QFD membutuhkan waktu : waktu yang dibutuhkan dalam melakukan Metode-metode Statistik yang Dipakai

produk secara keseluruhan dan sebaliknya. Tingkat kepentingan atribut yang diukur dengan metode tidak langsung biasa disebut revealed importance. Model Klein Cohen. L, 2000 menggunakan reved importance dan stated importance tiap atribut untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi empat kategori, yaitu : 1. Kebutuhan yang diharapkan Expected needs : high stated importance dan low revealed importance. 2. Kebutuhan impact rendah Low-impact needs : high stated importance dan low revealed importance. 3. Kebutuhan impact tinggi High-impact needs : high stated importance dan high revealed importance. 4. Kebutuhan yang tersembunyi Hidden needs : low stated importance high revealed importance. Menurut Kano untuk memuaskan pelanggan maka perusahaan harus mengetahui dan mengerti bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Ada 3 jenis kebutuhan pelanggan dari sebuah produk yang perlu dipertimbangkan, yaitu : 1 . Revealed Requirements One Dimensional Quality Kebutuhan ini merupakan jenis kebutuhan yang dapat perusahaan tanyakan kepada konsumen apa yang mereka inginkan. Tingkat kepuasan mereka berbanding lurus dengan proposional dengan tingkat pemenuhan pelayanan yang diberikan perusahaan. Pelanggan semakin puas jika dikurangi. Misalnya, pelayanan delivery yang cepat, semakin cepat pelanggan semakin puas atau sebaliknya semakin tidak puas jika terlambat.

2. Expected Requirements Basic Functional Quality

Jenis kebutuhan ini merupakan jenis kebutuhan mendasar yang kadang- kadang tidak diungkapkan oleh konsumen kecuali perusahaan gagal memberikannya. Kebutuhan ini merupakan harapan mendasar basic expectation yang mutlak dipenuhi. Tidak dipenuhi kebutuhan ini sangat tidak puas lah pelanggan. Namun terpenuhinya kebutuhan ini tidak lagi menjadi nilai lebih bagi produk tersebut. Karena kebutuhan ini mutlak dipenuhi. 3 . Exciting Requirements Exciting Quality Merupakan jenis kebutuhan yang sangat sulit ditemukan, karena kebutuhan ini melebihi harapan-harapan pelanggan. Produk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan ini tidak menyebabkan pelanggan merasa tidak puas, tetapi sebaliknya produk yang dapat memenuhi kebutuhan ini akan memberikan nilai lebih bagi produk tersebut. Contohnya pelayanan bank 24 jam akan menyenangkan pelanggan, walaupun pelayanan dari 08.00 – 17.00 jam kerja sudah cukup bagi pelanggan. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi pelanggan, namun pelanggan tidak menuntut pemenuhan kebutuhan ini. Oleh karena itu perusahaan sendiri yang harus menyelidiki permasalahan yang dihadapi pelanggan serta peluang untuk memberikan pemenuhan kebutuhan ini. Konsep mengenai kebutuhan ini dalam Model–Kano seperti diperlihatkan pada Gambar 2.4 dibawah ini. Satisfaction Excited Revealed unspoken Requirement Fulfilled Requirement Unfulfilled Expected Unspoken Disatisfaction Model Kano ini merupakan model yang bersifat dinamis, karena selalu berubah sejalan dengan waktu. Akibat persaingan dan perkembangan teknologi kebutuhan yang termasuk dalam Exited Requirement bisa bergeser menjadi Expected Requirement. Pada waktu feature yang bersifat excited dikeluarkan oleh sebuah perusahaan, feature ini langsung ditiru oleh semua pesaing, sehingga pada akhirnya pelanggan merasakan bahwa feature tersebut harus ada pada setiap produk sejenis. Contohnya, sebuah televisi yang memiliki feature penyalaan otomatis, pada awalnya merupakan exciting requirement karena pelanggan tidak perlu lagi penyalaan secara manual. Namun setelah semua pembuat televisi memberikan feature yang sama maka pelanggan akan merasakan bahwa semua televisi harus memiliki feature ini Gambar 2.4 The Kano Model Cohen. L, 2000 : 37

