Tujuan Kegunaan Determining Minimum and Optimum Viable Population Size of Banteng (Bos javanicus) Based on Demographic Parameters at Alas Purwo National Park, Banyuwangi, East Java

Beberapa faktor yang mempengaruhi laju induk melahirkan anak adalah Deshmukh 1992 : 1 Jumlah anak yang dihasilkan dalam setiap kelahiran; 2 Waktu antara satu kejadian reproduksi dengan kejadian berikutnya; dan 3 Umur reproduksi yang pertama.

2.3.2. Mortalitas

Kepadatan populasi dapat berkurang oleh faktor mortalitas. Mortalitas dapat dihitung lajunya sebagai angka kematian, jumlah hewan yang mati selama unit waktu biasanya satu tahun dibagi dengan jumlah hidup pada awal satuan waktu Deshmukh 1992; Sinclair et al. 2006. Pola kematian karena umur lanjut digambarkan melalui kurva kelangsungan hiduppeluang hidup survivorship curve. Peluang hidup adalah kemampuan individu kelas umur tertentu untuk hidup pada kelas umur di atasnya. Setiap makhluk hidup memiliki tipe kurva peluang hidup yang berbeda-beda. Secara umum tipe survivorship dibedakan menjadi tiga tipe seperti pada Gambar 3. Sumber : Pearl 1928 dalam Krebs 1978 dan Hasibuan 1988 Gambar 3. Kurva survivorship. Tipe 3 Tipe 2 Tipe 1 Peluang Hidup Umur Kurva tipe 1 merupakan gambaran populasi yang setelah kelahiran tidak mengalami penurunan, akan tetapi menjelang periode umur tertentu mengalami penurunan yang drastis. Beberapa populasi mamalia besar dan manusia termasuk kedalam kurva tipe 1. Kurva tipe 2 menggambarkan angka kematian yang relatif tetap untuk setiap kelas umur dari suatu populasi, kurva tersebut membentuk garis diagonal. Kurva tipe ini merupakan ciri dari kurva survivorship pada binatang pengerat, beberapa jenis burung dan populasi invertebrata. Kurva tipe 3 menyatakan suatu keadaan laju kematian sangat tinggi pada awal hidupnya, seperti yang terjadi pada ikan, kemudian berangsur-angsur menurun sampai tahap akhir dari satu periode hidup Krebs 1978; Hasibuan 1988; Deshmukh 1992. Beberapa faktor yang mempengaruhi kematian antara lain karena adanya predator, penyakit, dan bahaya lain yang mengancam jauh sebelum organisme mencapai usia tua Krebs 1978.

2.3.3 Perkembangbiakan dan Reproduksi

Kemampuan berkembang biak menentukan kelestarian suatu populasi. Banteng melakukan perkawinan dalam suatu periode waktu tertentu yang tergantung dari lokasinya. Menurut Lekagul dan McNeely 1977, musim kawin banteng di Thailand adalah dalam bulan Mei dan Juni. Hoogerwerf 1970 menyatakan bahwa musim kawin banteng di Suaka Alam Ujung Kulon adalah dalam bulan Juli, September, dan Oktober, kadang-kadang juga dalam bulan Nopember dan Desember. Perkawinan tersebut biasanya dilakukan pada waktu malam hari. Lamanya bayi dalam kandungan adalah 9,5-10 bulan, jumlah anak setiap induk berkisar antara 1-2 ekor, namun kebanyakan 1 ekor setiap induk. Anaknya dilahrkan dalam satu menit, 40 menit kemudian anaknya sudah dapat berdiri, 60 menit kemudian menyusu induknya. Selanjutnya anaknya akan disapih dalam umur 10 bulan. Banteng liar menurut Hoogerwarf 1970 termasuk monoestrus, artinya mempunyai satu musim kawin dalam satu tahun. Umur termuda banteng betina untuk mulai berkembang biak adalah 3 tahun, sedangkan untuk jantan lebih dari 3 tahun. Banteng dapat mencapai umur 21-25 tahun, sehingga seekor banteng betina sepanjang umurnya dapat menurunkan anak sebanyak 21 kali.