produk secara keseluruhan dan sebaliknya. Tingkat kepentingan atribut yang diukur dengan metode tidak langsung biasa disebut revealed importance.
Model Klein Cohen. L, 2000 menggunakan reved importance dan stated
importance tiap atribut untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi empat kategori, yaitu :
1. Kebutuhan yang diharapkan Expected needs : high stated importance dan low
revealed importance.
2. Kebutuhan impact rendah Low-impact needs : high stated importance dan low revealed importance.
3. Kebutuhan impact tinggi High-impact needs : high stated importance dan high revealed importance.
4. Kebutuhan yang tersembunyi Hidden needs : low stated importance high revealed importance.
Menurut Kano untuk memuaskan pelanggan maka perusahaan harus mengetahui dan mengerti bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Ada 3 jenis kebutuhan pelanggan dari sebuah produk yang perlu
dipertimbangkan, yaitu :
1 . Revealed Requirements One Dimensional Quality
Kebutuhan ini merupakan jenis kebutuhan yang dapat perusahaan tanyakan kepada konsumen apa yang mereka inginkan. Tingkat kepuasan
mereka berbanding lurus dengan proposional dengan tingkat pemenuhan pelayanan yang diberikan perusahaan. Pelanggan semakin puas jika dikurangi.
Misalnya, pelayanan delivery yang cepat, semakin cepat pelanggan semakin puas atau sebaliknya semakin tidak puas jika terlambat.
2. Expected Requirements Basic Functional Quality
Jenis kebutuhan ini merupakan jenis kebutuhan mendasar yang kadang- kadang tidak diungkapkan oleh konsumen kecuali perusahaan gagal
memberikannya. Kebutuhan ini merupakan harapan mendasar basic expectation yang mutlak dipenuhi. Tidak dipenuhi kebutuhan ini sangat tidak
puas lah pelanggan. Namun terpenuhinya kebutuhan ini tidak lagi menjadi nilai lebih bagi produk tersebut. Karena kebutuhan ini mutlak dipenuhi.
3 . Exciting Requirements Exciting Quality
Merupakan jenis kebutuhan yang sangat sulit ditemukan, karena kebutuhan ini melebihi harapan-harapan pelanggan. Produk yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan ini tidak menyebabkan pelanggan merasa tidak puas, tetapi sebaliknya produk yang dapat memenuhi kebutuhan ini akan
memberikan nilai lebih bagi produk tersebut. Contohnya pelayanan bank 24 jam akan menyenangkan pelanggan, walaupun pelayanan dari 08.00 – 17.00
jam kerja sudah cukup bagi pelanggan. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi pelanggan, namun pelanggan tidak menuntut pemenuhan
kebutuhan ini. Oleh karena itu perusahaan sendiri yang harus menyelidiki permasalahan yang dihadapi pelanggan serta peluang untuk memberikan
pemenuhan kebutuhan ini.
Konsep mengenai kebutuhan ini dalam Model–Kano seperti diperlihatkan pada Gambar 2.4 dibawah ini.
