Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan seseorang dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik untuk menjadikannya menuju kedewasaan Sagala, 2010: 3. Pendidikan sebagai usaha membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan itu ialah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah. Menurut UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha sadar dan terencana yang dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran di sekolah merupakan tugas yang harus dilakukan oleh semua komponen di sekolah. Salah satu komponen yang berperan dalam hal tersebut adalah guru. Guru adalah pihak yang terlibat langsung dengan pembelajaran siswa di sekolah. Guru mempunyai peranan penting dalam pembelajaran untuk membimbing dan membantu siswa belajar dengan penuh tanggung jawab. Guru membantu siswa dalam mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri mereka. Selain itu, guru juga mempunyai peranan penting 2 dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Guru harus memahami setiap karakteristik siswa dalam kegiatan belajar. Semua yang berkaitan dengan pembelajaran siswa adalah tanggung jawab guru agar siswa dapat belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang diharapkan. Arifin 2013: 15 mengemukakan bahwa guru pendidik dapat melakukan manajemen pembelajaran pendidikan untuk kegiatan pelaksanaan pembelajaran, mengatur pelaksanaan pembelajaran, dan memonitor serta mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran. Guru membuat perencanaan sebelum melakukan pembelajaran. Perencanaan dibuat agar pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Menurut Ahmad 2012: 33 perencanaan pembelajaran merupakan aktivitas penetapan tujuan pembelajaran, penyusunan bahan ajar dan sumber belajar, pemilihan media pembelajaran, pemilihan pendekatan dan strategi pembelajaran, pengaturan lingkungan belajar, perancangan sistem penilaian hasil belajar serta perancangan prosedur pembelajaran dalam rangka membimbing peserta didik agar terjadi proses belajar, yang kesemuanya itu didasarkan pada pemikiran mendalam mengenai prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Guru dituntut untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP guna membantu terlaksananya pembelajaran dengan baik. Penyusunan rencana pembelajaran hendaknya dilakukan dengan sangat baik salah satunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang menuntut penghayatan dan pengamalan. Mata pelajaran IPS adalah salah satu mata 3 pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat Susanto, 2015: 143. Siswa belajar IPS tidak hanya semata-mata mendapatkan pengetahuan saja, tetapi siswa akan mendapatkan keterampilan sosial sebagai bekal dalam hidup bemasyarakat. Salah satu contoh nyata perolehan keterampilan sosial setelah mempelajari IPS adalah keterampilan berbicara dan mendengarkan teman saat berdiskusi dalam kelompok. Di sekolah dasar mata pelajaran IPS yang dipelajari sudah kompleks. Khususnya pada materi IPS kelas tinggi yang sudah mencakup bidang-bidang dalam masyarakat seperti masalah ekonomi, sejarah, geografi dan kebudayaan. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus dikemas oleh guru melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21 November 2016 dalam proses pembelajaran di kelas V, guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang menekankan pada penggunaan metode ceramah. Metode tersebut belum melibatkan keaktifan siswa secara optimal. Banyak siswa yang berbicara sendiri ketika guru menyampaikan materi. Pada mata pelajaran IPS, siswa terlihat kurang tertarik dengan mata pelajaran tersebut. Siswa lebih banyak berbicara sendiri dan tidak memperhatikan guru. Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang dilakukan peneliti di kelas V SD Negeri Wirosaban pada tanggal 5 dan 6 Januari 2017, bahwa pembelajaran di kelas V masih bersifat berpusat pada guru teacher centered. Pada mata 4 pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS guru terlalu sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran. Selain metode ceramah, guru menggunakan metode kerja kelompok atau diskusi yang melibatkan dua orang siswa saja. Penggunaan metode diskusi yang dilakukan dalam pembelajaran ternyata kurang sesuai dengan harapan karena banyak siswa yang kurang fokus pada pekerjaan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru IPS kelas V SD Negeri Wirosaban Ibu Sri Marwati mengatakan bahwa metode yang selama ini sering digunakan dalam mengajar adalah metode ceramah dan kerja kelompok secara berpasangan. Namun, ada kendala dengan menggunakan metode kerja kelompok. Kendalanya yaitu ada beberapa siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompok. Sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa pun kurang maksimal. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru juga tidak menggunakan media ataupun alat peraga yang dapat mendukung proses penyampaian materi. Banyaknya pekerjaan guru selain mengajar membuat guru IPS SD Negeri Wirosaban Ibu Marwati merasa tidak ada waktu untuk menyiapkan media pada pembelajaran selanjutnya. Media hanya dipersiapkan ketika akan ada penilaian. Kegiatan pembelajaran IPS yang belum maksimal tidak hanya berasal dari guru dan pelaksanaan pembelajaran, melainkan juga dari siswa. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa yang dilakukan pada tanggal 24 November 2016 diketahui bahwa beberapa siswa tidak menyukai 5 pembelajaran IPS karena harus banyak menghafal. Ada siswa yang mengatakan bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti. Ada beberapa siswa pula merasa pembelajaran IPS sangat membosankan dan kurang menarik. Wawancara juga dilakukan dengan guru dan siswa mengenai materi IPS yang dianggap sulit pada semester genap adalah materi mengenai Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara. Materi tersebut dianggap sulit karena isinya mencakup sejarah kemerdekaan Indonesia. Siswa merasa mata pelajaran IPS sulit dipahami karena banyaknya materi yang sajikan. Sehingga hasil belajar mereka pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan harian IPS tiap Kompetensi Dasar KD, banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Banyak siswa yang mengerjakan ulang soal ulangan harian sebagai kegiatan remedial. Selain dibuktikan dengan nilai ulangan