106 meningkat pada siklus II sebesar 2, 87 atau kategori Baik. Nilai di atas
merupakan perolehan nilai rata-rata yang dihitung per kriteria dan merupakan nilai rata-rata kelas. Nilai masing-masing siswa dan peningkatannya dapat
dilihat pada lampiran 13 halaman 196.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri Wirosaban sebelum dan
setelah diberi tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada kegiatan pra tindakan, guru masih menggunakan model
pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru belum menggunakan model- model pembelajaran yang bervariasi. Siswa terlalu banyak mendengarkan
penjelasan dari guru dan kemudian diberi tugas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum pernah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
terutama pada mata pelajaran IPS siswa kelas V. Dalam pembelajaran guru biasanya menyampaikan materi menggunakan metode ceramah. Hal ini
menyebabkan siswa kurang aktif dan merasa cepat bosan sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Wirosaban Yogyakarta dapat meningkat
dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada pra tindakan, pembelajaran IPS di kelas V belum menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam menyampaikan materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru teacher
107 centered, sehingga masih kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dan siswa cepat merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Setelah diberikan sebuah tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar, yaitu rata-rata hasil belajar sebesar 66,82 dengan persentase
ketuntasan sebesar 66,67. Pada siklus I, guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran IPS dengan
materi persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada pelaksanaan tindakan pembelajaran guru sudah melaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Guru sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara baik agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Siswa dibimbing oleh guru agar dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab. Siswa dituntut untuk mempelajari dan memperdalam
materi yang menjadi bagiannya dan kemudian diajarkan kepada teman satu kelompoknya. Hal itu akan melatih sikap siswa untuk bekerja sama dan
bertanggung jawab sebagai anggota kelompok. Namun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan siklus I. Siswa
masih kurang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dan kegiatan tanya jawab. Selain itu, pada saat pembagian kelompok asal maupun kelompok ahli
yang ditentukan oleh guru masih banyak siswa yang berprotes kepada guru. Beberapa siswa enggan untuk berkelompok dengan kelompok yang ditentukan
oleh guru. Hal tersebut menyulitkan guru dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
108 kooperatif tipe Jigsaw, masih ditemukan siswa yang kurang antusias untuk
berdiskusi kelompok karena malas untuk menulis dan mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Siswa juga masih belum menunjukkan keberanian dalam
menyampaikan informasi atau pendapat kepada teman dalam kelompok. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum terlaksana dengan maksimal. Hal tersebut terlihat pada presentase hasil belajar kognitif siswa siswa kelas V SD
Negeri Wirosaban Yogyakarta yang belum mencapai indikator keberhasilan. Setelah dilakukannya refleksi antara guru dengan peneliti, kemudian tindakan
dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II, penelitian yang dilakukan masih terkait peningkatan
hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Wirosaban Yogyakarta dengan menggunakan pmodel pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun hasil
penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa dalam pengelolaan kelas sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Hal tersebut terlihat pada guru yang
dapat mengelola kelas menjadi lebih baik sehingga siswa lebih aktif, tidak memilih-milih teman dalam membentuk kelompok, mampu bertanggung
jawab dalam kelompok, mampu bekerja sama dan menghargai teman saat diskusi sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
harapan, dan siswa mulai menunjukkan keberanian berbicara dalam diskusi kelompok.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model yang dapat melatih siswa
109 untuk bertanggung jawab dan menguasai materi untuk diajarkan kepada
temannya. Isjoni 2010: 77 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Peningkatan hasil belajar
pada siklus II yaitu rata-rata hasil belajar sebesar 80,23 dengan persentase ketuntasan sebesar 86,67. Terdapat dua siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar, yaitu siswa yang berinisial ANR dan MDZ dengan nilai 54 dan 58,5. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, baik faktor intern maupun
faktor ekstern. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto 2003, 54 bahwa faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Siswa belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Kedua siswa tersebut sulit
dikondisikan dan tidak mau memperhatikan guru ketika guru memberi penjelasan. Selain itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti, kedua siswa tersebut sering membuat kegaduhan di kelas dan tidak pernah memperhatikan guru saat guru memberikan penjelasan. Berdasarkan
wawancara dengan Ibu Sri Marwati guru kelas V, mengatakan bahwa kedua siswa merupakan siswa berkebutuhan khusus yang tergolong tuna laras dan
merupakan siswa pindahan dari sekolah lain. Sebagai tindak lanjut biasanya guru memberikan waktu tambahan untuk memberikan bimbingan khusus
untuk kedua anak tersebut.
110 Pada pembelajaran siklus II telah dilakukan beberapa perbaikan dari
hasil refleksi siklus I. Guru lebih tegas dalam memeriksa kesiapan siswa dan menegur siswa yang membuat kegaduhan serta memberikan pengertian
kepada siswa bahwa nilai individu akan menjadi nilai kelompok. Diharapkan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, guru memberikan lembar kopin seluruh materi sehingga tidak berbicara sendiri pada saat membaca topik dan
siswa mempunyai gambaran umum sebelum melakukan diskusi.Pada tahap pemilihan pemimpin diskusi kelompok ahli, guru memberikan variasi dengan
menggunakan kertas undian bertuliskan “ketua tim”. Siswa menunjukkan keantusiasannya pada diskusi kelompok dengan memperhatikan ketua tim saat
memimpin diskusi. Siswa lebih tertarik untuk menggaris bawahi poin penting saat diskusi daripada harus menuliskan seperti pada siklus sebelumnya. Guru
memberikan reward kepada semua kelompok dengan memberikan piagam penghargaan tim super, tim hebat dan tim baik. Pada proses pembelajaran,
guru sudah mengelola kelas dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas proses pembalajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat lebih baik dilihat dari proses belajar yang berjalan lebih baik daripada sebelumnya.
Pada hasil belajar kognitif siklus II ini juga mengalami penurunan pada pertemuan kedua. Hal tersebut juga disebabkan dari beberapa faktor yang
berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam yang mempengaruhi penurunan tersebut adalah faktor kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.
111 Sedangkan faktor dari luar yang mempengaruhi adalah faktor sekolah dimana
disiplin sekolah yang membuat guru menegur beberapa siswa karena berulah di dalam kelas. pada pertemuan kedua, beberapa siswa ditegur oleh guru
karena mencoret-coret meja dengan tipek. Sehingga dengan adanya teguran tersebut, siswa menjadi tidak siap mengikuti pembelajaran dan berakibat pada
perhatian siswa yang kurang maksimal. Berdasarkan dari hasil penelitian oleh Sri Lestariningsih yang berjudul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada Materi Sumber Daya Alam dan Kegiatan Ekonomi Siswa
Kelas IV SD 1 Krajan Jatinom Klaten” menjelaskan bahwa dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena sama- sama diterapkan pada mata pelajaran IPS. Namun, dari dua penelitian ini
diaplikasikan pada materi IPS yang berbeda. Sri Lestariningsih melakukan penelitian pada materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi, sedangkan
peneliti melakukan penelitian pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia dan peristiwa kemerdekaan Indonesia. Selain itu, penelitian dari Sri
Lestariningsih diterapkan pada siswa kelas IV sedangkan penelitian ini diterapkan pada siswa kelas V.
112
C. Keterbatasan Penelitian