Status Perlindungan Banteng Determining Minimum and Optimum Viable Population Size of Banteng (Bos javanicus) Based on Demographic Parameters at Alas Purwo National Park, Banyuwangi, East Java

tersebut. Aturan 50500 sulit diterapkan karena asumsi tidak selalu didukung oleh kenyataan. Dalam aturan 50500 diasumsikan bahwa suatu populasi terdiri dari N individu di mana setiap individu memiliki kemungkinan yang sama untuk kawin serta menghasilkan keturunan. Pada kenyatannya, berbagai faktor termasuk umur, kesehatan, sterilisasi, kekurangan makanan, ukuran tubuh yang kecil, dan struktur sosial bekerja mencegah perkawinan sehingga banyak individu yang bersifat steril, tidak memproduksi keturunan. Banyak di antara faktor tersebut dipengaruhi degradasi dan fragmentasi habitat Lemkhul 1984. Beberapa penelitian untuk menentukan MVP berdasarkan parameter demografi dan genetik diantaranya Wielgus 2001 menentukan minimum viable population grizzly bears di British Columbia, Brito 2002 dengan penelitian penentuan MVP dan status konservasi dari spiny rat di Atlantic Forest. Selain itu Reed et al. 2003 melakukan pendugaan MVP untuk berbagai vertebrata, Leech et al. 2008 yang melakukan pendugaan MVP untuk kaka Nestor meridionalis yang merupakan flagship dan indicator spesies di New Zealand, Goldingay 1995 melakukan penelitian mengenai penentuan luas kawasan bagi kelestarian Australian Gilding marsupial dengan dasar parameter demografi seperti kematian, sex ratio dan kelas umur, dan Howels Jones 1996 melakukan penelitian penentuan luasan hutan yang tersisa untuk mendukung MVP wild boar di Scotlandia.

2.5 Populasi Optimum Lestari

Populasi optimum lestari adalah populasi yang menunjukkan keadaan riap maksimum atau nilai dNdt tertinggi. Populasi optimum lestari tercapai pada saat laju pertumbuhan intrinsik r maksimal dan bernilai positif r 0. Hasibuan 1988; Alikodra 2002; Tarumingkeng 1994. Pada sistim pengelolaan yang bertujuan untuk keperluan pemungutan satwa liar, pemungutan dilakukan pada kondisi ini. Pada kondisi ini sering disebut dengan tingkat kepadatan pemanenan maksimal maximum harvest density. Tingkat kepadatan panenan maksimum adalah jumlah satwa liar yang mampu ditampung oleh suatu habitat pada kondisi hasil pemanenan yang maksimum. Kondisi ini bisa tercapai dengan cara mengatur faktor-faktor kesejahteraanya, seperti kualitas pakan maupun kuantitas pelindungnya secara intensif. Jika tidak didukung oleh kecukupan faktor-faktor kesejahteraannya, keadaan prodiktivitas populasinya akan menjadi terbatas Bolen 2003. Pada kondisi ini kualitas dan performance populasi sangat bagus, karena populasi satwa dipertahankan di bawah daya dukung lingkungan. Kesulitan dalam menetapkan angka maksimal hasil pemanenan sering dijumpai. Untuk mengatasinya sering kali dipergunakan pendekatan-pendekatan tertentu, misalnya dengan cara memantau kecenderungan kondisi habitat dan populasi satwa liar, khususnya keadaan reproduksi. Hasil panenan maksimum yang tepat didapatkan dari berbagai fakta, misalnya model populasi dengan tabel- tabel kehidupan yang menggunakan simulasi komputer Adam 1971 dalam Alikodra 2010.

2.6 Produktivitas Rumput dan Daya Dukung

Produktivitas rumput tergantung pada beberapa faktor McIlroy 1976 yaitu : 1. Persistensi daya tahan, yaitu kemampuan bertahan untuk hidup dan berkembang biak secara vegetatif; 2. Daya saing, yaitu kemampuan untuk memenangkan persaingan dengan spesies-spesies lain yang tumbuh bersama; 3. Kemampuan tumbuh kembali setelah injakan dan penggembalaan berat; 4. Sifat tahan kering atau tahan dingin; 5. Penyebaran produksi musiman; 6. Kemampuan menghasilkan cukup banyak biji yang dapat tumbuh baik atau dapat dikembangbiakan secara vegetatif dengan murah; 7. Kesuburan tanah terutama kandungan nitrogen; 8. Iklim. Beberapa pengertian dari daya dukung antara lain : 91 Jumlah satwa liar yang dapat ditampung oleh suatu habitat; 2 Batas limit atas pertumbuhan suatu populasi yang di atasnya jumlah populasi tidak dapat berkembang lagi; dan 3 Jumlah satwa liar pada suatu habitat yang dapat mendukung kesehatan dan