harian, di bawah ini adalah hasil ulangan tengah semester gasal tahun ajaran 20162017 untuk mata pelajaran Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, PKn, dan Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Wirosaban Yogyakarta : Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester 1 Mata Pelajaran Nilai Rata-Rata UTS Matematika 59,86 Ilmu Pengetahuan Alam IPA 69,53 Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 49,73 PKn 72,93 Bahasa Indonesia 67,26 Sumber : Lampiran 8 halaman 188 6 Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata ulangan tengah semester gasal tahun ajaran 20162017 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS lebih rendah daripada nilai rata-rata ulangan tengah semester gasal pada mata pelajaran Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam IPA, PKn, dan Bahasa Indonesia. KKM mata pelajaran IPS sebesar 68. Siswa yang tidak lulus KKM pada mata pelajaran IPS sebanyak 13 siswa dan siswa yang lulus KKM sebanyak 2 siswa. Adapun persentase siswa yang mencaapi ketuntasan sebesar 13,33 dan siswa yang belum tuntas sebesar 86,67 serta nilai rata-rata kelas sebesar 49,73. Adanya berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran menuntut guru untuk melakukan usaha perbaikan agar proses pembelajaran IPS dapat berjalan dengan baik sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pun akan menjadi lebih baik. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan memilih model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur Taniredja, 2011: 55. Model pembelajaraan kooperatif menekankan pada pembelajaran secara berkelompok. Pembelajaran secara berkelompok akan mendorong siswa berinteraksi dengan temannya. 7 Susanto 2014: 200 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif telah dikembangkan oleh para ahli sebagai alternatif dalam meningkatan mutu pembelajaran, terutama merubah model pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model ini menekankan efektivitas pembelajaran pada keterlibatan siswa dalam proses belajar. Slavin 2005: 4 mengemukakan bahwa pembelajaran akan lebih mengarah pada kelompok-kelompok kecil dimana tiap anggota kelompok akan mendapatkan tanggung jawab masing-masing. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga dapat mengembangkan hubungan antarkelompok serta penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik. Pembelajaran kooperatif sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan dan tentunya pembelajaran akan saling melengkapi dari siswa satu dengan siswa lainnya. Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan dalam meningkatkan ketertarikan siswa terhadap belajar karena pembelajaran didorong dan didukung dari teman sebaya. Tipe pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe Jigsaw. Jigsaw dapat digunakan untuk semua mata pelajaran terutama mata pelajaran atau semua pokok bahasan yang berbentuk narasi tertulis yang menuntut banyak hafalan. Oleh karena itu, model ini cocok digunakan pada mata pelajaran IPS yang terlalu banyak hafalan untuk siswa khususnya pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam materi tersebut membahas mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia. Selain itu, materi tersebut juga membahas bagaimana 8 sikap kita sebagai warga negara Indonesia agar dapat menghargai jasa perjuangan para tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sehingga mencapai kemerdekaan. Siswa akan mempelajari secara sungguh- sungguh satu topik yang ada dalam pokok bahasan mengenai Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang telah dibagikan oleh guru. Setelah siswa menguasai topik yang di dapatkan, siswa tersebut akan mengajarkan kepada teman satu kelompok sehingga semua siswa akan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih pengetahuannya dalam menerima dan menyampaikan informasi Susanto, 2014: 247. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan pada siswa kelas V SD karena sesuai dengan karakteristik siswa kelas tinggi yang sudah mulai membentuk peergroup atau teman sebaya sebagaimana dikemukakan oleh Piaget dalam Suharjo, 2006: 37. Kesesuaian antara Jigsaw dengan karakteristik tersebut akan meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar. Anak juga memiliki karakteristik kejiwaan dimana dalam kehidupan sosialnya seperti dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebaya semakin diperkaya. Belajar berkelompok akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan Susanto, 2014: 242. Karakteristik pada model pembelajaran ini adalah adanya kelompok ahli dan kelompok asal yang akan menciptakan rasa saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan materi yang menjadi bagiannya untuk diajarkan pada anggota kelompok yang lain. Hal tersebut 9 dapat mendorong kedewasaan berpikir. Pemilihan model ini juga disesuaikan dengan karakteristik siswa, seperti yang dikemukakan oleh Piaget Yamin, 2013: 63 bahwa siswa memiliki sifat bawaan rasa ingin tahu dan terus memahami dunia sekitarnya. Keingintahuan siswa terhadap lingkungan sekitar, membuatnya akan aktif membangun pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan membaca topik materi. Dalam penelitian ini akan meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Wirosaban Yogyakarta. Atas dasar uraian di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Menggunakan Model Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Wirosaban Yogyakarta Tahun Ajaran 20162017”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah di kelas V SD Negeri Wirosaban Yogyakarta adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan metode pembelajaran IPS kurang bervariasi. 2. Dalam proses pembelajaran IPS guru kurang mengembangkan penggunaan media atau alat peraga dengan baik. 3. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi sehingga menyebabkan perhatian siswa berkurang. 10 4. Anggapan negatif dari siswa terhadap pembelajaran IPS yang dianggap sebagai pembelajaran yang sulit. 5. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 6. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS dibanding dengan mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan PKn. C. Batasan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada: 1. Dalam proses pembelajaran IPS guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25