2.4.6 Mengumpulkan Data Kualitatif

Untuk membuat keputusan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pengembang produk harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari pelanggan, dan mereka harus bisa membedakan kebutuhan pelanggan sesungguhnya dengan solusi teknisnya. Dan mengumpulkan data kualitatif bisa dilakukan dengan wawancara satu persatu, wawancara fokus group atau Contextual Inquiry

2.4.7 Diagram Afinitas

Diagram afinitas merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang bersifat kualitatif dan terstruktur secara hirarkis, dimana korelasi antara informasi-informasi yang dapat didasarkan pada intuisi team yang berkompeten dalam proses QFD, sumber ide dalam affinity diagram berasal dari sumber internal dan eksternal. Ide yang datangnya dari sumber internal diperoleh dari proses brainstorming oleh anggota team QFD, dimana proses tersebut tidak diawali adanya data yang mendukung. Tujuan dari brainstorming ini lebih diarahkan pada pemahaman sesama anggota team terhadap permasalahan yang ada. Ide eksternal diperoleh dari kenyataan yang ada yang umumnya diidentifikasikan dari konsumen.

2.4.8 Menyusun Rumah Kualitas House of Quality

Seperti penjelasan sebelumnya, proses QFD melibatkan pembuatan matriks-matriks, matriks pertama adalah matriks rumah mutu House of Quality – HOQ. HOQ adalah bagian penting dalam QFD. Gambar 1 merupakan diagram yang menggambarkan the House of Quality. Gambar 2.5 merupakan diagram rumah kualitas bagian-bagiannya, dari A sampai F mengekspresikan aspek tertentu dari proses perencanaan suatu produk, jasa, atau proses baru yang terstruktur dan sistematis. Urutan pengisian matriks disesuaikan dengan urutan huruf yang tercantum pada diagram tersebut. Gambar 2.5 Rumah Kualitas Gambar 2.5 Rumah Kualitas Bagian A , merupakan bagian yang berisi daftar terstruktur dari kebutuhan dan keinginan pelanggan terhadap produk atau jasa yang sedang direncanakan. Bagian yang disebut “What” ini disusun berdasarkan suara pelanggan the voice of the customer. The voice of the customer adalah pernyataan atau fragmen dari suatu pernyataan yang dibuat oleh pelanggan atau pelanggan potensial. Cara yang didapat dipakai untuk mendapatkan the voice of the customer adalah dengan melakukan wawancara dengan pelanggan atau dengan mengumpulkan data-data keluhan pelanggan. D Hubungan Pengaruh persyaratan teknis terhadap kebutuhan konsumen E Korelasi Persyaratan Teknis C. Persyaratan Teknis A Kebutuhan dan keinginan konsumen B Matriks Perencanaan Penelitian pasar dan perancangan strategis F Matriks Persyaratan Teknis Urutan tingkat kepentingan daya saing dan target untuk persyaratan teknis Cohen. L, 2000 : 12 Bagian B , yang disebut sebagai matriks perencanaan planning matrix, berisi tiga tipe informasi, yaitu : § Quantitative market data yang menunjukkan relative importance dari kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap apa yang ditawarkan organisasi dan terhadap apa yang ditawarkan oleh kompetitor. § Strategic goal untuk produk atau jasa baru. § Perhitungan untuk meranking kebutuhan dan keinginan pelanggan. Kolom-kolom yang terdapat dalam planning matrix adalah sebagai berikut :

