kelas.


(29)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia didalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (Suyono, 2011). Adapula beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian belajar. Salah satunya adalah Gagne dalam (Suprijono, 2009) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Slameto (2010) menyebutkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannyasendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Harold Spears dalam (Siregar, 2010) mengemukakan pengertian belajar dalam prespektif yang lebih detail. Menurut Spears learning is to observe, to

read, to imitate, to try something them selves, tolisten, to follow


(30)

sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan). Menurut Siregar (2010), belajar adalah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah : bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengkaitkannya dengan realistis, dan adanya perubahan sebagai pribadi.

Sementara Hamalikdalam (Susanto, 2013) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of

behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah (Nasution, 2005)


(31)

2. Jenis-Jenis Belajar

Jenis-jenis belajar menurut Bloom dkk dalam Siregar (2010) dibedakan menjadi tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Khusus pada ranah kognitif, Anderson dan Krathwohl dalam Gunawan dkk (2013) merevisi taksonomi Bloom, yaitu :

a. Ranah Kognitif 1) Mengingat (C1)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lampau. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving).

2) Memahami(C2)

Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengkalsifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.


(32)

3) Menerapkan(C3)

Menerapkan menunjukkan pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4) Menganalisis(C4)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah.

5) Mengevaluasi (C5)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini berupa kuantitatif dan kualitatif dan dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi


(33)

(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk sedangkan mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berfikir kritis. 6) Menciptakan(C6)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif menurut Bloom dkk dalam Siregar (2010), meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu :

1) Penerimaan: meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan


(34)

2) Pemberian respon: meliputi sikap ingin merespon terhadap sistem, puas dalam memberi respon, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya

3) Pemberian nilai atau penghargaan: penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai, dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran, mengahargai orang yang bersikap jujur, dan ia juga berperilaku jujur

4) Pengorganisasian : meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain.

c. Ranah Psikomotor

Ranah ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang, dan lain-lain. Dave dalam (Siregar, 2010) mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor. Kelima jenjang tersebut adalah sebagai berikut :

1) Meniru : kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons


(35)

2) Menerapkan : kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain

3) Memantapkan : kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau merespon dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal

4) Naturalisasi : gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal

3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan makna klasikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran, guru mengajar dan peserta didik belajar. Sementara pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran (Suprijono, 2009). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni, 2009). Pembelajaran menurut Siregar (2010) adalah seperangkat tindakan yang diracang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.


(36)

Menurut Susanto (2013), kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secra metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengakar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM). Kata atau istilah ini pembelajaran dan pengunaannya masih tergolong baru, yang mulai popular semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendididkan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengn pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penugasan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Siregar, 2010)

B. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Secara sederhana, minatberarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar tehadap sesuatu (Syah, 2003).


(37)

Menurut Slameto (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Sukardi, 1988 dalam (Susanto, 2013), minat dapat diartikan sebagai suatu kesuksesan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu. Dalam praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui belajar. Di mana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengekspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.

Dari beberapa definisi minat diatas, dapat ditegaskan bahwa minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif. Hal ini menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.


(38)

2. Macam-macam Minat

Rosyidah dalam (Susanto, 2013), mengatakan bahwa timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal dari pembawaan timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat ilmiah. Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar individu timbul seiring dengan proses perkembangan individu bersangkutan. Minat ini sangatdipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat.

Gagne dalam Susanto (2010) juga membedakan sebab timbulnya minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu minat spontan dan minat terpola. Minat spontan yaitu minat yang timbul secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapun minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun diluar sekolah. 3. Indikator Minat Belajar

Menurut Safari (2005) definisi konsep minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya dalam


(39)

belajar. Definisi operasional : minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes minat belajar yang mengukur aspek : (1) kesukaan, (2) ketertarian, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan.

Menurut Winkel (1983) perasaan merupakan faktor psikis yang nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah belajar. Dengan melalui perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajar disekolah. Penilaian yang positif akan terungkap dalam “perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan lain sebagainya). Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif.

4. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa

Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. Suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan belajar tadi (Susanto, 2013)

Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting dalam belajar. Hal ini dikarenakan minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau kegiatan tertentu. Dengan


(40)

demikian, minat merupakan unsur yang menggerakkan motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu benda atau kegiatan tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar tersebut. Dengan demikian, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Kenyataan ini diperkuat oleh pendapat Sardiman, yang menyatakan bahwa proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

Dari penjelasan tersebut, maka semakin jelaslah bahwa minat akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat tertentu dimungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kagiatan belajar itu sendiri. Dalam kegiatan belajar, juga dalam proses pembelajaran, maka tentunya minat yang diharapkan adalah minat yang timbul dengan sendirinya dari diri siswa itu sendiri, tanpa ada paksaan dari luar, agar siswa dapat belajar lebih aktif dan baik. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak jarang siswa mengikuti pelajaran dikarenakan terpaksa atau karena adanya suatu keharusan, sementara siswa tersebut tidak menaruh minat terhadap pelajaran tersebut. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa minat belajar siswa merupakan faktor yang penting dalam menunjang tercapainya


(41)

efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Secara sedehana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.Kemudian, menurut Lindgren dalam (Suprijono, 2009) mengatakan bahwa hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Syah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

a. Faktor Internal (Faktor dari dalam siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).


(42)

1) Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa

b. Faktor Eksternal (Faktor dari luar siswa)

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua mcam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial

1) Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial seperti para guru, para staf administasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

2) Faktor Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga


(43)

siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandnag turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

D. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.Menurut Suprijono (2009), pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termaksud bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Isjoni (2009) mengatakan bahwa, pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya


(44)

berbeda. Menurut Rusman (2012), pembelajaran kooperatif adalah teknik pengelompokkan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang lebih kuat. Menurut Isjoni (2009), tujuan utama penerapan model pembelajaran koopertaif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik.

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David dalam (Suprijono, 2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut :


(45)

a. Positive interdependence (Saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

b. Personal responsibility (Tanggungjawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapatmenghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan saran yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang


(46)

dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan sling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

e. Group processing (pemprosesan kelompok)

Pemprosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012) pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu :

a. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam


(47)

kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya

d. Pengakuan Tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

E. Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stay (TSTS)

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Teknik belajar Dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (Sugiyanto, 2010). Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain.

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Rusman (2012) meyebutkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :


(48)

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen memiliki tiga fungsi yaitu fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, fungsi manajemen sebagai organisasi, dan fungsi manajemen sebagai kontrol.

c. Kemauan Untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara berkelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


(49)

Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif model Two Stay

Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

b. Presentasi guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

c. Kegiatan kelompok.

Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi danb klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.


(50)

Setelah itu, 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu dalam kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas kerja mereka.

d. Formalitas

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

e. Evaluasi kelompok dan penghargaan

Tahap evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two

Stray. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi

pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model Two Stay Two

Stay, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan


(51)

Berikut merupakan bagan mengenai langkah-langkah dalam metode TSTS :

Kelompok Awal

Gambar 2.1 Gambar Alur Kelompok Awal

Keterangan : A (Kelompok 1), B (Kelompok 2), C (Kelompok 3), D (Kelompok 4), E (Kelompok 5), F (Kelompok 6), G (Kelompok7), H (Kelompok 8).

A1 A2

A3 A4

B1 B2

B3 B4

C1 C2

C3 C4

D1 D2

D3 D4

F1 F2

F3 F4

E1 E2

E3 E4

G1 G2

G3 G4

H1 H2


(52)

Kelompok Tamu

Gambar 2.2 Gambar Alur Kelompok Metode Two Stay Two Stray Keterangan : Setiap dua anggota dari kelompok awal bertamu ke kelompok lain (kelompok tamu), jadi setelah bertamu, kelompok yang terbentuk terdiri dari anggota-anggota kelompok dari kelompok yang berbeda (1 kelompok terdiri dari 2 anggota kelompok awal dan 2 anggota dari kelompok lain).