Satisfaction
Excited Revealed
unspoken Requirement
Fulfilled Requirement
Unfulfilled
Expected Unspoken
Disatisfaction
Model Kano ini merupakan model yang bersifat dinamis, karena selalu berubah sejalan dengan waktu. Akibat persaingan dan perkembangan teknologi
kebutuhan yang termasuk dalam Exited Requirement bisa bergeser menjadi Expected Requirement. Pada waktu feature yang bersifat excited dikeluarkan oleh
sebuah perusahaan, feature ini langsung ditiru oleh semua pesaing, sehingga pada akhirnya pelanggan merasakan bahwa feature tersebut harus ada pada setiap
produk sejenis. Contohnya, sebuah televisi yang memiliki feature penyalaan otomatis, pada awalnya merupakan exciting requirement karena pelanggan tidak
perlu lagi penyalaan secara manual. Namun setelah semua pembuat televisi memberikan feature yang sama maka pelanggan akan merasakan bahwa semua
televisi harus memiliki feature ini Gambar 2.4 The Kano Model
Cohen. L, 2000 : 37
2.4.6 Mengumpulkan Data Kualitatif
Untuk membuat keputusan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pengembang produk harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari
pelanggan, dan mereka harus bisa membedakan kebutuhan pelanggan sesungguhnya dengan solusi teknisnya. Dan mengumpulkan data kualitatif bisa
dilakukan dengan wawancara satu persatu, wawancara fokus group atau Contextual Inquiry
2.4.7 Diagram Afinitas
Diagram afinitas merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang bersifat kualitatif dan terstruktur secara hirarkis, dimana korelasi
antara informasi-informasi yang dapat didasarkan pada intuisi team yang berkompeten dalam proses QFD, sumber ide dalam affinity diagram berasal dari
sumber internal dan eksternal. Ide yang datangnya dari sumber internal diperoleh dari proses
brainstorming oleh anggota team QFD, dimana proses tersebut tidak diawali adanya data yang mendukung. Tujuan dari brainstorming ini lebih diarahkan pada
pemahaman sesama anggota team terhadap permasalahan yang ada. Ide eksternal diperoleh dari kenyataan yang ada yang umumnya diidentifikasikan dari
konsumen.
2.4.8 Menyusun Rumah Kualitas House of Quality
Seperti penjelasan sebelumnya, proses QFD melibatkan pembuatan matriks-matriks, matriks pertama adalah matriks rumah mutu House of Quality –
HOQ. HOQ adalah bagian penting dalam QFD. Gambar 1 merupakan diagram yang menggambarkan the House of
Quality. Gambar 2.5 merupakan diagram rumah kualitas bagian-bagiannya, dari A sampai F mengekspresikan aspek tertentu dari proses perencanaan suatu
produk, jasa, atau proses baru yang terstruktur dan sistematis. Urutan pengisian matriks disesuaikan dengan urutan huruf yang tercantum pada diagram tersebut.
Gambar 2.5 Rumah Kualitas
Gambar 2.5 Rumah Kualitas
Bagian A , merupakan bagian yang berisi daftar terstruktur dari kebutuhan
dan keinginan pelanggan terhadap produk atau jasa yang sedang direncanakan. Bagian yang disebut “What” ini disusun berdasarkan suara pelanggan the voice
of the customer. The voice of the customer adalah pernyataan atau fragmen dari suatu pernyataan yang dibuat oleh pelanggan atau pelanggan potensial. Cara yang
didapat dipakai untuk mendapatkan the voice of the customer adalah dengan melakukan wawancara dengan pelanggan atau dengan mengumpulkan data-data
keluhan pelanggan.
D Hubungan
Pengaruh persyaratan teknis terhadap kebutuhan konsumen
E Korelasi
Persyaratan Teknis
C. Persyaratan Teknis
A Kebutuhan dan keinginan
konsumen B
Matriks Perencanaan Penelitian pasar dan
perancangan strategis F
Matriks Persyaratan Teknis Urutan tingkat kepentingan
daya saing dan target untuk persyaratan teknis
Cohen. L, 2000 : 12
Bagian B , yang disebut sebagai matriks perencanaan planning matrix,
berisi tiga tipe informasi, yaitu : § Quantitative market data yang menunjukkan relative importance dari
kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap apa yang ditawarkan organisasi dan terhadap apa yang ditawarkan oleh
kompetitor. § Strategic goal untuk produk atau jasa baru.
