diberikan  ASI,  23,2  diberikan  susu  formula  dan  lainnya  diberikan pisang,  madu  ataupun  air  putih.  Karena  zat  gizi  dalam  ASI  cukup  untuk
memenuhi kebutuhan bayi dan komposisi sesuai untuk bayi WHO, 1999. Pada  penelitian  ini  diketahui  pula  sebanyak  45  ibu  54,9  yang
tidak  memberikan  ASI  sampai  2  tahun  sedangkan  hanya  37  ibu  45,1 yang tetap memberikan ASI sampai 2 tahun.  Padahal WHO dan UNICEF
menganjurkan  ibu  untuk  tetap  menyusui  anaknya  sampai  usia  2  tahun. Karena pemberian ASI pada batita  1tahun memberikan manfaat seperti:
31 kebutuhan energi anak, 38 kebutuhan protein anak, 45 kebutuhan vitamin A anak, 95 kebutuhan vitamin C anak WHO, 2003.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI Eksklusif sangat mempengaruhi berat badan anak tersebut, apabila anak tidak diberikan ASI
Eksklusif  kemungkinan  akan  memperbesar  keadaan  gizi  kurang  atau dengan kata lain mengalami ketidaknaikan berat badan.
6.3.2  Hubungan  antara  Lamanya  Pemberian  MP-ASI  Kemenkes  dengan Berat Badan Tidak Naik 2T
Makanan  Pendamping  ASI  adalah  makanan  atau  minuman  yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI Depkes, 2006. MP-ASI  merupakan  makanan  peralihan  dari  ASI  ke  makanan
keluarga.  Pengenalan  dan  pemberian  MP-ASI  harus  dilakukan  secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi
atau  anak.  Pemberian  MP-ASI  yang  cukup  kualitas  dan  kuantitasnya
penting  untuk  pertumbuhan  fisik  dan  perkembangan  kecerdasan  anak Depkes, 2000.
Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat- zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan
bayi secara terus menerus. Dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk  mengisi  kesenjangan  antara  kebutuhan  nutrisi  total  pada  anak
dengan jumlah yang didapatkan dari ASI WHO, 2003. Kementrian Kesehatan RI melakukan program pemberian MP-ASI
untuk seluruh keluarga miskin dengan sasaran pemberian MP-ASI berupa bubur adalah bayi usia 6-11 bulan dan sasaran pemberian MP-ASI berupa
biskuit  adalah  anak  usia  12-24  bulan.  Jangka  waktu  pemberian  MP-ASI diberikan selama 90 hari. Adapun jumlah MP-ASI yang diberikan:
1.   Untuk  sasaran  bayi  umur  6-11  bulan  akan  mendapat  MP-ASI bubur  sebanyak  100  grhari  yang  diberikan  dalam  3  kali
penyajian per hari 2.   Untuk sasaran anak umur 12-24 bulan akan mendapat MP-ASI
biskuit sebanyak 120 grhari Pada  penelitian  kali  ini  yang  difokuskan  adalah  jenis  MP-ASI
Kemenkes berupa  biskuit untuk baduta berumur 12-24 bulan, karena data sekunder  dari  Suku  Dinas  Kesehatan  Jakarta  Selatan  didapatkan  bahwa
lebih  banyak  baduta  yang  mengalami  berat  badan  tidak  naik  dua  bulan berturut-turut 2T.
Hasil  analisis  hubungan  antara  lamanya  pemberian  MP-ASI Kemenkes  dengan  berat  badan  tidak  naik  2T  diperoleh  bahwa  dari  64
baduta yang memakan MP- ASI Kemenkes ≥ 90 hari, yang mengalami 2T
sebanyak  36  baduta  87,8  dan  yang  tidak  mengalami  2T  sebanyak  28 baduta  68,3.  Sedangkan  dari  18  baduta  yang    memakan  MP-ASI
Kemenkes  90 hari, yang mengalami 2T sebanyak 5 baduta 12,23 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 13 baduta 31,7.
Dari  hasil  uji  statistik  diketahui  bahwa  nilai  OR  sebesar  0,299 dengan interval CI 95 0,095-0,939 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara lamanya pemberian MP-ASI Kemenkes dengan berat badan tidak naik 2T, dimana  baduta yang memakan MP-ASI Kemenkes
90  hari  berisiko  10,299  atau  3,34  kali  mengalami  2T  dibandingkan baduta  yang  memakan  MP-
ASI  Kemenkes  ≥  90  hari,  dengan  kata  lain dapat  dikatakan  bahwa  pemberian  MP-
ASI  Kemenkes  ≥  90  hari merupakan faktor protektif.
Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  anjuran  dari  Kementrian Kesehatan  RI  yang  menetapkan  jangka  waktu  pemberian  MP-ASI
Kemenkes  adalah  90  hari.  Walaupun  fakta  dilapangan  masih  adanya baduta yang mendapatkan MP-ASI berupa
biskuit ≥ 90 hari maupun  90 hari.
Dimana program MP-ASI Kemenkes RI  ini dikhususkan untuk bayi dan baduta dari keluarga miskin yang mengalami gizi kurang maupun gizi
buruk.  Dari  hasil  wawancara  koordinator  gizi  di  Puskesmas  Kecamatan
Pancoran  maupun kader kesehatan didapatkan  fakta bahwa terkadang  ibu yang  bukan  dari  keluarga  miskin  pun  ikut  meminta  biskuit.  Sehingga
alokasi  biskuit  berkurang  untuk  yang  seharusnya  menerima  biskuit tersebut.
Sebanyak  51,2  baduta  tidak  menghabiskan  biskuit  sesuai  anjuran yaitu  120ghari  dan  48,8  baduta  menghabiskan  biskuit  sesuai  anjuran
yang telah ditetapkan. Dari 82 baduta yang menjadi responden didapatkan hasil sebanyak 61 biskuit tersebut tidak hanya dimakan oleh baduta dan
39 hanya dimakan oleh baduta. Rata-rata sebanyak 25,6 ikut dimakan oleh  ibuayah, 22  ikut dimakan oleh kakakadik,  11 oleh saudara dan
sebanyak 2,4 ikut dimakan oleh saudara. Dari fakta tersebut seharusnya lebih  disosialisasikan  mengenai  program  MP-ASI  Kemenkes  biskuit
bahwa  biskuit  tersebut  hanya  boleh  dimakan  oleh  badutanya  saja. Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  lamanya  pemberian  MP-ASI
Kemenkes  biskuit  sangat  erat  kaitannya  dengan  berat  badan  tidak  naik 2T.  Karena  dengan  adanya  program  MP-ASI  tersebut  seharusnya  dapat
memperbaiki status gizi bayi dan baduta.
6.3.3  Hubungan  antara  Riwayat  Penyakit  Infeksi  dengan  Berat  Badan Tidak Naik    2T