A1 A2

G4 H3

B1 B2

A3 H4

C1 C2

A4 B3

D1 D2

B4 C3

E1 E2

C4 D3

F1 F2

D4 E3

G1 G2

E4 F3

H1 H2


(53)

4. Kelebihan dan Kekurangan dari Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray

Menurut Lie (2004), kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray adalah : 1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

2) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna 3) Lebih berorientasi pada keaktifan

4) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya 5) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa

6) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan 7) Membatu meningkatkan minat dan prestasi belajar.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray adalah : 1) Membutuhkan waktu yang lama

2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)


(54)

F. Materi Invertebrata

Materi Invertebrata merupakan materi yang pengelompokkan anggota filumnya yang sangat banyak. Materi ini juga banyak menggunakan bahasa latin baik dalam klasifikasi maupun struktur tubuh nya sehingga sangat membosankan jika hanya digunakan metode ceramah oleh guru. Secara garis besar, materi Invertebrata yang akan dibahas atau diajarkan adalah sebagai berikut :

1. Phylum Platyhelminthes

a. Ciri-ciri umum Platyhelminthes b. Klasifikasi phylum Platyhelminthhes c. Siklus hidup phylum Platyhelminthes

d. Peranan phylum Platyhelminthes dalam kehidupan 2. Phylum Nemathelminthes

a. Ciri-ciri umum Nemathelminthes

b. Klasifikasi kelas phylum Nematheminthes c. Siklus hidup phylum Nemathelminthes

d. Peranan phylum Nemathelminthes dalam kehidupan 3. Phylum Annelida

a. Ciri-ciri umum phylum Annelida b. Klasifikasi phylum Annelida


(55)

G. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan terkait dengan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray. Beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

Susilomurti (2014) dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatis Tipe Two Stay Two Stray

Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi XI Ipa SMA Negeri 4 Yogyakarta” didapatkan hasil bahwa penerapan pembelajaran model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta pada materi Sistem reproduksi dengan hasil penelitian pada aspek aktivitas siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 95,65% ; kategori sedang sebesar 4,35% ; dan kategori rendah sebesar 0% serta pada siklus II diperoleh hasil dengan kategori tinggi 100%. Hasil kuisioner dan wawancara pada penelitian ini juga menunjukkan peningkatannya, yaitu menunjukkan kategori siswa yang sangat aktif hingga 100%. Ketercapaian KKM pada siklus I yakni 13,04% ; sedangkan pada siklus II sebesar 60,86%. Peningkatan ini juga terlihat pada nilai rata-rata dari 65,22 pada siklus I menjadi 78,26.

Penelitian relevan yang lainnya terkait penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Firmando (2012) tentang Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Materi Pengelolaan Lingkungan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two


(56)

Ajaran 2011-2012” dapat disimpulkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray (TSTS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan : 1) aktivitas siswa dalam 5 unsur pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dari siklus I ke siklus II, yaitu pada tingkat K sebesar 17,9% menjadi 7,3% ; tingkat C sebesar 44,3% menjadi 33,9% ; dan tingkat B sebesar 37,6% menjadi 58,6% dan 2) Hasil belajar siswa yang diukur dengan skor rata-rata dan presentase ketuntasan belajar secara klasikal dari data awal siklus I dan siklus II. Skor rata-rata diperoleh hasil (57,06 ; 53,33 ; dan 73,66) dan ketuntasa belajar klasikal diperoleh hasil (20,68% ; 30% ; dan 83,3%).

H. Kerangka Berfikir

Guru merupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Guru juga merupakan salah satu aspek penentu dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Berdasarkan hasil obeservasi kelas yang dilakukan di kelas XF dapat dilihat bahwa metode yang guru tersebut lakukan hanya dengan ceramah serta tanya jawab. Hal ini tentunya membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, terlihat dengan beberapa anak yang sibuk bermain gadget dan bercerita dengan teman sebangku saat guru sedang menyampaikan materi belajar.


(57)

Perubahan kurikulum dari kurikulum 2013 menjadi KTSP menjadikan siswa XF yang awalnya merupakan jurusan IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) harus kembali lagi menjadi kelas umum dimana mereka belajar lagi pelajaran biologi yang membuat mereka kurang bersemangat dalam belajar yang mengakibatkan minat mereka kurang untuk pelajaran biologi. Berdasarkan hasil wawancara pada guru mata pelajaran biologi mengenai materi dunia hewan terutama hewan invertebrata, kesulitan yang siswa alami dikarenakan materi ini banyak sekali menggunakan bahasa latin dan juga soal ujian yang dikeluarkan untuk materi ini hanya satu atau dua soal saja namun yang mereka pelajari adalah semua phylum.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang relevan diatas, maka metode pembelajaran Two Stay Two Stray cocok digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar serta meningkatkan kepercayaan diri tim dalam memberikan informasi. Dari pembahasan diatas, dapat kita buat bagan mengenai kerangka berfikir terkait pelaksanaan penelitian ini. Bagan ini meliputi permasalahan, tindakan, serta hasil yang ingin dicapai setelah penerapan tindakan yang akan dilakukan.