1. Importance to the customer, merupakan kolom yang mencatat seberapa

penting tiap kebutuhan yang terdaftar pada bagian A bagi pelanggan. Ada tiga tipe data kepentingan yang biasanya digunakan, yaitu tingkat kepentingan absolut Absolute Importance, tingkat kepentingan relatif Relative Importance dan tingkat kepentingan ordinal Ordinal Importance. a. Absolute Importance : tingkat kepentingan ini biasanya dipilih dan sekali kepentingan, dimana titik-titik pada skala telah diketahui dalam range dari 3 sampai 10. Tapi umumnya digunakan dalam 5 skala, seperti contoh berikut : • Sangat tidak penting bagi pelanggan. • Tidak penting bagi pelanggan. • Cukup penting bagi pelanggan. • Penting bagi pelanggan. • Sangat penting bagi pelanggan. Kelemahan dari tingkat kepentingan adalah kecenderungan responden pelanggan untuk merata-ratakan semua menjadi penting b. Relative Importance : tingkat kepentingan ini merefleksikan bahwa satu kebutuhan dua kali lebih penting dibanding kebutuhan lainnya bagi pelanggan. Nilai kepentingan ini biasanya dalam 100 skala atau dalam suatu skala prosentase. Skala 100 mengidentifikasikan tingkat kepentingan yang setinggi mungkin bagi pelanggan. Tingkat kepentingan ini sering kali disebut skala rasio, dimana pelanggan diminta untuk membandingkan suatu atribut dengan lainnya dan menentukan tingkat kepentingannya. c. Ordinal Importance : tingkat kepentingan ini meminta responden untuk mengurutkan data, sehingga jika dibandingkan dengan metode perbandingan berpasangan mempunyai kelebihan dalam hal kekonsistenan dalam membuat keputusan. Namun kerugian dari proses ini adalah ketidak praktisannya. Contohnya jika survei lewat telepon dilakukan, responden kesulitan dalam menyesuaikan atribut yang lebih dari tujuh, selain itu skala kepentingan ordinal jika dikalikan dengan nilai lainnya dalam matriks perencanaan, cenderung membuat Raw Weight terbesar menjadi sangat besar jika dibandingkan Raw Weight yang lebih rendah. Sehingga membuat team akan jauh lebih menekankan kebutuhan pelanggan yang paling penting dibandingkan yang tidak penting.

2. Customer satisfaction performance, yaitu kolom yang berisi persepsi

pelanggan tentang seberapa baik produk atau jasa yang ada saat ini dalam memenuhi kebutuhan mereka.

3. Competitive satisfaction performance, yaitu agar menjadi kompetitif team

harus mengerti kompetisi. Banyak team biasanya tidak mempelajari saingannya dengan baik, karena tentu saja lebih sulit untuk menjangkau pelanggan pesaing dibandingkan pelanggannya sendiri. QFD sendiri menyediakan rekaman kekuatan dan kelemahan pesaingnya, dalam dua level kepentingan yang pertama pada Customer Needs pada Competitive Satisfaction, dan yang kedua pada Respon Teknis SQC pada benchmarking.

4. Goal, yaitu pada kolom ini team memutuskan apa level dari Customer

performance yang ingin dicapai guna memenuhi setiap kebutuhan pelanggan. Goal ini biasanya dinyatakan dalam bentuk skala numeric yang sama dengan tingkat performansi.

5. Improvement Ratio, yaitu suatu ukuran yang menyatakan besarnya usaha

yang dibutuhkan untuk mencapai customer satisfaction performance yang ditargetkan. Cohen. L, 2000 : 110 Improvement ratio = e performanc on satisfacti current goal _ _

6. Sales Point, yaitu berisi informasi seberapa mampu kebutuhan-kebutuhan

yang telah disebutkan oleh pelanggan pada bagian A tersebut dalam memberikan nilai jual pada produk atau jasa yang direncanakan. Nilai yang umum digunakan untuk menunjukkan sales point adalah sebagai berikut : 1 = no sales point 1.2 = medium sales point 1.5 = strong sales point

7. Raw Weight = Importance to customer x Improvement ratio x Sales

point. Nilai ini menunjukkan tingkat kepentingan dari masing-masing kebutuhan bagi development team.

