diketahui nilai Odds Ratio OR dimana untuk penelitian case control, nilai OR menunjukkan seberapa besar faktor resiko yang diteliti terhadap terjadinya berat
badan tidak naik 2T. Selain itu didapat pula nilai interval estimate OR pada derajat kepercayaan sebesar 95 CI Confident Interval.
5.3.1 Hubungan antara ASI Ekskulsif dengan Berat Badan Tidak Naik 2T
Analisis hubungan antara ASI Eksklusif dengan Berat Badan Tidak Naik 2T diperoleh dengan menggunakan uji crosstabs untuk melihat
nilai OR. ASI Eksklusif dikategorikan menjadi dua, yaitu ya, jika diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan dan tidak, jika tidak diberikan ASI
saja sampai usia 6 bulan. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.12 dibawah ini:
Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara ASI Eksklusif dengan Berat Badan
Tidak Naik 2T di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2011
ASI Eksklusif
Berat Badan Tidak Naik 2T OR
CI 95
2T Non 2T
Jumlah N
N N
Ya 18
43,9 30
73,2 48
58,5 3,485
1,380- 8,798
Tidak
23
56,1
11
26,8
34
41,5
Total 41
100
41
100
82
100 Berdasarkan hasil uji diatas, dapat diketahui bahwa dari 48 ibu yang
memberikan ASI Eksklusif, yang mengalami 2T sebanyak 18 baduta 43,9 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 30 baduta 73,2.
Sedangkan dari 34 ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif yang mengalami 2T sebanyak 23 baduta 56,1 dan yang tidak mengalami 2T
sebanyak 11 baduta 26,8.
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR sebesar 3,485 dimana pada penelitian case control nilai OR 1 maka faktor yang diteliti
merupakan faktor resiko, artinya ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya berisiko 3,485 kali mengalami 2T dibandingkan
ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Selain itu didapat nilai CI 95 1,380-8,798 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor ASI
Eksklusif dengan berat badan tidak naik 2T.
5.3.2 Hubungan Lamanya Pemberian MP-ASI Kemenkes dengan Berat Badan Tidak Naik 2T
Analisis hubungan antara lamanya pemberian MP-ASI Kemenkes dengan Berat Badan Tidak Naik 2T diperoleh dengan
menggunakan uji crosstabs untuk melihat nilai OR. Lamanya pemberian MP-ASI Kemenkes di
kategorikan menjadi dua, yaitu ≥ 90 hari dan 90 hari . Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.13
dibawah ini:
Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Lamanya Pemberian MP-ASI
Kemenkes dengan Berat Badan Tidak Naik 2T di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2011
Lama MP-ASI
Kemenkes Berat Badan Tidak Naik 2T
OR CI
95 2T
Non 2T Jumlah
N N
n
≥ 90 hari
36
87,8
28
68,3
64
78 0,299
0,095- 0,939
90 hari 5
12,23 13
31,7 18
22
Total 41
100 41
100 82
100 Berdasarkan hasil uji diatas, dapat diketahui bahwa dari 64 baduta
yang memakan MP- ASI Kemenkes ≥ 90 hari, yang mengalami 2T
sebanyak 36 baduta 87,8 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 28 baduta 68,3. Sedangkan dari 18 baduta yang memakan MP-ASI
Kemenkes 90 hari, yang mengalami 2T sebanyak 5 baduta 12,23 dan yang tidak mengalami 2T sebanyak 13 baduta 31,7.
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR sebesar 0,299 dimana pada penelitian case control nilai OR 1 maka faktor yang diteliti
merupakan faktor protektif, artinya baduta yang memakan MP-ASI Kemenkes 90 hari hari berisiko 10,299 atau 3,34 kali mengalami 2T
dibandingkan baduta yang memakan MP- ASI Kemenkes ≥ 90 hari. Selain
itu didapat nilai CI 95 0,095-0,939 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara lamanya MP-ASI Kemenkes dengan berat badan tidak
naik 2T.
5.3.3 Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Berat Badan Tidak Naik 2T