(58)

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Nilai ulangan harian

siswa dibawah KKM

Kondisi Awal (Faktor)

1. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung monoton (hanya ceramah)

2. Penggunaan media pembelajaran yang terbatas (hanya papan tulis)

3. Minat yang kurang terhadap pelajaran biologi karena perubahan kurikulum 4. Hasil belajar yang rendah

5. Inovasi penggunaan metode

pembelajaran yang kurang dari guru

Tindakan

Kelebihan metode Two Stay Two Stray : 1. Lebih berorientasi pada keaktifan

2. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa

3. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

4. Kemampuan berbicara dapat ditingkatkan

5. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

6. Dapat diterapkan pada semua kelas

Kondisi Akhir Minat dan hasil belajar siswa pada materi Hewan Invertebrata meningkat


(59)

I. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTwo Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi Hewan Invertebrata tahun ajaran 2015-2016

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTwo Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XF SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada maeteri Hewan Invertebrata tahun ajaran 2015-2016


(60)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom

Action Research. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu jenis

penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran dikelasnya (Daryanto, 2010). Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) siklus yang hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa dipergunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang berlangsung disekolah.

Menurut Suharsimi dalam (Daryanto, 2010) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode / siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama.


(61)

Menurut Arikunto (2011), desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah :

1. Perencanaan

Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. 3. Pengamatan

Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan.

4. Refleksi

Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupu siswa.


(62)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Di SMA N 1 Depok terdapat 6 kelas X, yaitu XA, XB, XC, XD, XE dan XF. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-F SMA Negeri 1 Depok Sleman, Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 orang.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2015 bertepatan dengan materi yang akan disampaikan dan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Depok yang beralamat di Jalan Babarsari Catur Tunggal Depok, Sleman, Yogyakarta

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa pada materi hewan invertebrata

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel terikat : minat dan hasil belajar siswa

2. Variabel bebas : model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two


(63)

D. Indikator Keberhasilan

Segala rincian prosedur, indikator keberhasilan, instrument penilaian, instrument pembelajaran, pelaksanaan tindakan, dan cara analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Penelitian No Aspek yang diteliti Indikator Keberhasilan Instrumen Pelaksanaan Tindakan Cara Analisis 1 Hasil Belajar

Siswa

Ranah Kognitif 70% siswa memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 yang di buat oleh Sekolah SMAN 1 Depok, Sleman Yogyakarta

Ranah Afektif

Sikap siswa selama proses pembelajaran 70% termaksud dalam kategori baik

Post-test

diakhir siklus I dan II lembar observasi yang dilakukan oleh observer

Peneliti dan Observer

Kualitatif dan


(64)

No Aspek yang diteliti Indikator Keberhasilan Instrumen Pelaksanaan Tindakan Cara Analisis 2 Minat Belajar

Siswa

Minat Belajar Siswa

mencapai 70%

(termaksud dalam kategori baik).

Minat Belajar Siswa terutama pada aspek kepuasan, ketertarikan dan antusias siswa.

Kuisioner Siswa Deskriptif

Presentase

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran

Menurut Putra (2012), instrumen adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien.