§ Perhitungan untuk meranking kebutuhan dan keinginan pelanggan. Kolom-kolom yang terdapat dalam planning matrix adalah sebagai berikut :
1. Importance to the customer, merupakan kolom yang mencatat seberapa
penting tiap kebutuhan yang terdaftar pada bagian A bagi pelanggan. Ada tiga tipe data kepentingan yang biasanya digunakan, yaitu tingkat
kepentingan absolut Absolute Importance, tingkat kepentingan relatif Relative Importance dan tingkat kepentingan ordinal Ordinal Importance.
a. Absolute Importance : tingkat kepentingan ini biasanya dipilih dan sekali kepentingan, dimana titik-titik pada skala telah diketahui dalam range dari 3
sampai 10. Tapi umumnya digunakan dalam 5 skala, seperti contoh berikut : •
Sangat tidak penting bagi pelanggan. •
Tidak penting bagi pelanggan. •
Cukup penting bagi pelanggan. •
Penting bagi pelanggan. •
Sangat penting bagi pelanggan.
Kelemahan dari tingkat kepentingan adalah kecenderungan responden pelanggan untuk merata-ratakan semua menjadi penting
b. Relative Importance : tingkat kepentingan ini merefleksikan bahwa satu kebutuhan dua kali lebih penting dibanding kebutuhan lainnya bagi
pelanggan. Nilai kepentingan ini biasanya dalam 100 skala atau dalam suatu skala prosentase. Skala 100 mengidentifikasikan tingkat
kepentingan yang setinggi mungkin bagi pelanggan. Tingkat kepentingan ini sering kali disebut skala rasio, dimana pelanggan diminta untuk
membandingkan suatu atribut dengan lainnya dan menentukan tingkat kepentingannya.
c. Ordinal Importance : tingkat kepentingan ini meminta responden untuk mengurutkan data, sehingga jika dibandingkan dengan metode
perbandingan berpasangan mempunyai kelebihan dalam hal kekonsistenan dalam membuat keputusan. Namun kerugian dari proses
ini adalah ketidak praktisannya. Contohnya jika survei lewat telepon dilakukan, responden kesulitan dalam menyesuaikan atribut yang lebih
dari tujuh, selain itu skala kepentingan ordinal jika dikalikan dengan nilai lainnya dalam matriks perencanaan, cenderung membuat Raw Weight
terbesar menjadi sangat besar jika dibandingkan Raw Weight yang lebih rendah. Sehingga membuat team akan jauh lebih menekankan kebutuhan
pelanggan yang paling penting dibandingkan yang tidak penting.
2. Customer satisfaction performance, yaitu kolom yang berisi persepsi
pelanggan tentang seberapa baik produk atau jasa yang ada saat ini dalam memenuhi kebutuhan mereka.
3. Competitive satisfaction performance, yaitu agar menjadi kompetitif team
harus mengerti kompetisi. Banyak team biasanya tidak mempelajari saingannya dengan baik, karena tentu saja lebih sulit untuk menjangkau
pelanggan pesaing dibandingkan pelanggannya sendiri. QFD sendiri menyediakan rekaman kekuatan dan kelemahan pesaingnya, dalam dua level
kepentingan yang pertama pada Customer Needs pada Competitive Satisfaction, dan yang kedua pada Respon Teknis SQC pada benchmarking.
4. Goal, yaitu pada kolom ini team memutuskan apa level dari Customer
performance yang ingin dicapai guna memenuhi setiap kebutuhan pelanggan. Goal ini biasanya dinyatakan dalam bentuk skala numeric yang sama dengan
tingkat performansi.
5. Improvement Ratio, yaitu suatu ukuran yang menyatakan besarnya usaha
yang dibutuhkan untuk mencapai customer satisfaction performance yang ditargetkan. Cohen. L, 2000 : 110
Improvement ratio =
e performanc
on satisfacti
current goal
_ _
6. Sales Point, yaitu berisi informasi seberapa mampu kebutuhan-kebutuhan
yang telah disebutkan oleh pelanggan pada bagian A tersebut dalam memberikan nilai jual pada produk atau jasa yang direncanakan. Nilai yang
umum digunakan untuk menunjukkan sales point adalah sebagai berikut : 1 = no sales point
1.2 = medium sales point 1.5 = strong sales point
7. Raw Weight = Importance to customer x Improvement ratio x Sales
point. Nilai ini menunjukkan tingkat kepentingan dari masing-masing kebutuhan bagi development team.
