Diagram 6.1 Proporsi Sampel Baduta 2T dan Non 2T
di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan Tahun 2011
6.3  Analisis  Faktor-faktor  yang  Mempengaruhi  Berat  Badan  Tidak  Naik  2T Pada  Baduta  Gakin  Setelah  Pemberian  Program  MP-ASI  Kemenkes  di
Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan Tahun 2011
Faktor-faktor  yang  diteliti  dalam  penelitian  ini  adalah  ASI  Eksklusif, Lamanya  pemberian  MP-ASI  Kemenkes,  Riwayat  penyakit  infeksi  dan  Pola
konsumsi  makan.  Faktor-faktor  tersebut  yang  secara  langsung  dialami  oleh baduta.  Berikut  ini  hasil  dan  pembahasan  terhadap  faktor-faktor  yang  diteliti
dihubungkan dengan Berat badan tidak naik 2T.
6.3.1 Hubungan antara ASI Eksklusif dengan Berat Badan Tidak Naik 2T
ASI  Eksklusif  merupakan  pemberian  hanya  air  susu  ibu  saja  tanpa tambahan  cairan  atau  makan  lain  sampai  balita  berumur  6  bulan.
Terjadinya  kurang  gizi,  erat  kaitannya  dengan  produksi  ASI  maupun lamanya  pemberian  ASI.  Tidak  diberikannya  atau  terlalu  cepatnya  bayi
disapih  akan  memperbesar  kemungkinan  keadaan  gizi  kurang  Depkes, 2003.
2T 50
Non 2T 50
Proporsi Baduta
Hasil  analisis  hubungan  antara  ASI  Eksklusif  dengan  berat  badan tidak  naik 2T diperoleh bahwa dapat dari 48  ibu  yang  memberikan  ASI
Eksklusif, yang mengalami 2T sebanyak 18 baduta 43,9 dan yang tidak mengalami  2T  sebanyak  30  baduta  73,2.  Sedangkan  dari  34  ibu  yang
tidak memberikan ASI Eksklusif yang mengalami 2T sebanyak 23 baduta 56,1 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 11 baduta 26,8.
Berdasarkan  uji  statistik  diketahui  bahwa  nilai  OR  sebesar  3,485 dengan  nilai  interval  CI  95  1,380-8,798,  sehingga  dapat  disimpulkan
bahwa ada hubungan antara faktor ASI Eksklusif dengan berat badan tidak naik  2T,  dimana  ibu  yang  tidak  memberikan  ASI  Eksklusif  kepada
anaknya  berisiko  3,485  kali  mengalami  2T  dibandingkan  ibu  yang memberikan ASI Eksklusif.
Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  penelitian  Mutiara  2006  dan Okviyanti  2007  bahwa  terdapat  hubungan  bermakna  antara  pemberian
ASI  Eksklusif  dengan  status  gizi  balita.  Serta  sesuai  dengan  penelitian Widodo  dkk,  2005,  berdasarkan  indeks  antropometri  BB  menunjukkan
bahwa sejak usia 2 – 4 bulan kenaikan rata-rata BB bayi yang diberi ASI
Eksklusif daripada bayi yang diberi MP-ASI sebelum usia 4 bulan. Selain  itu  dari  hasil  penelitian  ini  didapatkan  sebanyak  56  ibu
63,8 langsung  memberikan ASI kepada anaknya saat  lahir dan 26  ibu 31,7  tidak  memberikan  ASI  secara  langsung.  Sebanyak  13,4
diberikan susu formula, 11 madu, 3,7 pisang, 2,4 air putih. Bagi ibu- ibu  yang  mengalami  hambatan  dalam  menyusui  sebanyak  20,7  tetap
diberikan  ASI,  23,2  diberikan  susu  formula  dan  lainnya  diberikan pisang,  madu  ataupun  air  putih.  Karena  zat  gizi  dalam  ASI  cukup  untuk
memenuhi kebutuhan bayi dan komposisi sesuai untuk bayi WHO, 1999. Pada  penelitian  ini  diketahui  pula  sebanyak  45  ibu  54,9  yang
tidak  memberikan  ASI  sampai  2  tahun  sedangkan  hanya  37  ibu  45,1 yang tetap memberikan ASI sampai 2 tahun.  Padahal WHO dan UNICEF
menganjurkan  ibu  untuk  tetap  menyusui  anaknya  sampai  usia  2  tahun. Karena pemberian ASI pada batita  1tahun memberikan manfaat seperti:
31 kebutuhan energi anak, 38 kebutuhan protein anak, 45 kebutuhan vitamin A anak, 95 kebutuhan vitamin C anak WHO, 2003.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI Eksklusif sangat mempengaruhi berat badan anak tersebut, apabila anak tidak diberikan ASI
Eksklusif  kemungkinan  akan  memperbesar  keadaan  gizi  kurang  atau dengan kata lain mengalami ketidaknaikan berat badan.
6.3.2  Hubungan  antara  Lamanya  Pemberian  MP-ASI  Kemenkes  dengan Berat Badan Tidak Naik 2T