Instrumen pembelajaran terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

a. Silabus

Silabus yang digunakan untuk penelitian ini adalah Silabus Biologi Kelas XF untuk Semester 2 pada Kompetensi Dasar 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan Peranannya bagi Kehidupan. Silabus yang digunakan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


(65)

Silabus dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 4. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. RPP ini berisis gambaran secara menyeluruh tentang materi dan juga kegiata yang akan dilaksanakan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam dilihat secara lengkap pada lampiran 5

c. Lembar Diskusi Siswa (LDS)

Lembar Diskusi Siswa digunakan untuk membantu siswa dalam mempermudahkan siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan, dan siswa akan menjawab pertanyaan tersebut kemudian mempresentasikannya didepan kelas. Lembar Diskusi Siswa dan Lembar

Kerja Siswa dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 7 2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Kuisioner, Lembar Observasi, dan Tes

a. Kuisioner

Dalam penelitian ini, akan digunakan kuisioner tertutup, yakni kuisioner yang disusun dengan menyediakan jawaban lengkap, sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada


(66)

jawaban yang dipilih. Kuisioner ini akan diberikan kepada siswa pada akhir siklus I dan siklus II. Kuisioner/angket ini digunakan untuk mengukur minat awal siswa terhadap pembelajaran biologi. Pada penelitian ini, kuisioner berisi 20 pernyataan yang masing-masing pertanyaan terdiri dari empat pilihan jawaban alternatif. Pilihan jawaban alternatifnya yaitu :

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS)

3. Setuju (S)

4. Sangat Setuju (SS)

Kuisioner yang digunakan pada penelitiaan ini untuk mengukur minat belajar siswa terhadap pelajaran biologi pada materi phylum Platyhelminthes, Nemathelminthes dan Annelida dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray (TSTS). Kuisioner juga disusun berdasarkan indikator

indikator keberhasilan yang ingin dicapai. Indikator-indikator tersebut meliputi aspek kepuasan, ketertarikan dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Aspek yang akan dinilai dalam kuisioner ini adalah berkaitan dengan ketertarikan, kepuasan, antusias dan perhatian siswa

Kisi-kisi kuisioner untuk mengukur minat siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(67)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Minat Awal Belajar Siswa No Indikator Minat Belajar

Bentuk Pernyataan Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

1 Ketertarikan 1, 2 3, 4

2 Kesiapan 5, 6, 7 8, 9, 10

3 Kepuasan 11 12

4 Antusias 13, 14 15, 16

5 Perhatian 17, 18 19, 20

Jumlah Pernyataan 20

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner Minat Akhir Belajar Siswa No Indikator Minat Belajar

Bentuk Pernyataan Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

1 Ketertarikan 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8

2 Kesiapan 9 10

3 Kepuasan 11 12

4 Antusias 13, 14 15, 16

5 Perhatian 17, 18 19, 20

Jumlah Pernyataan 20

Lembar Kuisioner minat awal dan minat akhir siswa dapat dilihat lebih lengkap pada lampiran.

b. Lembar Observasi

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi langsung. Observasi langsung pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara langsung sikap


(68)

dan perilaku siswa selama proses diskusi dan pembelajaran berlangsung, tingkat partisaipasi siswa dalam mengikuti pelajaran serta proses kegiatan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran pada materi phylum Platyhelminthes, Nemathelminthes dan

Annelida berlangsung.

Kegiatan observasi ini akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, observasi dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan (siklus) untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran siswa didalam kelas. Tahap kedua dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung (saat pelaksanaan tindakan). Kisi-kisi lembar observasi siswa dapat dilihat pada lampiran 10 dan lembar observasi siklus I dan II dapat dilihat secara lengkap pada lampiran

11

c. Tes

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda dan uraian.

1. Pre-test

Pre-test ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh peserta didik. Kegiatan pre-test ini dilakukan oleh guru pada saat akan memulai memberikan materi ajar yang baru. Pre-test pada penelitian ini dilengkapi pula dengan kisi-kisi soal. Kisi-kisi dapat dilihat


(69)

secara lengakap pada lampiran 12, soal-soaal pre-test dapat dilihat pada lampiran 15

2. Post-test

Test akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Post-test dilaksanakan untuk mengetahui semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai sebaik-baiknya oleh para peserta didik atau belum. Post-test pada penelitian ini dilakukan setelah proses pembelajaran selesai (diakhir siklus). Post-test pada penelitian ini juga dilengkapi dengan kisi-kisi soal post-test siklus I yang dapat dilihat pada lampiran 13, soal-soal post-test siklus I pada lampiran 16. Kemudian, kisi-kisi post-test siklus II dapat dilihat pada lampiran 14, soal-soal post-test siklus II pada lampiran 17.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pembahasan mengenai analisis kualitatif dan kuantitatif dapat adalah sebagai berikut :

