Chelodina reimanni Leucocephalon yuwonoi

74

4.8. Chelodina reimanni

Kura Leher Panjang Reimanni Reimanns snake-necked turtle

A. Klasifikasi

Filum : Chordata Kelas : Reptilia Bangsa : Testudinata Sub–bangsa : Pleurodira Suku : Chelidae Marga : Chelodina Fitzinger, 1826 Spesies : Chelodina reimanni Philippen Grossmann, 1990 Gambar 28. Chelodina reimanni Philippen Grossmann, 1990. Foto: Mumpuni

B. Morfologi

Karapas relatif pipih dan panjang mencapai 21 cm. Kepala oval, besar dan lebar. Perisai vertebra berjumlah 5, yang pertama berukuran paling besar dan lebar sedangkan yang kelima paling kecil. Nukhal berbentuk segi empat. Karapas berwarna coklat dengan guratan-guratan menyebar. Plastron berwarna krem dengan sisik intergular besar. Anakan plastron berwarna oranye.

C. Habitat dan penyebaran di Indonesia

Saat ini hanya di ketahui dari bagian selatan Papua dan Pulau Kimam.

D. Status Belum dilindungi Undang-Undang RI; IUCN–Near Threarened.

75

E. Ancaman

Diperdagangkan.

F. Saran

Belum banyak data yang terungkap, baik biologi, ekologi maupun populasinya. Sebaran yang terbatas, perdagangan international perlu ditekan sehingga perlu perlindungan. 76

4.9. Leucocephalon yuwonoi

Kura-Kura Hutan Sulawesi Sulawesi Forest Turtle

A. Klasifikasi

Dideskripsi oleh McCord, Iverson dan Boeadi pada tahun 1995 dengan nama Geoemyda yuwonoi. Nama didedikasikan kepada eksportir satwa yang pertamakali menunjukkan spesies ini. Pada tahun 2000 oleh McCord, Iverson, Spinks Shafer, dinyatakan sebagai marga tersendiri yaitu Leucocephalon. Filum : Chordata Kelas : Reptilia Bangsa : Testudinata Suku : Geoemydidae Marga : Leucocephalon McCord, Iverson, Spinks Shafer, 2000 Spesies : Leucocephalon yuwonoi McCord, Iverson Boeadi, 1995 Sinonim : Geoemyda yuwonoi McCord, Iverson Boeadi, 1995 Heosemys yuwonoi McCord, Iverson Boeadi, 1995 77 Gambar 29. Kura-kura Hutan Sulawesi, Leucocephalon yuwonoi McCord, Iverson Boeadi, 1995. A. Jantan dewasa. B. Betina dewasa. C. Tampak ventral. D. Anakan. E. Kepala jantan dewasa. F. Kepala betina dewasa. Foto: A. Riyanto 78

B. Morfologi

Dewasa mencapai 25 cm. Tampak dari atas, kepala berbentuk triangular. Pada perisai punggung terdapat tiga lunas yang memanjang baik pada individu muda maupun dewasa. Keping marginal bagian depan dan belakang bergerigi, pada anakan tepi marginal dengan duri yang sangat dangkal. Keping vertebral berjumlah lima, dengan urutan panjang 2 3 1 4 5. Nukhal sangat kecil. Perisai perut cembung sehingga keping marginal tidak menyentuh tanah. Urutan panjang keping perisai perut adalah humeral femoral abdominal pektoral anal gular. Keping gular sangat sempit. Perisai punggung berwarna coklat dengan bercak- bercak besar dan kecil tak teratur berwarna coklat tua. Perisai perut berwarna lebih terang coklat jingga tanpa bercak. Pada anakan, punggung berwarna abu kehijauan dan perut berwarna coklat muda. Warna kepala saat masih anakan baik jantan maupun betina gelap keabu-abuan sehingga sulit dibedakan. Saat dewasa, kepala jantan berwarna kuning atau krem dengan bercak hitam di bagian atas sedangkan betina coklat tua dengan bercak putih pada dagu.

C. Habitat dan penyebaran di Indonesia

Endemik Sulawesi, terbatas di Sulawesi Tengah dari sekitar Palu hingga perbatasan provinsi Gorontalo. Hidup di daerah hutan dataran rendah ketinggian sekitar 130 m dpl, dalam sungai dan anak sungai yang berarus, bening, substrat pasir dan batu serta kedalaman air dari 15 cm hingga 100 cm. Di Bangkir, Kabupaten Toli-Toli ditemukan pada rawa-rawa kecil dan saluran air diantara perkebunan kopi dan kelapa, substrat umumnya pasir berlumpur kadang berbatu dengan vegetasi yang terdiri atas Colocasia esculenta, Selaginella plana, Derris elliptica, Alocasia macrorhiza, Diplazium esculentum dan Vitis trifolia.

D. Status

Belum dilindungi Undang-Undang RI; IUCN–Critically Endangered; CITES–Appendiks II.

E. Ancaman

Sebaran yang endemik dan sempitterbatas terancam oleh perdagangan illegal baik lokal maupun internasional. Daya reproduksi rendah setahun hanya menghasilkan satu hingga dua butir telur. Rusak bahkan hilangnya habitat akibat deforesasi dimana Sulawesi tingkat deforesisasinya termasuk yang paling besar tinggi dunia serta kepastian keberadaan di kawasan konservasi sebagai asuransi keberlangsungan hidupnya masih perlu verifikasi. Disamping itu faktor internal yaitu daya reproduksi yang rendah, individu betina dalam setahun hanya mampu menghasilkan telur satu hingga dua butir saja. Betina mulai dewasa pada ukuran panjang karapas 17.5-18.4 cm Iskandar, 2000; Innis, 2003; Riyanto, 2006. 79

F. Saran

Dengan pertimbangan endemik dengan sebaran yang terbatas dari sekitar Palu Sulawesi Tengah hingga Gorontalo, kerusakan habitat dan daya reproduksi yang rendah serta status kritis oleh IUCN maka spesies ini disarankan untuk dilindungi secara penuh. Disamping itu perlu dilakukan klarifikasi keberadaan di kawasan konservasi atau perlindungan suatu lokasi untuk konservasi spesies tersebut beserta lingkungannya. 80

4.10. Pelochelys cantorii