8. Normalized Raw Weight

Kolom ini berisi nilai Raw Weight, di skalakan pada range antara 0 sampai 1 atau dinyatakan dalam persentasi. Nilai dari Normalized Raw Weight adalah sebagai berikut : Cohen. L, 2000 : 117 Normalized Raw Weight = Total Weight Raw Weight Raw _ _ _ Bagian C , berisi persyaratan-persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan. Data ini diturunkan berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen matriks A. Bagian D , berisi penilaian manajemen mengenai kekuatan hubungan antara elemen-elemen yang terdapat pada bagian persyaratan teknis matriks C terhadap kebutuhan konsumen matriks A yang dipengaruhinya. Kekuatan hubungan ini disebut sebagai the impact of the substitute quality characteristic SQC on the customer need dan terdiri dari empat kemungkinan, yaitu : • Customer satisfaction performance terhadap kebutuhan tertentu not linked to the SQC, artinya perubahan SQC tidak akan menyebabkan perubahan customer satisfaction performance terhadap kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kebutuhan ini adalah 0 dan tanpa simbol. • Customer satisfaction performance terhadap kebutuhan possibly linked to the SQC, artinya perubahan yang relatif besar pada SQC akan menyebabkan sedikit atau tidak ada perubahan pada customer satisfaction performance terhadap kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kemungkinan ini adalah 1 dan simbolnya adalah segitiga ∆ . • Customer satisfaction performance terhadap suatu kebutuhan moderately linked to the SQC, artinya perubahan yang relatif besar pada SQC akan menyebabkan perubahan, tetapi bukan perubahan yang berarti, pada customer satisfaction performance terhadap kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kemungkinan ini adalah 3 dan diberi sombol lingkaran Ο . • Customer satisfaction performance terhadap suatu kebutuhan strongly linked to the SQC, artinya perubahan yang relatif kecil pada SQC akan menyebabkan perubahan yang signifikan pada customer satisfaction performance terhadap kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kemungkinan ini adalah 9, atau 3 atau 1 dan diberi simbol n , Ο , ∆ . Nilai relationship antara technical response dengan customer satisfaction performance on need didapat dengan mengalikan nilai numeric the impact of the SQC dengan normalized raw weight. Nilai ini kemudian ditempatkan diatas diagonal sel. Tabel 2.1 Derajat Hubungan Relationship Matrix Hubungan Kuantitatif Kualitatif WHATs dengan HOWs Tingkat Hubungan kuat Hubungan sedang Mungkin ada hubungan Tidak ada hubungan Bobot 9 3 1 Simbol Lingkaran padat n Lingkaran terbuka Ο Segitiga terbuka R Kosong Bagian E , menunjukkan korelasi antar persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan-persyaratan teknis yang lain yang terdapat dalam matriks C. Bagian ini mempunyai arti yang sangat penting. Bagian ini membantu bagian-bagian dalam organisasi atau orang-orang dalam organisasi untuk berkomunikasi selama proses pengembangan. Bagian atau orang yang bertanggung jawab atas suatu SQC, jika akan melakukan suatu perubahan, akan mengetahui bagian mana atau siapa saja yang akan terpengaruh dengan perubahan tersebut. Untuk menambah kelengkapan informasi, ada baiknya jika dibuat responsibility matrix. Sisi kiri dari matriks ini menunjukkan SQC, sedangkan sisi atas menunjukkan tim-tim yang ikut bertanggung jawab selama proses pengembangan. Setiap sel matriks ini diisi dengan symbol yang menunjukkan hubungan antara tim dengan SQC. Tabel 2.2 Derajat Hubungan Korelasi Teknis Simbol Pengertian n Ο blank X Pengaruh positif sangat kuat Pengaruh positif cukup kuat Tidak ada pengaruh Pengaruh negatif cukup kuat Pengaruh negatif sangat kuat Bagian F , Berisi tiga jenis data, yaitu : • Urutan tingkat kepentingan ranking persyaratan teknis. • Informasi hasil perbandingan kinerja persyaratan teknis produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap kinerja produk pesaing. • Target kinerja persyaratan teknis produk atau jasa yang baru dikembangkan.

