dan ada pula yang berat badannya naik setelah pemberian MP-ASI Kemenkes Sudin Kesehatan Jakarta Selatan, 2011.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2011 terhadap data sekunder mengenai laporan MP-ASI di Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Selatan, di 10 kecamatan se- Jakarta Selatan. Prevalensi kasus baduta 2T tertinggi di wilayah Pancoran sebesar 31,58 60 baduta, Kebayoran Baru sebesar 27,84 27
baduta, Kebayoran Lama sebesar 26,67 48 baduta, Tebet sebesar 13,16 5 baduta, Setiabudi sebesar 12,9 4 baduta, Mampang sebesar 6,56 4 baduta,
Jagakarsa sebsesar 5,08 10 baduta, Pasar Minggu sebesar 3,45 5 baduta, Cilandak sebesar 3,33 2 baduta dan prevalensi terendah di wilayah
Pesanggrahan sebesar 3,12 5 baduta. Sehingga penelitian dilakukan di Kecamatan Pancoran dengan persentase terbesar yaitu 31,58.
1.2 Rumusan Masalah
Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI yang kurang tepat dapat mengakibatkan kurang gizi pada balita. Sekitar 6,7 juta 27,3 dari sejumlah balita
di Indonesia yang menderita kurang gizi dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk sehingga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan program
MP-ASI kepada bayi dan baduta kepada keluarga miskin di Indonesia Depkes, 2008.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2008, latar belakang dilaksanakan pengadaan MP-ASI adalah angka kematian yang tinggi karena
penyakit infeksi yang diperberat dengan keadaan gizi buruk, krisis ekonomi,
Standar Pelayanan Minimal SPM 100 dan untuk melindungi masyarakat dari kekurangan gizi serta meningkatkan status gizi khususnya bayi dan balita umur 6-24
bulan dari keluarga miskin. Keadaan gizi buruk dan kurang pada baduta yang tidak ditangani segera akan
berdampak buruk yang nantinya dapat berujung kematian. Sehingga dengan adanya program MP-ASI Kemenkes diharapkan dapat memperbaiki status gizi baduta
gakin, terutama terhadap kenaikan berat badan. Tetapi pada kenyataanya di dalam satu kecamatan masih terdapat baduta yang mengalami kenaikan berat badan dan
terdapat pula baduta yang tidak mengalami kenaikan berat badan dua bulan berturut-turut atau dikenal dengan istilah 2T. Prevalensi tertinggi se-Jakarta Selatan
pada bulan November 2010- Februari 2011 untuk kasus 2T berada di wilayah Pancoran yaitu sebesar 31,58 60 baduta.
Sehingga melalui uraian tersebut, membuat peneliti tertarik meneliti Faktor- faktor yang mempengaruhi berat badan tidak naik 2T pada baduta gakin setelah
pemberian program MP-ASI Kemenkes di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan Tahun 2011.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apa saja yang menjadi Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan tidak naik 2T pada baduta gakin setelah pemberian program MP-ASI Kemenkes di
Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan Tahun 2011 ?
1.4 Tujuan