8. Normalized Raw Weight
Kolom ini berisi nilai Raw Weight, di skalakan pada range antara 0 sampai 1 atau dinyatakan dalam persentasi. Nilai dari Normalized Raw Weight adalah
sebagai berikut : Cohen. L, 2000 : 117 Normalized Raw Weight =
Total Weight
Raw Weight
Raw _
_ _
Bagian C , berisi persyaratan-persyaratan teknis untuk produk atau jasa
baru yang akan dikembangkan. Data ini diturunkan berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen matriks A.
Bagian D , berisi penilaian manajemen mengenai kekuatan hubungan
antara elemen-elemen yang terdapat pada bagian persyaratan teknis matriks C terhadap kebutuhan konsumen matriks A yang dipengaruhinya.
Kekuatan hubungan ini disebut sebagai the impact of the substitute quality characteristic SQC on the customer need dan terdiri dari empat kemungkinan,
yaitu : •
Customer satisfaction performance terhadap kebutuhan tertentu not linked to the SQC, artinya perubahan SQC tidak akan menyebabkan perubahan customer
satisfaction performance terhadap kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kebutuhan ini adalah 0 dan tanpa simbol.
• Customer satisfaction performance terhadap kebutuhan possibly linked to the
SQC, artinya perubahan yang relatif besar pada SQC akan menyebabkan sedikit atau tidak ada perubahan pada customer satisfaction performance
terhadap kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kemungkinan ini adalah 1 dan simbolnya adalah segitiga
∆ .
• Customer satisfaction performance terhadap suatu kebutuhan moderately
linked to the SQC, artinya perubahan yang relatif besar pada SQC akan menyebabkan perubahan, tetapi bukan perubahan yang berarti, pada customer
satisfaction performance terhadap kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kemungkinan ini adalah 3 dan diberi sombol lingkaran
Ο .
• Customer satisfaction performance terhadap suatu kebutuhan strongly linked to
the SQC, artinya perubahan yang relatif kecil pada SQC akan menyebabkan perubahan yang signifikan pada customer satisfaction performance terhadap
kebutuhan tersebut. Nilai numeric untuk kemungkinan ini adalah 9, atau 3 atau 1 dan diberi simbol n ,
Ο ,
∆ .
Nilai relationship antara technical response dengan customer satisfaction performance on need didapat dengan mengalikan nilai numeric the impact of the
SQC dengan normalized raw weight. Nilai ini kemudian ditempatkan diatas diagonal sel.
Tabel 2.1 Derajat Hubungan Relationship Matrix
Hubungan Kuantitatif
Kualitatif WHATs
dengan HOWs
Tingkat Hubungan kuat
Hubungan sedang Mungkin ada hubungan
Tidak ada hubungan Bobot
9 3
1 Simbol
Lingkaran padat n Lingkaran terbuka
Ο Segitiga terbuka
R
Kosong
Bagian E , menunjukkan korelasi antar persyaratan teknis yang satu
dengan persyaratan-persyaratan teknis yang lain yang terdapat dalam matriks C. Bagian ini mempunyai arti yang sangat penting. Bagian ini membantu
bagian-bagian dalam organisasi atau orang-orang dalam organisasi untuk berkomunikasi selama proses pengembangan. Bagian atau orang yang
bertanggung jawab atas suatu SQC, jika akan melakukan suatu perubahan, akan mengetahui bagian mana atau siapa saja yang akan terpengaruh dengan perubahan
tersebut. Untuk menambah kelengkapan informasi, ada baiknya jika dibuat responsibility matrix. Sisi kiri dari matriks ini menunjukkan SQC, sedangkan sisi
atas menunjukkan tim-tim yang ikut bertanggung jawab selama proses pengembangan. Setiap sel matriks ini diisi dengan symbol yang menunjukkan
hubungan antara tim dengan SQC. Tabel 2.2 Derajat Hubungan Korelasi Teknis
Simbol Pengertian
n Ο
blank X
Pengaruh positif sangat kuat Pengaruh positif cukup kuat
Tidak ada pengaruh Pengaruh negatif cukup kuat
Pengaruh negatif sangat kuat
Bagian F , Berisi tiga jenis data, yaitu :
• Urutan tingkat kepentingan ranking persyaratan teknis.
