faktor pendukung
dan kendala-kendala
dalam penerapan
metode pembelajaran Two Stay Two Stray TSTS:
1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif
Hasil belajar yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi 2 aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, aspek kognitif siswa dapat dilihat dari nilai posttes1 dan posttes2.
Gambar 4.10. Grafik Peningkatan Nilai Posttes 1 dan Posttes 2. Berdasarkan gambar 4.10, terlihat adanya peningkatan dari posttes
1 ke posttes 2 baik dilihat dari nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah maupun prosentase ketuntasan. Nilai rata-rata yang dicapai kelas XI MIA
1 pada materi sistem imun selama posttes 1 belum menunjukkan ketuntasan KKM yaitu 75. Hal ini karena nilai yang paling banyak
diperoleh kelas XI MIA 1 yaitu 30 sebanyak 6 siswa. Selain itu, saat mengerjakan soal posttes 1 Kamis 21 Mei 2015 kondisi siswa sebelumnya
telah melaksanakan ulangan harian mata pelajaran kimia. Sehingga kesiapan dalam menerima pelajaran selanjutnya masih agak kurang
47,74 74,76
75,83 89,23
30 50,77
11,11 77,78
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Posttes 1 Posttes 2
Nilai Rata-Rata Nilai Tertinggi
Nilai Terendah ketuntasan
semangat. Selain itu respon siswa dalam proses pembelajaran kurang seperti kurang memperhatikan saat penjelasan guru maupun siswa yang
sedang presentasi dan adanya yang ribut dengan teman lainnya. Adanya ulangan harian Kimia sebelum mata pelajaran Biologi ini
merupakan salah satu faktor yang membuat kesiapan belajar selanjutnya menjadi berkurang. Sehingga respon siswa terhadap belajar Biologi
menjadi berkurang seperti malas, tidak mendengarkan peneliti atau siswa lainnya yang presentasi, bermain game. Namun peneliti berusaha untuk
membuat situasi kelas yang kondusif untuk belajar. Kondisi siswa seperti itu diperkuat oleh Cronbach sebagai
penganut aliran behaviorisme dalam Suyono dan Hariyanto 2011 yang menyatakan tujuh unsur utama dalam proses belajar salah satunya adalah
kesiapan, situasi dan respon. Kesiapan, situasi dan respon siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Siswa yang mempunyai kesiapan
yang tinggi kemudian situasi belajarnya mendukung akan menghasilkan respon yang baik dalam proses belajar.
Posttes 1 dilaksanakan pada siklus I pertemuan kedua. Siswa mengerjakan Lembar Kerja dan bertamu membutuhkan waktu yang cukup
lama. Kemungkinan lain inilah yang dapat menyebabkan hasil posttes 1 kurang memenuhi KKM yaitu kekurangan waktu dalam mengerjakan soal
posttes tersebut. Sehingga siswa mengerjakan soal posttes dengan terburu- buru. Dilihat saat mengerjakan soal posttes 1 ada beberapa siswa yang
tidak mengerjakan dan mereka gunakan untuk bermalas-malasan tidur,
sehingga peneliti menghampiri dan menyuruhnya untuk mengerjakan soal posttes tersebut. Dalam hal ini kesiapan siswa dalam mengerjakan soal
posttes masih kurang. Hal inilah yang menyebabkan hasil posttes 1 siswa belum mencapai KKM 75.
Dari hasil belajar posttes 1 diadakan perbaikan pada tahap refleksi, sehingga diadakan posttes 2 yang dilaksanakan pada akhir siklus II. Hasil
yang diperoleh pada posttes 2 mengalami peningkatan dalam hal nilai rata- rata, nilai tertinggi, nilai terendah maupun prosentase ketuntasan. Namun
dalam hal nilai rata-rata pada posttes 2 yaitu 74,76 belum sesuai dengan nilai rata-rata yang telah ditentukan pada indikator keberhasilan penelitian
yaitu 77 pada akhir siklus II. Peningkatan nilai pada posttes 2 yaitu beberapa siswa yang pada siklus I tidak mengerjakan dan mereka gunakan
untuk tidur saat mengerjakan soal posttes 1, pada posttes 2 siswa mau mengerjakan.
Faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu adanya kemauan siswa dalam memperbaiki
nilai yang kurang. Siswa yang belum mencapai KKM 75 mempunyai keinginan untuk berlomba-lomba dalam mendapatkan nilai yang terbaik.
Hal ini diperkuat oleh Cronbach dalam Suyono dan Hariyanto 2011 yang menyatakan reaksi terhadap kegagalan dalam unsur belajar yang dapat
menurunkan semangat, motivasi, memperkecil usaha-usaha selanjutnya. Namun reaksi terhadap kegagalan juga dapat membawa dampak positif
bagi siswa yang ingin belajar dari kegagalannya. Selain itu faktor minat
dalam pembelajaran materi sistem imun dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray TSTS cukup. Hal ini dibuktikan dengan perolehan
dari kuesioner siswa dengan kategori tinggi sebesar 40,74 dan sedang sebesar 59,26.
Selain itu faktor ekternal yang menyebabkan hasil belajar yaitu waktu yang digunakan dalam mengerjakan soal posttes sedikit, karena
tersita saat mengerjakan Lembar Kerja dan melaksanakan kegiatan bertamu. Selain waktu, materi sistem imun merupakan materi yang cukup
sulit menurut siswa, karena materi sistem imun menggunakan bahasa asing atau bahasa ilmiah. Saat melakukan kegiatan bertamu, siswa cenderung
tidak bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Sehingga pada saat mengerjakan soal posttes yang pertanyaannya hampir sama dengan yang
ada di Lembar Kerja, ada beberapa siswa yang tidak bisa menjawab.
2. Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif