makanan pokok merupakan faktor protektif terhadap berat badan tidak naik 2T.
b. Lauk Hewani
Hasil analisis hubungan antara pola makan lauk hewani dengan berat badan tidak naik 2T, diperoleh bahwa dari 18 baduta yang
sering mengkonsumsi lauk hewani, yang mengalami 2T sebanyak 8 baduta 19,5 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 10 baduta
24,4. Sedangkan dari 64 baduta yang jarang mengkonsumsi lauk hewani yang mengalami 2T sebanyak 33 baduta 80,5 dan yang
tidak mengalami 2T sebanyak 31 baduta 75,6. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai OR sebesar 1,331
dengan nilai interval CI 95 0,465-3,806, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pola konsumsi lauk
hewani dengan berat badan tidak naik 2T. Nilai OR menunjukkan bahwa baduta yang jarang mengkonsumsi lauk hewani memiliki
resiko 1,331 kali mengalami 2T dibandingkan baduta yang sering mengkonsumsi lauk hewani.
c. Lauk Nabati
Hasil analisis hubungan antara pola konsumsi makan lauk nabati dengan berat badan tidak naik 2T diperoleh bahwa dari 21
baduta yang sering mengkonsumsi lauk nabati, yang mengalami 2T sebanyak 10 baduta 24,4 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak
11 baduta 26,8. Sedangkan dari 61 baduta yang jarang
mengkonsumsi lauk nabati yang mengalami 2T sebanyak 31 baduta 75,6 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 30 baduta 73,2.
Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai OR sebesar 1,137 dengan nilai interval CI 95 0,421-3,067, sehingga dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara antara pola konsumsi lauk nabati dengan berat badan tidak naik 2T. Nilai OR menunjukkan
bahwa baduta yang jarang mengkonsumsi lauk nabati memiliki resiko 1,137 kali mengalami 2T dibandingkan baduta yang sering
mengkonsumsi lauk nabati.
d. Sayuran
Hasil analisis hubungan antara pola konsumsi makan sayuran dengan berat badan tidak naik 2T diperoleh bahwa dari 35 baduta
yang sering mengkonsumsi sayuran, yang mengalami 2T sebanyak 17 baduta 41,5 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 18 baduta
43,9. Sedangkan dari 47 baduta yang jarang mengkonsumsi sayuran yang mengalami 2T sebanyak 24 baduta 58,5 dan yang
tidak mengalami 2T sebanyak 23 baduta 56,1. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa nilai OR sebesar 1,105
dengan nilai interval CI 95 0,460-2,652, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada tidak hubungan antara pola konsumsi
sayuran dengan berat badan tidak naik 2T. Nilai OR menunjukkan bahwa baduta yang jarang mengkonsumsi sayuran memiliki resiko
1,105 kali mengalami 2T dibandingkan baduta yang sering mengkonsumsi sayuran.
e. Buah