• Informasi hasil perbandingan kinerja persyaratan teknis produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan terhadap kinerja produk pesaing. •
Target kinerja persyaratan teknis produk atau jasa yang baru dikembangkan.
2.4.9 Rekayasa Teknis Substitute Quality Characteristic SQC
Dalam memunculkan SQC ini terdapat beberapa cara yaitu Performance Measurement, Product Function, Product Subsystem dan Process Step. Tahap ini
sangat menentukan langkah-langkah selanjutnya.
2.4.9.1 Pengukuran Performansi Tingkat Atas Top-Level Performance
Measurement
Bahasa yang paling berharga untuk SQC adalah bahasa pengukuran performansi. Ini merupakan pengukuran dimana team pengembang didorong
langsung dari kebutuhan pelanggan. Seharusnya cukup umum untuk diaplikasikan pada sebuah produk tanpa memperhatikan implementasi yang spesifik. Metode
standart mengembangkan pengukuran performansi dimulai dengan atribut-atribut pelanggan. Tiap atribut tersebut mendefinisikan ukuran-ukuran dan
mendefinisikan pengukurannya. Merupakan proses dimana pengembang menetapkan relevansi dan
hubungan antara pengukurannya dengan persepsi pelanggan. Dalam hal ini team mengubah setiap Customer Need menjadi ukuran performansi teknis. Untuk setiap
atribut didefinisikan satu atau beberapa pengukuran performansi teknis. Untuk
tiap pengukuran sebaiknya dipastikan dapat diukur saat produk dikembangkan dan dapat dikontrol team pengembang. Team seharusnya dapat memutuskan secara
efektif guna menyesuaikan pengukuran. Cara terbaik berfikir tentang pengukuran adalah ibarat knop yang dapat dikendalikan team guna mempengaruhi tingkat
performansi kepuasan pelanggan.
2.4.9.2 Fungsi-fungsi Produk Product Function
Pendekatan yang berbeda dalam mendefinisikan SQC adalah
menempatkan fungsi-fungsi produk atau proses sepanjang atap House of Quality. Penggunaan fungsi ini jadi tepat jika ada kondisi-kondisi ukuran-ukuran
performansi sebagai berikut : •
Konsep produk telah ditetapkan. Banyak versi yang sukses dari suatu produk sudah ada di lapangan, dan QFD digunakan untuk meningkatkan penawaran
sebelumnya. •
Team pengembang kekurangan waktu atau ketertarikan dalam
mengembangkan dan memprioritaskan ukuran-ukuran performansi. Karena prioritas dari ukuran-ukuran performansi tidak mendefinisikan sifat-sifat
produk Product’s Features, proses QFD harus digunakan sekurang- kurangnya sekali untuk menterjemahkan ukuran-ukuran performan yang
diprioritaskan menjadi sifat-sifat yang diprioritaskan. Langkah-langkah ekstra ini banyak menghabiskan waktu dan tidak selalu berharga.
Beberapa team pengembang, tidak biasa menggunakan pengukuran performan dalam proses pendefinisian produk. Untuk team ini, pengukuran
performan mungkin menyebabkan team tersebut hanya melihat dari apa yang
mereka kerjakan. Saat mengerjakan Customer Needs secara langsung ke dalam fungsi-fungsi menurunkan kesempatan pemecahan ide-ide, team yang tidak bisa
menggunakan ukuran-ukuran performansi mungkin lebih baik melakukan suatu translasi.