2.4.9 Rekayasa Teknis Substitute Quality Characteristic SQC

Dalam memunculkan SQC ini terdapat beberapa cara yaitu Performance Measurement, Product Function, Product Subsystem dan Process Step. Tahap ini sangat menentukan langkah-langkah selanjutnya.

2.4.9.1 Pengukuran Performansi Tingkat Atas Top-Level Performance

Measurement Bahasa yang paling berharga untuk SQC adalah bahasa pengukuran performansi. Ini merupakan pengukuran dimana team pengembang didorong langsung dari kebutuhan pelanggan. Seharusnya cukup umum untuk diaplikasikan pada sebuah produk tanpa memperhatikan implementasi yang spesifik. Metode standart mengembangkan pengukuran performansi dimulai dengan atribut-atribut pelanggan. Tiap atribut tersebut mendefinisikan ukuran-ukuran dan mendefinisikan pengukurannya. Merupakan proses dimana pengembang menetapkan relevansi dan hubungan antara pengukurannya dengan persepsi pelanggan. Dalam hal ini team mengubah setiap Customer Need menjadi ukuran performansi teknis. Untuk setiap atribut didefinisikan satu atau beberapa pengukuran performansi teknis. Untuk tiap pengukuran sebaiknya dipastikan dapat diukur saat produk dikembangkan dan dapat dikontrol team pengembang. Team seharusnya dapat memutuskan secara efektif guna menyesuaikan pengukuran. Cara terbaik berfikir tentang pengukuran adalah ibarat knop yang dapat dikendalikan team guna mempengaruhi tingkat performansi kepuasan pelanggan.

2.4.9.2 Fungsi-fungsi Produk Product Function

Pendekatan yang berbeda dalam mendefinisikan SQC adalah menempatkan fungsi-fungsi produk atau proses sepanjang atap House of Quality. Penggunaan fungsi ini jadi tepat jika ada kondisi-kondisi ukuran-ukuran performansi sebagai berikut : • Konsep produk telah ditetapkan. Banyak versi yang sukses dari suatu produk sudah ada di lapangan, dan QFD digunakan untuk meningkatkan penawaran sebelumnya. • Team pengembang kekurangan waktu atau ketertarikan dalam mengembangkan dan memprioritaskan ukuran-ukuran performansi. Karena prioritas dari ukuran-ukuran performansi tidak mendefinisikan sifat-sifat produk Product’s Features, proses QFD harus digunakan sekurang- kurangnya sekali untuk menterjemahkan ukuran-ukuran performan yang diprioritaskan menjadi sifat-sifat yang diprioritaskan. Langkah-langkah ekstra ini banyak menghabiskan waktu dan tidak selalu berharga. Beberapa team pengembang, tidak biasa menggunakan pengukuran performan dalam proses pendefinisian produk. Untuk team ini, pengukuran performan mungkin menyebabkan team tersebut hanya melihat dari apa yang mereka kerjakan. Saat mengerjakan Customer Needs secara langsung ke dalam fungsi-fungsi menurunkan kesempatan pemecahan ide-ide, team yang tidak bisa menggunakan ukuran-ukuran performansi mungkin lebih baik melakukan suatu translasi.