1. Deskriptif Persentase

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah analisis deskriptif persentase. Deskriptif persentase ini akan diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden yang ada dikali 100% (Sudjana, 2001) dengan rumus sebagai berikut :


(70)

Keterangan :

P : Persentase f : Frekuensi

N : Jumlah Responden 100% : Bilangan Tetap

Analisis Deskriptif Persentase ini digunakan untuk mencari persentase nilai siswa pada ranah kognitif pada post-test siklus I dan II serta persentase perhitungan jumlah minat pada lembar kuisioner siswa serta lembar observasi pada ranah afektif siswa.

2. Analisis Kualitatif

Metode Analisis Kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan secara cermat, mendalam dan rincisehingga dapat mengumpulkan data yang sangat lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang meunjukkan kualitas sesuatu (Arifin, 2009 ). Metode penelitian kualitatif pada penelitian ini digunakan dengan cara mengambil kesimpulan dari hasil kuisioner, hasil observasi, hasil refleksi guru dan siswa terkait pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

3. Metode Kuantitatif

Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan data dalam bentuk angka-angka yang sifatnya kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif pada penelitian ini


(71)

diambil dari hasil kuisioner, hasil observasi, nilai tes siswa (pre-test, post-test siklus I dan post-test siklus II), serta hasil observasi siswa. Cara menganalisis data secara kuantitatif untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

a. Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif 1) Pre-test dan Post-test

Soal pre-test diberikan pada awal pembelajaran. Soal pre-test dan post-test terdiri dari 15 soal Pilihan Ganda dan soal uraian. Pemberian skor untuk jawaban pilihan ganda yang salah dan yang benar adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Penetapan Skor Pilihan Ganda

Skor Keterangan

0 Jika jawaban salah atau tidak ada jawaban

1 Jika jawaban benar

Sementara soal uraian bobot soal menyesuaikan jenis soal yang diberikan serta rubrik penilaian yang telah dibuat sebelumnya. 2) Analisa Ketuntasan

Nilai akhir setiap post test didapatkan dari penjumlahan skor pilihan ganda dan uraian. Nilai yang diperoleh dari hasil tes (pre-test dan post-test) akan dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMA Negeri 1 Depok yaitu 75. Jika nilai siswa < 75 maka siswa dinyatakan tidak tuntas, dan jika nilai siswa ≥ 75 maka siswa dinyatakan tuntas. Adapun


(72)

rumus yang digunakan dalam mencari nilai ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut :

Cara untuk mencari nilai ketuntasan individu adalah sebagai berikut (Arifin, 2009) :

Cara untuk mencari nilai rata-rata kelas adalah sebagai berikut (Arifin, 2009) :

Cara mencari nilai ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut (Arifin, 2009) :

b. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif

Untuk analisa pada ranah afektif, peneliti menggunakan lembar observasi. Observasi dugunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya (Sudjana, 2010).


(73)

Langkah-langkah dalam menganalisis data observasi adalah sebagai berikut :

1. Pemberian skor

2. Lembar observasi yang diisi oleh observer kemudian dihitung jumlah skor nya. Panduan penskoran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.5. Panduan Penskoran Afektif Siswa

Alternatif Jawaban Skor

Kurang Sekali 1

Cukup Baik 2

Baik 3

Sangat Baik 4

Cara menilai hasil observasi skor siswa adalah sebagai berikut (Arifin, 2009) :

Kemudian, skor pada kegiatan observasi pada ranah afektif akan dikategorikan. Kategori afektif siswa dapat dilihat pada tabel Tabel 3.6. Kategori Persentase Hasil Observasi Siswa Aspek Afektif (Arikunto, 2008)

Persentase yang diperoleh Keterangan 66,68 ≤ q ≤ 100 Tinggi 33,34 ≤ q ≤ 66,67 Sedang


(1)

288

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

289

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

290

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

291

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

292

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

293

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

Penerapan metode pembelajaran two stay two stray (tsts) pada materi sistem imun dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta.

0 0 273

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Mojolaban.

0 0 18

PenGARUH MOdel PeMBelAJARAn kOOPeRATIF TIPe TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TeRHAdAP HASIl BelAJAR IPA

0 0 5