2.4.9.3 Benchmarking
Benchmarking merupakan salah satu alat peningkatan kualitas. Terdapat istilah benchmark dan bencmarking. Benchmark didefinisikan sebagai suatu
standart dimana sebuah item dapat diukur atau dinilai. Benchmarking adalah sebuah cara sistematis untuk mengidentifikasikan, memahami dan secara kreatif
menciptakan pengembangan produk, jasa, desain peralatan, proses dan diterapkan untuk meningkatkan performansi suatu organisasi.
Benchmarking adalah kegiatan yang tergabung dalam aktivitas fungsi perusahaan kompetitor dan non kompetitor dalam usaha memperbaiki proses
produksi dan produk non perusahaan. Benchmarking adalah suatu proses berkelanjutan kontinu dalam
mengukur produk, jasa dan dilakukan untuk menghadapi melawan kompetitor yang kuat atau perusahaan-perusahaan yang terkenal sebagai industry leader.
Strategi Benchmarking difokuskan baik pada penerapan dan performansi terbaik best practica and performance dan pengukuran measurement.
Teknik benchmarking sangat erat hubungannya dengan pengumpulan data dan analisis. Sejumlah sumber data yang dapat digunakan untuk mengembangkan
benchmarking yaitu : publikasi dan data base asosiasi professional, literature, presentasi konferensi, literature produk, survey dll.
Kebutuhan data aktual akan tergantung pada tipe produk atau jasa yang sedang dianalisis. Melalui proses benchmarking diharapkan akan diperoleh hasil
dengan daya saing tinggi, produktivitas lebih tinggi, biaya yang lebih rendah, lebih memuaskan pelanggan dan dapat meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan.
2.5 Metode-metode Statistik yang Dipakai
Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan berguna dalam analisa dan pengambilan keputusan lebih lanjut data-data tersebut
perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu penyelesaiannya. Dalam hal ini metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam
pengolahan data antara lain :
a. Metode Bernoulli
Untuk menentukan jumlah sample atribut penelitian, maka digunakan perhitungan Bernoulli ukuran sample minimum. Didapat dari perhitungan
Bernoulli rumus sebagai berikut : Walpole Ronald E, 2000 : 262
2 2
2
. e
q p
Z n
α
≥
Dimana ; n = Jumlah sample minimum
α = Tingkat signifikansi 0.95
z = Nilai distribusi normal e = Tingkat kesalahan
p = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap benar
q = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap salah
b. Validitas
Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur test dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau
instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan rumus korelasi produk moment Singarimbun, 2005 : 137 :
{ }
2 1
2 2
2 2
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑ ∑
− −
− =
y y
N x
x N
y x
xy N
r
Dimana ; x = skor tiap-tiap variabel
y = skor tiap respon n = jumlah responden
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r.
c. Keandalan Reliability
Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Artinya hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum
berubah. Rumus untuk koefisien variansi dengan α
Cronbrach adalah : Safirin M.T, 2002 : 44
r k
r k
× −
+ ×
= 1
1 α
dimana : k = jumlah variabel yang dianalisis
r = rata-rata korelasi antar variabel
2.6 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah :
1. Aprilia Dita, 2005, Pengembangan Produk Dengan Fokus Kebutuhan Konsumen CV. Balqis
Queen Surakarta
Penelitian ini dibuat oleh Aprilia Dita, ST dalam mengembangkan produk sabun di CV. Balqis Queen Surakarta, dalam penelitian ini penulis
mempunyai latar belakang untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat pada produk sabun di pasaran, maka CV Balqis Queen memerlukan strategi
agar bisa bertahan. Salah satu strategi persaingan adalah dengan mengembangkan produk. Dalam melakukan pengembangan produk harus
berfokus pada konsumen karena apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila tidak berdampak pada peningkatan kepuasan konsumen
Tjiptono,2002. Oleh karena itu, pengembangan produk dengan fokus kebutuhan konsumen akan menjadi salah satu strategi untuk memenangkan
persaingan. Pengembangan produk sebaiknya menggunakan metode yang
terstruktur. Pengembangan produk harus diawali dengan identifikasi kebutuhan