Tahap Akhir Analisis Multivariat

Eksklusif dengan Riwayat Penyakit Infeksi p-value 0,05. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.23 Tabel 5.23 Hasil Analisis Uji Interaksi Variabel Independen B Wald p-value OR 95,0 CI for EXP B ASI Eksklusif 6,152 6,447 0,011 469,450 4,067 – 5,419 x 10 4 Lamanya Pemberian MP- ASI Kemenkes -1,963 5,871 0,015 0,140 0,209 – 0,687 Riwayat Penyakit Infeksi 5,460 6,990 0,008 235,065 4,106 – 1,346 x 10 4 Pola Konsumsi Susu -2,296 7,753 0,05 0,101 0,020 – 0,507 ASI Eksklusif Riwayat Penyakit Infeksi -2,874 4,659 0,031 0,056 0,004 – 0,768

5.4.4 Tahap Akhir

Setelah dilakukan tahap pengujian interaksi maka selanjutnya dilakukan uji tahap akhir untuk mendapatkan variabel mana yang paling dominan mempengaruhi berat badan tidak naik 2T. Pada tahap uji interaksi diketahui adanya interaksi antara variabel ASI Eksklusif dengan Riwayat Penyakit Infeksi 0,031 0,05. Jika dilihat pada tabel 5.23 keempat variabel ASI Eksklusif, Lamanya Pemberian MP-ASI Kemenkes, Riwayat Penyakit Infeksi, Pola Konsumsi Susu dan interaksi antara ASI Eksklusif dengan Riwayat Penyakit Infeksi berhubungan signifikan dengan berat badan tidak naik p-value 0,05. Sehingga model akhir multivariat dapat dilihat pada tabel 5.24 Tabel 5.24 Model Akhir Multivariat Regresi Logistik Berganda Variabel Independen B Wald p-value OR 95,0 CI for EXP B ASI Eksklusif 6,152 6,477 0,011 469,450 4,067 – 5,419 x 10 4 Lamanya Pemberian MP-ASI Kemenkes -1,963 5,871 0,015 0,140 0,209 – 0,687 Riwayat Penyakit Infeksi 5,460 6,990 0,008 235,065 4,106 – 1,346 x 10 4 Pola Konsumsi Susu -2,296 7,753 0,05 0,101 0,020 – 0,507 ASI Eksklusif Riwayat Penyakit Infeksi -2, 874 4,659 0,031 0,056 0,004 – 0,768 Konstanta -4,517 1,617 0,204 0,011 -2 Log Likelihood = 83,548 9 Nagelkerke R Square = 0,410 Dari hasil analisis diperoleh nilai OR ASI Eksklusif sebesar 469,450 artinya ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya memiliki resiko 469,450 kali mengalami 2T dibandingkan ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Variabel lamanya pemberian MP-ASI Kemenkes berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 0,140 artinya baduta yang memakan MP-ASI Kemenkes 90 hari memiliki resiko 0,140 kali mengalami 2T dibandingkan baduta yang memakan MP-ASI Kemenkes ≥ 90 hari. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR Riwayat Penyakit Infeksi sebesar 235,065 artinya baduta yang mengalami riwayat penyakit infeksi memiliki resiko 235,065 kali mengalami 2T dibandingkan yang tidak mengalami riwayat penyakit infeksi. Variabel Pola Konsumsi Susu berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 0,101 artinya baduta yang jarang mengkonsumsi susu memiliki resiko 0,101 kali mengalami 2T dibandingkan baduta yang sering minum susu. Sedangkan untuk variabel interaksi antara ASI Eksklusif dengan Riwayat Penyakit Infeksi diperoleh nilai OR sebesar 0,056 artinya baduta yang tidak diberikan ASI Eksklusif dan mengalami riwayat penyakit infeksi memiliki resiko 0,056 mengalami 2T dibandingkan baduta yang diberikan ASI Eksklusif dan tidak mengalami riwayat penyakit infeksi. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel ASI Eksklusif, Lamanya Pemberian MP-ASI Kemenkes, Riwayat Penyakit Infeksi, Pola Konsumsi Susu dan Interaksi antara ASI Eksklusif dengan Riwayat Penyakit Infeksi memiliki hubungan dengan berat badan tidak naik 2T. Dari hasil analisis multivariat, maka bentuk model regresi logistik berganda tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut: Logit Berat Badan Tidak Naik 2T : - 4,517 + 6,152ASI Eksklusif – 1,963Lamanya Pemberian MP-ASI Kemenkes + 5,460Riwayat Penyakit Infeksi – 2,29 Pola Konsumsi Susu – 2,874 ASI EksklusifRiwayat Penyakit Infeksi 94

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, antara lain adanya beberapa variabel dari kerangka teori yang tidak diteliti, seperti karakteristik anak dan karakteristik keluarga. Serta adanya variabel metabolisme bawaan yang tidak dijadikan variabel pada penelitian ini, karena untuk melakukan penelitian terhadap faktor metabolisme bawaan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, biaya yang besar dan biasanya lebih difokuskan pada bidang kedokteran. Sehingga variabel-variabel yang tidak dijadikan kerangka konsep pada penelitian ini kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Karena penelitian ini menggunakan desain case control, sehingga data- data yang dibutuhkan adalah data masa lalu adanya faktor jeda waktu yang terpotong sehingga terkadang menyulitkan responden yang harus mengingat kembali terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner, sehingga apabila responden tidak menjawab secara jujur dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu jika jumlah sampel lebih banyak, kemungkinan hasil penelitian pun berbeda. Dimana jumlah responden pada penelitian ini hanya berjumlah 82 ibu baduta 1:1. Untuk variabel konsumsi makan metode yang digunakan adalah FFQ kualitatif, pada metode ini jawaban sangat bergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mengingat jenis makanan yang dimakan baduta. Pola konsumsi makan tersebut tidak di observasi mendetail satu persatu dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga. Selain itu seharusnya untuk variabel