2.4.9.3 Benchmarking

Benchmarking merupakan salah satu alat peningkatan kualitas. Terdapat istilah benchmark dan bencmarking. Benchmark didefinisikan sebagai suatu standart dimana sebuah item dapat diukur atau dinilai. Benchmarking adalah sebuah cara sistematis untuk mengidentifikasikan, memahami dan secara kreatif menciptakan pengembangan produk, jasa, desain peralatan, proses dan diterapkan untuk meningkatkan performansi suatu organisasi. Benchmarking adalah kegiatan yang tergabung dalam aktivitas fungsi perusahaan kompetitor dan non kompetitor dalam usaha memperbaiki proses produksi dan produk non perusahaan. Benchmarking adalah suatu proses berkelanjutan kontinu dalam mengukur produk, jasa dan dilakukan untuk menghadapi melawan kompetitor yang kuat atau perusahaan-perusahaan yang terkenal sebagai industry leader. Strategi Benchmarking difokuskan baik pada penerapan dan performansi terbaik best practica and performance dan pengukuran measurement. Teknik benchmarking sangat erat hubungannya dengan pengumpulan data dan analisis. Sejumlah sumber data yang dapat digunakan untuk mengembangkan benchmarking yaitu : publikasi dan data base asosiasi professional, literature, presentasi konferensi, literature produk, survey dll. Kebutuhan data aktual akan tergantung pada tipe produk atau jasa yang sedang dianalisis. Melalui proses benchmarking diharapkan akan diperoleh hasil dengan daya saing tinggi, produktivitas lebih tinggi, biaya yang lebih rendah, lebih memuaskan pelanggan dan dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

2.5 Metode-metode Statistik yang Dipakai

Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan berguna dalam analisa dan pengambilan keputusan lebih lanjut data-data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu penyelesaiannya. Dalam hal ini metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain :

a. Metode Bernoulli

Untuk menentukan jumlah sample atribut penelitian, maka digunakan perhitungan Bernoulli ukuran sample minimum. Didapat dari perhitungan Bernoulli rumus sebagai berikut : Walpole Ronald E, 2000 : 262 2 2 2 . e q p Z n α ≥ Dimana ; n = Jumlah sample minimum α = Tingkat signifikansi 0.95 z = Nilai distribusi normal e = Tingkat kesalahan p = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap benar q = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap salah

b. Validitas

Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur test dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan rumus korelasi produk moment Singarimbun, 2005 : 137 : { } 2 1 2 2 2 2 ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − = y y N x x N y x xy N r Dimana ; x = skor tiap-tiap variabel y = skor tiap respon n = jumlah responden Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r.

c. Keandalan Reliability

Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Artinya hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Rumus untuk koefisien variansi dengan α Cronbrach adalah : Safirin M.T, 2002 : 44 r k r k × − + × = 1 1 α dimana : k = jumlah variabel yang dianalisis r = rata-rata korelasi antar variabel

2.6 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah :

1. Aprilia Dita, 2005, Pengembangan Produk Dengan Fokus Kebutuhan Konsumen CV. Balqis

Queen Surakarta Penelitian ini dibuat oleh Aprilia Dita, ST dalam mengembangkan produk sabun di CV. Balqis Queen Surakarta, dalam penelitian ini penulis mempunyai latar belakang untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat pada produk sabun di pasaran, maka CV Balqis Queen memerlukan strategi agar bisa bertahan. Salah satu strategi persaingan adalah dengan mengembangkan produk. Dalam melakukan pengembangan produk harus berfokus pada konsumen karena apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila tidak berdampak pada peningkatan kepuasan konsumen Tjiptono,2002. Oleh karena itu, pengembangan produk dengan fokus kebutuhan konsumen akan menjadi salah satu strategi untuk memenangkan persaingan. Pengembangan produk sebaiknya menggunakan metode yang terstruktur. Pengembangan produk harus diawali dengan identifikasi kebutuhan

Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Usulan Perbaikan Pelayanan RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan Integrasi Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD)

6 84 159

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : di PT. Oleochem and Soap Industri)

9 100 164

Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : Di PT. Oleochem and Soap Industri)

18 109 164

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

ANALISA KUALITAS PELAYANAN INSTALASI RAWAT INAP DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOETOMO)

1 1 21