berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan akademis sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan
akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga
memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa
membantu anggota kelompok lain.
D. Materi Sistem Imun
Kompetensi yang akan dicapai melalui materi pembelajaran sistem imun dalam penelitian ini adalah Kompetensi Dasar 3.14 mengaplikasikan
pemahaman tentang prinsip –prinsip sistem imun untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dengan kekebalan yang dimilikinya melalui program imunisasi sehingga dapat terjaga proses fisiologi di dalam tubuh serta
kompetensi dasar 4.16 menyajikan data jenis-jenis imunisasi aktif dan pasif dan jenis penyakit yang dikendalikannya. Dengan materi pokok pembelajaran
Sistem Pertahanan Tubuh, berdasarkan Kurikulum 2013. Secara umum materi yang akan dipelajari dalam bab sistem imun atau sistem pertahanan tubuh ini
adalah 1.
Fungsi sistem pertahanan tubuh
2.
Mekanisme pertahanan tubuh, yang meliputi :
a.
Pertahanan nonspesifik alamiah
b.
Pertahanan spesifik adaptif
3.
Faktor yang mempengaruhi sistem pertahanan tubuh
4.
Gangguan sistem pertahanan tubuh
Irnaningtyas, 2014.
E. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk pengembangan
terhadap penelitian yang dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan oleh Susilomurti 2014 tentang
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem
Reproduksi XI IPA 2 SMA Negeri 4 Yogyakarta”. Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek aktivitas belajar siswa pada siklus I memiliki kategori
tinggi sebesar 95,65; kategori sedang sebesar 4,35 dan kategori rendah sebesar 0. Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil dengan kategori tinggi
100. Ketercapaian KKM pada siklus I yakni 13,04 sedangkan pada siklus II sebesar 60,86. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata dari 65,22
menjadi 78,26. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mahyuni 2013 tentang
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray TSTS terhadap Hasil Belajar Kimia Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Selemadeg Ditinjau dari Gaya Berpikir”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Two Stay
Two Stray memiliki nilai rata-rata 62,5 sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki rata-rata 55,125. Jadi terdapat
perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran kimia tipe TSTS secara keseluruhan terbukti lebih baik dan efektif dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional. Selain itu terdapat penelitian relevan lainnya yang dilakukan oleh
Ruhama 2012 tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK N 1 Yogyakarta Tahun Ajaran
20112012 ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada siklus I sampai siklus II. Hal ini
dibuktikan dengan aktivitas belajar siswa saat proses pembelajaran pada siklus I 68.85, sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 95. Selain itu,
terdapat peningkatan terhadap hasil pretest dan posttest tiap siklusnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil pretest siswa pada siklus I sebesar 57.22 meningkat
pada siklus II menjadi 76.14 sedangkan hasil post test pada siklus I sebesar 79.9 meningkat pada siklus II menjadi 86.17.
F. Kerangka Berpikir